Selasa, 26 April 2011

Jelang Pernikahan Pangeran William-Kate Middleton

Selasa, 26 April 2011 - 16:53 wib

Kate Middleton-Pangeran William (Foto: People) JELANG pernikahan akbar kerajaan Inggris abad ini, Kate Middleton selalu menjadi buah bibir, baik tentang perancang gaun pengantin, aksi sosial yang dilakukan, hingga sajian untuk para tamu pada 29 April mendatang.

Perancang Gaun

Kate Middleton mengikuti Putri Diana pada tahun 1981 sewaktu menikahi Pangeran Charles. Middleton merahasiakan siapa yang akan membuat gaun pengantinnya. Bedanya, jika nama desainer gaun Putri Diana bocor sebulan sebelum pernikahan, rahasia Middleton masih aman.

Sophie Cranston, yang dikabarkan menjadi perancang gaun pengantin sang calon putri, baru-baru ini membantah hal tersebut. Kepada Telegraph, Cranston mengatakan brand miliknya, Libelula, tidak membuat gaun pengantin Middleton.

“Kami tidak mendesain gaun pengantin Kate Middleton. Kami, seperti juga semua orang, tidak sabar menanti rahasia itu terkuak,” papar Cranston.

Penata Rambut

Gaun pengantin memang mendominasi pemberitaan pernikahan William dan Kate, namun bukan berarti dunia kecantikan tidak ikut sibuk.

Sumber anonim mengatakan bahwa rambut Kate Middleton akan ditata oleh seorang penata rambut senior, James Pryce. Penata rambut langganan Middleton, Richard Ward, telah mengonfirmasi bahwa dirinya bukanlah orang yang akan menata rambut sang calon putri pada hari pernikahannya.

Sreaming You Tube

Pangeran William dan Kate Middleton akan mengambil sumpah suci mereka di hadapan jutaan pemirsa melalui streaming You Tube.

Keduanya telah memberi izin kepada pihak You Tube untuk mendokumentasikan secara langsung upacara pernikahan selama empat jam di Westminster Abbey, begitu juga saat ciuman pertama mereka sebagai suami-istri di balkon Istana Buckingham.

Istana Wesminster Abbey

Berbeda dengan pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana yang menggunakan kereta kuda sebagai kendaraan pernikahan, Pangeran William dan Kate Middleton memilih menggunakan mobil untuk datang ke Westminster Abbey dan kemudian menggunakan kereta dalam parade menuju Istana Buckingham.

Adapun Middleton telah memilih Rolls-Royce Phantom VI sebagai kendaraan yang akan mengantarnya menuju Westminster Abbey. Kendaraan yang sama juga digunakan sebagai kendaraan pernikahan Pangeran Charles dan Camilla Parker-Bowles di pernikahannya pada 2005 silam

Cincin Kawin

Istana St.James telah mengomfirmasi bahwa Pangeran William tidak akan mengenakan cincin kawin setelah menikah. Dalam pernyataan kepada media, perwakilan Istana St.James menyebutkan hal tersebut berkaitan dengan alasan personal sang Pangeran. Adapun Middleton akan menggunakan cincin kawin tradisional yang terbuat dari emas Wales dan merupakan bagian dari warisan keluarga.

Lagu Pernikahan

Lagu pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton akan bisa diunduh oleh para fans, segera setelah upacara pernikahan berakhir. Lagu pernikahan tersebut diproduksi oleh produser rekaman nominator Grammy Award,Anna Barry, dan bisa dibeli melalui ITunes.

Resepsi Pernikahan

Seusai upacara, resepsi pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton akan diadakan di Istana Buckingham dengan Ratu Elizabeth sebagai tuan rumah.

Pihak Istana Buckingham menyatakan terdapat 19 ruangan yang akan digunakan sebagai lokasi resepsi, termasuk ruang makan kerajaan, ruang putih, ruang biru, serta galeri tempat kue pernikahan akan diletakkan.

Aksi Sosial

Pangeran William dan Kate Middleton telah meminta kepada semua tamu undangan untuk memberikan sumbangan kepada organisasi amal yang telah mereka pilih sebagai bentuk hasiah pernikahan.

Keduanya telah memilih 26 organisasi dan yayasan amal dengan beragam isu yang menjadi fokus perhatian keuduanya, termasuk di antaranya Christchurch Earthquake Appeal yang menangani korban gempa, Army Widows Association yang memfokuskan diri membantu para janda veteran perang, dan Beat Bullying yang menangani kasus-kasus bullying dan kekerasan di sekolah.

Sajian Tamu

Kepala Koki Istana Buckingham Mark Flanagan mengnonfirmasi dirinya beserta seluruh staf dapur istana akan menyediakan makanan khas Inggris dengan sentuhan menu tradisional Wales untuk tamu undangan yang berjumlah 600 orang.

Kue pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton akan terdiri atas dua macam, pertama tradisional fruit cake berhias gula-gula bunga yang akan dibuat oleh Fiona Cairns. Kedua, kue favorit sang pangeran, kue cokelat dari McVitie`s.


(SINDO//nsa)

Jumat, 15 April 2011

Mau Berat Badan Cepat Turun? Makan Perlahan!

Penulis: Nadia Felicia | Editor: NF
Senin, 24 Mei 2010 | 15:34 WIB


KOMPAS.com - Ahli kebugaran, Pamela Peeke, MD, pernah mencoba menghitung seberapa cepat orang makan makanan saat diberikan konsumsi di atas pesawat. Rata-rata, ia menghitung, orang bisa menghabiskan makanannya dalam waktu 7 menit untuk menu pembuka, utama, dan pencuci mulut. Hal ini bukan sesuatu yang baik, karena menurutnya, dibutuhkan setidaknya 20 menit untuk perut setelah mencerna makanan lalu mengirimkan pesan bahwa perut sudah kenyang.

Mereka yang makan perlahan, atau dikenal pula dengan mindful eating, memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang rendah. Mereka, yang menjalankan kebiasaan ini hanya makan saat mereka merasa lapar dan berhenti ketika mulai kenyang. Sementara, kebanyakan kita, tahu kapan merasa lapar, tapi berhenti dan merasakan perut sudah kenyang adalah cerita lain. Kebanyakan kita, terbiasa makan terburu-buru yang penting banyak, padahal makanan butuh waktu untuk mencapai lambung. Ketika kita makan cepat, kita cenderung memasukkan banyak makanan tanpa berpikir bahwa sebenarnya jumlah makanan yang sedikit itu sebenarnya sudah cukup untuk pencernaan merasa kenyang.

Penduduk Jepang, tepatnya daerah Okinawa, mengurangi asupan kalorinya dengan melakukan ritual makan. Sebelum mereka mulai makan, mereka mengatakan "hara hachi bu", yang diartikan dengan "makan hingga perut 80 persen penuh". Hal ini sepertinya menjadi resep sukses penduduk Okinawa yang secara rata-rata mengasup 10-40 persen kalori lebih rendah ketimbang penduduk Amerika.

Sementara studi oleh Fred Hutchinson Cancer Research Center menemukan bahwa mereka yang secara rutin berlatih yoga memiliki tubuh yang lebih ramping ketimbang mereka yang berlatih fitnes atau pejalan kaki. Praktisi yoga terbiasa untuk memerhatikan napasnya, dan ternyata hal ini juga berlaku saat mereka makan. Mereka tetap berlatih pernapasan saat makan.

Hiang Marahimin, Senior Editor di salah satu majalah kesehatan di Indonesia, mengatakan, bahwa kita harus terbiasa untuk makan perlahan, karena selain untuk memberi waktu agar lidah bisa menikmati cita rasa yang ada pada makanan, juga baik untuk memberi pencernaan menyerap utuh kandungan nutrisi pada makanan.

Mengenai pendekatan ini, menurut Pamela, ketimbang berkonsentrasi pada apa yang Anda makan, Anda memerhatikan bagaimana cara Anda makan (mengunyah makanan dan minum). Ketika Anda melakukan hal ini, Anda akan mulai memertanyakan kualitas makanan Anda, yang bisa jadi berujung pada pemilihan bahan makanan, mencari yang lebih enak dan lebih sehat.


Sumber: WebMD

7 Jurus Langsing

KOMPAS.com — Anda sirik enggak, sih, melihat teman Anda yang selalu terlihat ramping? Padahal, mereka tidak terlihat repot berdiet atau olahraga untuk mempertahankan berat badannya.

Sebenarnya, mereka bisa tetap langsing bukan sekadar karena gen, tetapi juga karena kebiasaan-kebiasaan mereka. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan kecil dan seolah tanpa upaya (seperti yang dilakukan perempuan-perempuan langsing ini) yang terjadi setiap hari, bisa membuat berat badan turun perlahan dan berkelanjutan. Artinya, tidak menjadi diet yo-yo di mana berat badan cepat turun dan cepat naik lagi. Yuk, kita lihat saja bagaimana kebiasaan mereka.

Senang minum teh
Teh memiliki kandungan catechin, antioksidan di dalam teh yang mempercepat pembakaran kalori. Perempuan yang mengasup catechin dalam level tertinggi berat badannya cenderung akan berkurang selama 14 tahun, daripada mereka yang jarang minum teh. Menurut studi yang diterbitkan di The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan catechin tertinggi ada pada teh hijau dan teh putih.

Memilih makanan rumahan
Cobalah menu hidangan ala dapur orang Jepang, yang banyak menyajikan masakan dari ikan, sayuran, nasi, kedelai, mi, teh, dan buah. Semuanya diolah dengan cara sederhana. Cita rasanya yang khas berasal dari minyak kanola, bawang, wortel, dan bokchoy. Tetapi, kurangi sodium (yang merupakan kandungan dalam garam), begitu saran Lilian Cheung, RD, DSc, Direktur Health Promotion and Communication di Department of Nutrition, Harvard School of Public Health.

Rutin sarapan
The American Journal of Clinical Nutrition melaporkan, orang yang terbiasa sarapan cenderung memiliki lingkar pinggang 5 cm lebih kecil daripada mereka yang enggan sarapan. Sarapan bisa mendorong metabolisme, menyebabkan Anda mengurangi produksi enzim yang meningkatkan kolesterol.
Makan dengan perlahan bisa membantu Anda untuk tetap kurus. Mereka yang membutuhkan waktu 30 menit untuk mengonsumsi semangkuk es krim akan menciptakan lebih banyak hormon "kenyang" daripada mereka yang terbiasa makan dengan cepat, demikian hasil penelitian yang dimuat di The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. Saat bersantap, hindari sambil nonton TV agar Anda bisa berkonsentrasi dengan makanan lezat yang ada di hadapan Anda.

Biasakan melakukan hal yang rutin
Misalnya, makan pada jam yang sama setiap hari. Para peneliti dari Salk Institute for Biological Studies di La Jolla, California, mendapati pada tikus yang makan sesuai jadwal dan berpuasa selama 12 jam pada malam hari, livernya mengaktifkan gen yang membakar lebih banyak gula dan lemak. Percobaan ini memang tidak diujikan pada manusia, namun jika membiasakan diri untuk makan malam pukul 19.00 tiap malam bisa membantu menurunkan berat badan, kenapa tidak?

Awali dengan air putih
Minum dua cangkir air putih sebelum makan akan membantu Anda menurunkan berat badan 2,2 kg lebih banyak daripada mereka yang tidak minum air sebelum makan. Penelitian dari Virginia Tech ini juga mengungkapkan, air bisa membuat Anda kenyang sehingga Anda cenderung mengurangi makanan hingga 75-90 kalori. Untuk memulai kebiasaan ini, coba minum air putih saat Anda masih menyiapkan makan atau menunggu pesanan Anda tiba di restoran.

Menimbang badan
Menimbang badan ternyata perlu dilakukan secara rutin, setidaknya sekali dalam seminggu. Sebab melihat jarum timbangan bergerak ke kanan bisa menjadi sinyal bahwa Anda perlu mengurangi makan dan mulai berolahraga sebelum berat badan terus naik. Kebiasaan inilah, menurut Minneapolis Heart Institute Foundation, yang membantu Anda untuk mendapatkan berat yang stabil tanpa berdiet.


Sumber: SELF
Penulis: Felicitas Harmandini

Bangun Kebiasaan Baik Anak dari Rumah

Editor: Dini
Jumat, 15 April 2011 | 14:25 WIB
Dibaca: 1548
Komentar: 0
SHUTTERSTOCK
Gunakan peraga untuk menunjukkan berapa banyak gula dan garam yang terdapat dalam makanan.
Artikel Terkait:

* Pentingnya Peran Ayah Mengasuh Anak Sejak Balita
* Balita Perlu Diajarkan 6 Ketrampilan Ini!
* 5 Cara Melatih Anak Jadi Pemimpin
* 3 Kepribadian Anak dan Cara Hadapinya
* 6 Pilar Pengasuhan Positif pada Anak

* GramediaShop : The Tenth Circle
* GramediaShop : Anatomi Kengerian

KOMPAS.com - Sekolah berawal dari rumah. Sebelum berguru dengan pengajar di sekolah, anak-anak lebih dulu mendapat pendidikan dari orang tuanya. Kita menyebutnya pelajaran keterampilan hidup. Menurut Toge Aprilianto, MPsi, dalam bukunya Saatnya Melatih Anakku Berpikir, keterampilan hidup dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal. Hal inilah yang nantinya akan memampukan anak menjalani kehidupannya dengan nyaman.

Lantas, bagaimana jika anak menunjukkan perlawanan saat kita berusaha untuk memasukkan ketrampilan itu ke dalam dirinya? Menurut Hal Edward Runkel, terapis keluarga sekaligus penulis buku Scream Free Parenting, perlawanan timbul karena orang tua menempatkan posisinya sebagai "pemerintah" dan "penuntut" pada anak. Padahal, tidak harus sampai begitu. Kita bisa menerapkan trik-trik pintar yang memudahkan anak menyerap apa yang kita ajarkan.

Lebih lanjut, coba telusuri apa saja contoh ketrampilan yang perlu dimiliki anak. Lalu, terapkan dengan tanpa harus terlalu memaksa sesuai tahapan usia. Tak perlu adu kata-kata, atau bahkan adu otot.

Usia 2-5 tahun
Toge mengemukakan, pada usia inilah, anak biasanya memiliki kemampuan dasar untuk membangun ketrampilan memilih yang enak dan menolak yang tidak enak. Pada masa ini, anak juga mulai belajar:

1. Melepas dot atau bantal kesayangan
Caranya: Alihkan perhatian anak dari dotnya. Coba berikan ia mainan pengalih seperti boneka atau buku. Jadi, jangan sampai kita mengambil paksa dotnya, tapi tak memberikan ia pengalih apapun. Anjuran ini juga diungkapkan oleh Joshua Sparrow, MD, asisten profesor psikiater di Harvard Medical School sekaligus tim penulis buku Touchpoints Three to Six: Your Child Emotional and Behavioral Development.

Lakukan saat: Anak sudah sanggup memilih apa yang ia inginkan. Bila belum, anak biasanya memilih alternatif yang kita sebut terakhir. Misalnya, kita sediakan "dot atau mainan", maka anak akan menjawab "mainan". Begitu juga sebaliknya, "mainan atau dot", maka anak akan menjawab "dot".

2. Kosakata baru
Caranya: Perkenalkan sebanyak mungkin kata baru. Gunakan kartu kosakata bergambar. Latih juga kemampuan anak dalam mendengar, misalnya dengan memutar video atau lagu. Plus, tak usah ragu mengenalkan istilah baru meski tak lazim.

Lakukan saat: Mengisi waktu luang dengan anak lewat bermain dan mengobrol. Ayah dan ibu sebaiknya melakukan ini bersama-sama. Mengenai hal ini, penelitian dari Journal of Applied Psychology dilakukan terhadap keluarga di mana ayah dan ibunya sama-sama bekerja. Hasilnya: sosok ayah berperan besar mengembangkan bahasa anak, khususnya di usia 2-3 tahun.

3. Berkenalan dan bersalaman
Caranya: Ajarkan metode 3B: beri senyuman, berdiri tegak, dan berkata lantang. Plus, 3M: mengingat nama, menyebutkan ulang, sambil menjabat tangan. Ini saran dari Sheryl Elberly, penulis buku 365 Manners Kids Should Know.

Lakukan saat: Anak ingin memulai percakapan dengan orang baru. Beri pengertian agar anak tidak menolak ajakan perkenalan atau malah menjauh. Selain itu, latih juga ia untuk selalu mengucapkan nama temannya ketika akan berpisah. Cara ini efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus melatih kemampuan mengingat.

Usia 6-9 tahun
Pada tahapan usia kali ini, Toge menyampaikan bahwa kemampuan anak semakin berkembang. Mereka sudah mulai membangun keterampilan memperjuangkan keinginan, menghadapi akibat, dan menciptakan solusi. Di usia ini anak bisa diajak belajar:

1. Minta bantuan ketika tersesat
Caranya: Minta anak untuk mengingat nama ayah atau ibunya. Juga kenalkan anak pada sosok polisi, kasir, atau resepsionis. Katakan, jika tersesat hampiri mereka untuk minta tolong.

Lakukan saat: Kita dan anak tengah berada di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Ajari anak sambil bermain simulasi. Ketika di mal, katakan padanya, "Ayo kita bermain. Pura-puranya kamu sedang tersesat. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan?"

2. Menerima dan merespon kritikan
Caranya: Bantu ia memahami konsep konsekuensi. Ajarkan konsekuensi jujur seperti, "Kalau kamu nakal, kamu tidak akan disukai teman-teman."

Lakukan saat: Ia berbuat salah. Beritahu apa kesalahannya, lalu tegurlah dengan nada tegas namun tak menghakimi. Beri juga mereka waktu untuk mencerna dan merasakan emosi yang timbul. Jika sudah tuntas, jangan diungkit-ungkit lagi kesalahannya.

3. Memecahkan masalah dengan tenang
Caranya: Tumbuhkan rasa kemandirian anak. Abaikan jika ia minta dibela. Orang tua cukup mengawasi, tapi tak ikut campur. Begitu anjuran dari Anthony Wolf, psikolog anak dan penulis buku Mom, Jason's Breathing on Me! The Solution to Sibling Bickering. "Dengan rasa mandiri, anak akan terbiasa menyelesaikan masalahnya secara tenang," kata Derrek Lee, pendiri Chicago Cubs. Ini jauh lebih menguntungkan ketimbang anak bereaksi dengan kasar.

Lakukan saat: Kita tengah mendampingi anak menyaksikan tayangan televisi, baik berupa berita ataupun film. Penting untuk menjelaskan pada mereka bahwa adegan kekerasan bukanlah jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah.

Usia 10 +
Selanjutnya, pada tahapan usia ini, Toge bilang, anak sudah mulai menentukan perilaku dan mengatur strategi sebagai pelengkap keterampilan hidup. Misalnya, anak mulai belajar:

1. Berempati dan sabar
Caranya: Sering bertanya kepada anak mengenai pendapatnya jika berada pada situasi yang sulit. Sebagai contoh, "Kalau temanmu sakit, sikapmu bagaimana?" Menurut Runkel, melatih anak menjawab pertanyaan seperti ini akan membantu mengasah emosinya.

Lakukan saat: Kita mengantar anak ke sekolah, makan di luar, atau tengah berdua dengannya. Jika kita menemukan jawaban yang kurang pas, beri respons dengan lembut dan arahkan dia untuk punya pandangan positif.

2. Membaca label kemasan
Caranya: Bantu anak memahami istilah pada kemasan. "Anak akan cepat belajar memilih makanan jika diajari secara berkala," kata David Katz, MD, MPH, asisten profesor bidang kesehatan masyarakat di Yale University. Trik lain: Gunakan peraga untuk menunjukkan berapa banyak gula dan garam yang terdapat dalam makanan. Atau bisa juga dengan mengikuti panduan makan sehat bagi anak di situ-situs kesehatan.

Lakukan saat: Berbelanja bulanan atau berburu jajanan bersama. Tunjukkan berbagai variasi makanan yang lebih sehat di antara makanan lainnya. Lalu, biarkan anak menentukan pilihannya. Jika ia memilih jajanan tak sehat, beritahu kalau zat ini tak baik bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

3. Menggunakan kebebasan
Caranya: Gunakan sistem imbalan. Misalnya, anak baru boleh main kalau ia sudah selesai mengerjakan tugas. Sepakati juga berapa lama jam main anak. Lalu tanyakan, ia akan bermain ke mana. "Kalau anak punya alasan logis, setujui saja. Jika tidak, maka sudah selayaknya kita melarangnya," kata psikolog Janet Edgette.

Lakukan saat: Anak sudah bisa memutuskan mana hal yang prioritas yang mau ia kerjakan. Plus, kalau anak sudah pandai membagi waktu dan mengatur jadwalnya sendiri, serta mampu menyelesaikan semua tugas-tugasnya dengan baik.

(Prevention Indonesia/Intan Sari Boenarco/Siagian Priska)

Minggu, 03 April 2011

Kenapa Takut Mati?

Siapa sih di dunia ini yang tidak mati. Meski kematian pasti datang, sebagian besar kita takut mati. Dan pura-pura akan hidup selamanya. Sehingga, menganggap tidak ada kehidupan setelah datangnya kematian. Sikap ini dibarengi dengan minimnya persiapan datangnya kematian. Juga mengenal apa yang disebut kematian.
Kematian menjadi hal tabu yang dibicarakan dalam sebuah keluarga. Padahal pembahasan tentang kematian dalam Islam sudah dicontohkan dalam perbincangan Lukman dengan anak-anaknya yang dimuat dalam QS Lukman. Namun, kebanyakan orang tua jarang sekali menyinggung kematian kepada anak-anaknya.
Ada sebuah dialog yang membuatku trenyuh yang diceritakan teman saya yang berprofesi sebagai dokter spesialis kanker anak. Pasien anak penderita kanker rata-rata belum mengenal kematian. Salah satu anak bertanya kepada dokter itu,”Pak dokter, kalau aku mati, apa seperti kucing yang mati tertabrak di pinggir jalan?” Pasien anak lain ada yang bertanya,”Pak dokter, apa kalau sudah mati temanku di kuburan itu cacing. Aku takut cacing.”
Ah, anak-anak yang seharusnya menatap masa depannya sebagai generasi penerus keberlangsungan hidup harus bertarung dengan penyakitnya dan menyambut datangnya ajal. Mendengarnya saja airmataku jatuh satu-satu.
***
Berbicara kematian terasa kian nyata ketika kita sakit atau menjenguk teman, keluarga yang sedang sakit parah. Minggu ini minggu menyedihkan. Bagaimana tidak. Dalam seminggu ada tiga orang teman yang dirawat di rumah sakit. Satu orang teman, masih sangat muda, baru berusia 23 tahun divonis dokter menderita jantung. Bukan hanya berbicara penyakitnya yang lumayan serius, ketika menjenguk teman tadi, aku juga seperti ditampar betapa mahalnya nikmat kesehatan yang kerap kita abaikan.
Selama dirawat seminggu, biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan jantung teman tadi lebih dari Rp 30 juta. Betapa mahalnya organ yang diciptakan Tuhan. Dan kita jarang bahkan lupa bersyukur atas nikmat sehat kita yang diberikan Tuhan secara gratis.
Usai menjenguk teman yang sakit jantung, sabtu kemarin menengok teman yang sakitnya kombinasi medis dan mistik. Temanku itu lumpuh, tidak bisa berjalan. Tubuhnya hanya tinggal tulang belulang. Sudah tujuh tahun hidupnya hanya dihabiskan di atas kasur. Ada dokter yang memvonisnya sakit lupus. Tetapi dokter lain mendiagnosa temanku itu kanker kulit. Entahlah mana yang benar.
Di luar dua vonis tadi, temanku sendiri bilang ada unsure ghaib yang berperan. Ia bilang sakitnya tidak murni medis. Percaya tidak percaya, aura mistik dalam penyakit temanku itu memang terasa kuat. Bahkan, saat aku berada di sampingnya bulu kudukku berdiri. Temanku bilang karena aku bersih sering puasa, maka aku sensitif dengan keberadaan mereka.
Kondisi temanku tadi sangat parah dengan batok kepalanya mengecil. Hebatnya, ia masih optimis sembuh. Aku juga memberikan support ke dia agar berjuang melawan penyakitnya. Ada satu hal yang baru kuketahui kemarin. Ibunya temanku bilang kalau temanku takut ajal menjemputnya. Ia meminta ibunya yang kondisinya buta selalu menemaninya. Ia takut kematian menjemputnya. Bahkan temanku pernah bilang, badannya terasa dingin tiap ada jenazah lewat rumahnya.
Kematian hal yang pasti terjadi. Bagaimana cara kita memandang kematian itu yang membuat persepsi atas takdir pasti manusia itu berbeda. Manusia dewasa pasti tahu kematian itu apa. Yang tidak manusia ketahui adalah kapan kematian dan bagaimana kematian itu datang dan bagaimana kehidupan setelah mati.
Sebagian besar agama meyakini adanya kehidupan setelah mati. Yang hilang adalah jasad manusia yang merupakan materi. Sedangkan ruh itu bukan materi, sehingga ia tidak hancur. Kematian bukan akhir segalanya atau terminasi, tetapi masa transisi dari alam dunia ke alam baru (Komaruddin Hidayat:”The Wisdom of Life”).
Bagi sufi, kematian ibarat malam pengantin. Bertemunya manusia dengan kekasih sejatinya. Sehingga kematian terkesan indah. Bagi mereka, kehidupan setelah mati itu indah. Karena itulah yang dinanti, bertemu dengan Sang Kekasih, Cahaya di atas Cahaya, Pencipta Semesta.
Ya, kematian adalah bertemunya ruh kita dengan pemilik kehidupan. Pertemuan itu tak lepas dari pertanggungjawaban amalan manusia selama hidup di dunia. Wajar jika manusia yang banyak berbuat kebajikan merasa lebih siap menyambutnya. Karena ia ingin memberi laporan atas keberhasilan kinerjanya kepada pemilik hidupnya. Sebaliknya, manusia yang lebih banyak berbuat berdasar hawa nafsunya, mengabaikan suara Tuhan akan takut menghadapi kematian. Karena beranggapan semua nikmat yang dicecap di dunia akan sirna. Begitu juga pemuasan nafsunya. Sehingga, bagi mereka kematian adalah pemutus kenikmatan. Kalau mereka mempercayai kehidupan setelah kematian, mereka juga sadar bahwa mereka akan menghadap Tuhan dengan rapor merah. Tentu ada konsekuensi bagi manusia berapor merah dan berapor biru.
Dengan mengenal kematian secara lebih lengkap, kita lebih siap menyambutnya. Bukan hanya tahu secara konsep, tetapi juga tahu bekal apa yang harus disiapkan ketika bertemu dengan Tuhan.

Kamis, 31 Maret 2011

Wanita Karir Lebih Menarik? Masak Sih….

Beberapa waktu lalu ada artikel di liputan6 dan yahoo.com yang menyatakan pria lebih tertarik kepada wanita karir. Hal itu berdasarkan survey yang dilakukan oleh perusahaan game internasional Electronic Artsse. Dari penelitian itu diperoleh hasil sekitar 66 persen pria Inggris bernafsu dengan perempuan yang memiliki power dalam pekerjaannya. Jumlah ini meningkat menjadi 71 persen di antara usia 30 tahun hingga 34 tahun.
Jajak pendapat tsb juga mengindikasikan bahwa 18 persen laki-laki mencari patner yang menyenangkan, 14 persen ingin wanita independen yang dapat berdiri sendiri, 9 persen menyukai yang spontanitas.
Pergeseran ‘selera’ ini terjadi di barat. Bagaimana dengan di Indonesia? Yang jelas, tiap pagi kita mendapati banyak perempuan bertebaran di jalan menuju tempat kerja mereka. Fenomena ini sudah menjadi pemandangan biasa di kota besar seperti Jakarta. Bahkan, ada seorang teman laki-laki yang setengah protes bilang begini,” Gila ya, perempuan tersebar merata di seluruh gerbong kereta express. Padahal mereka sudah disediakan dua gerbong khusus wanita. Di gerbong lain, jumlah perempuan juga masih banya.”
Pengguna KRL express AC Bogor Jakarta pagi hari pas jam kerja sebagian besar adalah wanita pekerja. Hal ini menjadi salah satu indikasi, jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah kian hari kian bertambah. Peran perempuan tak lagi dibatasi sekat. Mereka tidak hanya berperan di ranah domestik, tetapi juga ikut berkontribusi dalam memberikan kontribusi penghasilan keluarga.
Bagaimana dengan tanggapan suami para perempuan pekerja? Meski bisa dibilang tidak mewakili, tapi ada beberapa pria yang merasa ‘aman’ secara finansial ketika istrinya bekerja. Bahkan, ada seorang teman yang istrinya tidak bekerja, terlihat tidak percaya diri tiap ada yang menanyakan istrinya kerja atau tidak? Dengan nada diplomatis, ia berujar,” Saat ini tidak bekerja, karena mengurus anak di rumah.”
Meski tidak secara eksplisit mengungkapkan ia lebih bangga jika istrinya bekerja, laki-laki tadi berulangkali mengungkapkan istrinya akan bekerja jika anaknya sudah besar. Ia juga kerap mengeluhkan masalah keuangan keluarga yang sepenuhnya ditanggung ia sendirian. Ia juga pernah cerita, karena istrinya tidak bekerja, acapkali diskusi mereka tidak nyambung. Istrinya juga merasa gap dia dengan suaminya kian lebar dalam hal wawasan dan pengetahuan.
Namun, ada teman lain yang bertipe lebih suka istrinya di rumah. Ia kerap menanyakan ke teman-temannya yang istrinya bekerja,” Tidak PD ya dengan satu penghasilan saja?” Pertanyaan itu terasa menyakitkan bagi sebuah keluarga yang penghasilan suami sebagai kepala keluarga pas-pasan. Sementara jumlah anak dan tanggungan banyak. Bagaimanapun, kebutuhan tiap keluarga tidak sama. Meski secara ideal perempuan seharusnya berkonsentrasi dengan urusan domestik tetapi ia tetap bisa mengaktualisasikan dirinya sehingga bisa membantu suami mengisi pundi-pundi ekonomi keluarga.
Nah, bagaimana dengan Anda para pria? Lebih senang istri bekerja di kantor, bisnis di rumah, atau menjadi ibu rumah tangga? Semuanya tergantung kondisi, keadaan, dan selera Anda tentunya.

Cara Sembuhkan Cegukan Pada Bayi

Vera Farah Bararah - wolipop
0 Komentar | Share : .

Dok. Thinkstock
Jakarta - Bayi sering mengalami cegukan setelah minum susu atau makan. Cegukan ini kadang mengganggu si bayi tapi selama bayi tetap merasa bahagia, tersenyum dan dapat makan serta minum dengan baik tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Bayi biasanya mengalami cegukan yang disebabkan oleh menyusui baik dengan ASI, susu formula atau makanan lain. Selain itu penurunan suhu yang dapat menyebabkan seorang bayi kedinginan juga bisa memicu cegukan," ujar Lynnette Mazur, profesor pediatrik dari University of Texas Health Science Center di Houston, seperti dikutip dari Babycenter.

Cegukan adalah salah satu gerakan refleks dari tubuh dan disertai dengan suara yang khas akibat iritasi dari diafragma. Diafragma memainkan peran utama dalam perjalanan respirasi dan proses metabolisme. Diafragma menarik dan mendorong secara teratur yang mengatur masuk dan keluarnya udara selama proses respirasi.

Struktur otot ini akan terganggu fungsinya jika ada sesuatu yang menghambat proses ini baik dari faktor eksternal ataupun internal.

Dikutip dari detikhealth, cegukan adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan bisa mempengaruhi orang-orang dari segala usia termasuk bayi yang baru lahir. Cegukan menjadi salah satu masalah yang paling umum dan sering dilaporkan terutama pada bayi di bawah usia satu tahun.

Profesor Mazur menuturkan cegukan merupakan hal yang normal dan wajar bagi bayi, kecuali jika cegukan sampai mengganggu aktivitasnya seperti tidur atau makan. Bayi yang memiliki penyakit gastroesophageal reflux mungkin akan lebih sering mengalami cegukan.

Jika cegukan seringkali menyebabkan bayi menjadi muntah, batuk, sangat rewel atau sangat tidak terkendali hingga bayi berusia lebih dari setahun, maka sebaiknya orangtua memeriksakan hal tersebut ke dokter.

"Sebenarnya jika bayi cegukan tak banyak yang bisa dilakukan orangtua, karena biasanya cegukan ini akan hilang dengan sendirinya. Tapi jangan pernah mencoba menghentikan cegukan dengan cara mengagetkan atau mengejutkannya," ungkap Profesor Mazur.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu menghilangkan atau mencegah cegukan pada bayi, yaitu:

1. Selalu memonitor bayi saat menyusui untuk memastikan bahwa ia minum secara perlahan-lahan.
2. Bayi yang sering bersendawa saat menyusui adalah cara yang efektif untuk menghentikan cegukan.
3. Mengubah posisi menyusui dan mencoba menenangkannya.
4. Memastikan bahwa ibu menyusui atau memberi makan bayinya dalam keadaan tenang dan tidak terlalu bersemangat.
5. Jika bayi cegukan saat minum atau makan, maka cobalah untuk menepuk-nepuk bayi pelan-pelan dan membiarkannya rileks dulu sebelum menyusui lagi.

(ver/ir)

Manfaat ASI yang Tidak Ada di Susu Formula

Vera Farah Bararah - wolipop
0 Komentar | Share : .

Dok. Thinkstock
Jakarta - Saat ini masih sedikit bayi yang bisa mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Beberapa bayi justru diberikan susu formula yang terbuat dari susu sapi. Padahal ada banyak kandungan ASI yang tidak ada di susu formula.

Hal pertama yang seorang ibu perlu ketahui adalah kandungan dari susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Pada susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi yaitu 3,4 persen, sedangkan susu manusia hanya 0,9 persen. Kadar laktosa di dalam susu manusia lebih besar yaitu 7 persen sedangkan di dalam susu sapi sebesar 4,8 persen.

"Karena itu ASI untuk otak dan susu formula untuk otot," ujar dr IGAN Pratiwi selaku Ketua Satgas ASI IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dalam acara seminar tentang Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi dalam Mendukung MDGs di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (29/3/2011).

Dokter yang akrab disapa Tiwi ini menuturkan laktosa sangat penting dalam proses pembentukan myelin otak. Myelin ini berfungsi untuk mengantarkan rangsangan yang diterima oleh bayi. Saat menyusu rangsangan yang diterima oleh si kecil seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan napas sang ibu.

Sedangkan pada susu sapi kandungan yang paling tingginya adalah protein yang berfungsi membantu pembentukan otot karena sapi memang membutuhkan otot yang kuat seperti untuk bergerak atau membajak sawah.

dr Tiwi menuturkan laktosa yang tinggi pada bayi yang baru lahir kadang bisa menyebabkan diare. Tapi kondisi ini merupakan suatu hal yang normal atau fisiologis sehingga ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI.

"Jika diare disebabkan oleh fisiologis, maka berat badannya tidak akan turun. Jadi selama berat badannya tidak berkurang, ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI dan normalnya bayi bisa buang air besar sebanyak 10-15 kali sehari," ungkapnya seperti dilansir detikHealth.

Selain itu AA dan DHA yang terkandung di dalam ASI juga dilengkapi dengan enzim lipase sehingga bisa dicerna oleh tubuh bayi. Sedangkan pada susu formula memang ada AA dan DHA tapi tidak ada enzimnya. Hal ini karena enzim lipase baru dibentuk saat bayi berusia 6-9 bulan.

Manfaat lain dari ASI yang tidak didapatkan dari susu formula adalah kandungan kolostrum yang keluar di awal-awal bayi menyusu. Kolostrum yang keluar saat bayi menyusu mengandung 1-3 juta leukosit (sel darah putih) dalam 1 ml ASI.

"Jadi kalau ada yang bening-bening sedikit yang keluar dari payudara jangan diremehkan, karena itu mengandung leukosit yang bisa bermanfaat membunuh bakteri di dalam tubuh bayi," ujar dokter yang berpraktek di RS Buda Jakarta.

Ia juga mengatakan keberhasilan ibu menyusui untuk terus memberikan ASI pada bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerjanya.

"Menyusui merupakan suatu proses keseimbangan yang melibatkan tiga orang yaitu ibu, bayi dan ayahnya. Karena itu peran ayah sangat berarti dalam hal keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan atau sampai 2 tahun," ujar dr Utami Roesli SpA, MBA, IBCLC.

Karena itu dr Utami menuturkan bahwa seorang ayah juga punya power (kekuatan) untuk menyehatkan anaknya dan berperan dalam proses menyusui (breastfeeding father).

(ver/eny)

Tips Agar Si Kecil Tidak Takut Gelap

Eny Kartikawati - wolipop
0 Komentar | Share : .

Dok. Thinkstock
Jakarta - Tidur dengan lampu dimatikan jadi hal paling menakutkan untuk beberapa anak. Apakah itu termasuk anak Anda? Jika iya, berikut ini tipsnya agar si kecil tidak takut gelap, seperti dilansir eHow:

1. Pastikan pada anak kalau ketakutan yang dirasakannya adalah hal normal. Dengan mengatakan hal itu, anak bisa mulai mengatasi ketakutannya karena sudah berbagi perasaannya.

2. Coba mengobrol dengan anak soal hal apa dari kegelapan yang membuatnya takut. Dengan mengetahui lebih spesifik, Anda bisa lebih mudah membantu anak mengatasi ketakutannya itu. Misalnya saja jika anak takut gelap karena akan didatangi hantu.

Menurut Muhammad Rizal, Psi dari Lembaga Terapan Psikologi UI, seperti dilansir detikHealth, anak kecil sebenarnya tidak mengenal konsep bahwa hantu itu menakutkan, tapi lingkunganlah yang menciptakan konsep tersebut.

Biasanya anak kecil akan takut hantu bila melihat orangtua atau orang-orang di sekitarnya ketakutan dan teriak-teriak saat menonton film atau iklan yang menunjukkan sosok hantu. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua memberi contoh perilaku yang benar dengan tidak menanamkan penilaian bahwa hantu itu menakutkan, karena pada dasarnya anak tidak takut dengan hantu.

3. Buat anak merasa aman dan nyaman dengan cara meyakinkannya. Katakan padanya dia aman karena Anda sebenarnya tidur tidak jauh darinya. Jika anak takut monster, yakinkan padanya kalau monster itu tidak ada dan tak akan menyakitinya. Meski awalnya anak belum yakin benar, perkataan Anda itu setidaknya membuatnya sedikit tenang.

4. Tawarkan pada si kecil hal-hal yang bisa membuatnya merasa aman, selain menyalakan lampu tentunya. Misalnya saja dengan menaruh mainan favoritnya. Anda bisa juga menawarkan untuk menemaninya selama beberapa menit, sementara dia mulai tertidur.

5. Jika anak masih tetap takut, Anda bisa menaruh lampu tambahan. Lampu tambahan ini tentunya sinarnya lebih redup ketimbang lampu utama yang Anda matikan saat si kecil tidur. Pastikan tingkat keterangan lampu tersebut aman, sehingga anak tidak membuat anak terbangun. Dengan adanya lampu tambahan ini, rasa takut anak bisa sedikit berkurang.

(eny/hst)

Tips Mencari Pengasuh untuk Si Kecil

Eny Kartikawati - wolipop
0 Komentar | Share : .

Dok. Thinkstock
Jakarta - Cukup banyak ibu bekerja yang mempercayakan anak mereka pada pengasuh. Namun terkadang memilih pengasuh yang benar dan tepat bisa memusingkan. Berikut ini tips bagaimana mencari pengasuh untuk anak, seperti dilansir ehow:

1. Memilih pengasuh anak dengan terburu-buru sangat tidak disarankan. Dalam mencari pengasuh, untuk menemukan yang sesuai hati Anda, perlu waktu dan kecermatan. Lalui semua proses yang harus dilewati dalam memilih pengasuh sebelum mengambil keputusan.

2. Buat daftar pengasuh anak seperti apa yang Anda inginkan. Daftar ini bisa berisi berbagai hal seperti:
- Apakah Anda mencari pengasuh full time atau part time?
- Apakah si pengasuh akan tinggal di rumah atau yang bisa pulang ke rumahnya?
- Apa saja tugas si pengasuh? Apakah dia juga mengurus pekerjaan rumah tangga?
- Berapa gaji yang Anda bisa bayar?
- Berapa umurnya dan bagaimana latar belakang keluarganya?
- Keahlian dan pengalaman apa yang harus dimiliki pengasuh?

Selain hal-hal di atas, mungkin Anda punya daftar sendiri yang bisa ditambahkan. Jika memang pertanyaan yang ada di daftar tersebut adalah syarat wajib Anda untuk si pengasuh, berpegang teguhlah pada itu. Kalau ternyata tidak kunjung menemukan pengasuh yang sesuai daftar tersebut, jangan mudah menyerah.

3. Cari berbagai sumber yang bisa memberikan Anda daftar agensi pengasuh, jika memang Anda berniat mencarinya dari agensi. Jangan berpegang pada satu agensi saja. Daftar agensi ini bisa Anda dapatkan dari teman, internet atau iklan. Pastikan agensi pengasuh itu memang memiliki reputasi yang baik. Galilah informasi sebanyak mungkin soal agensi tersebut.

4. Ketika Anda sudah memilih satu agensi, sekali lagi, banyak-banyaklah mencari informasi tentang agensi itu. Pertama, tanyakan dulu pada pihak agensi tersebut seperti bagaimana mereka memilih pengsuh, prosesnya seperti apa, cara mengecek latar belakangnya bagaimana, berapa lama agensi tersebut sudah berdiri dan pertanyaan lain yang memang Anda rasa perlu tanyakan. Jika agensi pilihan Anda terkesan malas menjawab pertanyaan Anda dan menutup-nutupi, segera cari agensi lain.

5. Setelah akhirnya mendapatkan pengasuh dari satu agensi, jangan buru-buru menerimanya. Wawancara dulu pengasuh tersebut. Tanyakan pertanyaan sesuai daftar yang sebelumnya sudah Anda buat.

6. Khusus untuk latar belakang keluarganya, kalau memang memungkinkan kroscek lagi kebenaran dari pernyataan si pengasuh. Pastikan juga Anda memiliki nomor telepon pihak keluarganya dan foto kopi kartu identitasnya yang masih berlaku.

7. Jika memang diperlukan, buatlah kontrak kerja atau surat perjanjian dengan pengasuh si kecil. Surat perjanjian ini bisa berguna kalau ternyata si pengasuh berbuat macam-macam.

Rabu, 30 Maret 2011

Salah Kirim Sms

Bang sms siapa ini bang….Jiahhh koq mendadak dangdut seperti ini. Pesan pendek atau akrab disebut sms menjadi alat komunikasi kita sehari-hari. Urusan sms, aku sudah beberapa kali dibikin kalang kabut. Apalagi kalau tidak berhubungan dengan salah kirim.
Salah kirim tidak akan terlalu menjadi beban kalau isinya tidak secret alias rahasia atau berkaitan dengan cinta. Nah ini dia masalahnya.
Awal tahun lalu, ada seorang cowok tampan yang mendekatiku. Selain cakep, ia pintar, dan terlihat religious. Dari awal bertemu, tuch cowok memang sudah memperlihatkan ketertarikannya ke aku. Matanya sering mencuri pandang ke arahku. Tadinya aku nggak memperhatikannya. Tetapi gara-gara dilirik terus, mau tak mau aku agak tergoda (lho, maksudnya?). Ini namanya khilaf karena ditaksir makhluk tampan.
Selama pertemuan intens itu kamu kerap ngobrol apa saja. Hingga memunculkan getaran yang kuyakini itu adalah cinta. Karena aku takut dengan hatiku, aku berusaha menghindarinya. Ach, ia datang tak tepat waktu. Saking bingungnya dengan dag dig dug yang memenuhi dadaku, akhirnya kukirim sms saja ke kakakku. Isinya kurang lebih berupa saltingku karena didekati cowok tampan nan rupawan mapan dan beriman. Hahaha panjang banget kelebihannya.
Ternyata, sms itu kutujukan ke belahan jiwaku, my bebe. Begitu sms terkirim, aku shock setengah mati. Oh, no! Bisa perang bharatayudha nanti! Aku kembali membuka is isms untuk meyakinkan diriku kalau ada ‘sabuk pengaman’ di ujung sms. Ya, aku menulis cowok paling tampan dan paling kucintai ya my bebe. Byurrrrr…..seperti ada guyuran air ke hatiku. Tenaaaannggggg…..
Eh, hari ini, senja ini, aku kembali salah kirim sms. Temanya masih di lingkaran cinta, tapi masalahnya beda. Aku biasa menyimpan tulisan puisiku di handphone sebelum kuketik di netbook. Ternyata, karena tidak konsen, puisiku tentang rindu yang sudah rapi jail, bukannya ke-save, malah ke-sent.
Parahnya, aku nggak sadar kalau puisi yang sangat sentimentil dan berbahaya bagi keamanan hati laki-laki itu (lebay) kekirim kepada bapak paruh baya. Awalnya si bapak tampak tak yakin yang ngirim pesan pendek itu aku. Padahal no HPku dikenalnya. Karena belum sadar apa yang terjadi, aku balas santai saja. Aku baru panik saat tahu draft sent smsku.
Oh lalalala tralalala bianglala…..ternyata isinya puisi rindu. Oh, rasanya aku pingin ngumpet di belakang sopir…hahaha. Maklum, saat mengalami tadi aku lagi terguncang-guncang di atas angkutan kota. Akhirnya, aku kirim sms meyakinkan beliau kalau itu tidak sengaja. Aku agak paranoid juga, bukan geer. Sebelumnya, ada kakek-kakek yang pamer segepok uang di bangku bus kepadaku dan menggodaku. Ampun nih aki-aki. Ada juga beberapa bapak-bapak yang sering menggodaku, menjanjikan macam-macam. Mereka dari sisi finansial sudah mapan. Sempat kepikir, emang laki-laki kalau bertambah umur makin jahil dan nakal ya? Untungnya aku nggak nanggepin. Mau dikasih istana kek, gue nggak bakal mau. Kasihan istri mereka yang menjadikan mereka mapan seperti sekarang. Yang cowok muda, ganteng, dan mapan saja dulu gue tolak karena takut dengan kesempurnaannya. Emangnya gue cewek matre? Ih, no way lah yayyyyy….suka naik bajaj dan makan capcay.

Sabtu, 01 Januari 2011

About Discipline in Class

Discipline is an educational concept based in responsibility of the teacher to encourage and maintain appropriate and cooperative behaviors on the part of students in classroom. Discipline also as steps taken by adult to cause student to behave acceptably in school.
Reward usually related to appropriate behavior. Reward is effective only through its associations. Most of reward is similar with discipline student . But reward is not same with discipline student. Because it is also connecting to achievement. Teacher can be identify rewards that makes the children truly enjoy. Consistency in this way is important. So, rewards can be shaped to help child internalize behavioral changes that are not dependent on intrinsic rewards in the future.
Punishment is certainly an option in the overall design of classroom management, and punishment sometimes appears to be the most sensible and meaningful intervention. According to BF Skinner, punishment caused bad feelings and desire for retaliation. Punishment is effective only when it reconditions new responses to the cues for unwanted behavior. Punishment is one of discipline tools to change misbehavior student in the classroom to appropriate behavior. Discipline is a component of classroom management. So, discipline is differ from punishment.
To develop and maintain classroom routines and rules, we can adopt the four contexts of school behavior such as institutional requirements, teacher management requirements, group and peer management requirements, and developmental learning requirements. Institutional requirements may include a dress code, times of arrival and departure, breakfast or lunch procedures, playground rules, parent permission for trips and certain acitivities, codes of behavior in the halls during class transitions, and rules for behavior on school buses or with crossing guards. Teacher management requirement assigned to teacher meet their contractual obligations and the expectations of administrators, other supervisors, parents, and community. Central to meeting these requirements is effective management of an assigned group of students. Group and peer management requirements means the classroom is a social environment, and children learn from each others as well as from their teachers. Developmental learning requirements may include the child-centered approach to management emerges as a central concern. Besides, we can give rewards and punishments to develop and maintain classroom routines and rules.
Positive reinforcement can be provide with social reinforcers, activities and privileges, tangible rewards, and token. Social reinforcers such as approval, praise, attention, or physical proximity. Activities and privileges such as freedom to move around the room, use of special library books, or choice of acitivites at certain times. Tangible rewards such as objects, edibles, or certificates. Tokens to be used in a classroom economy to purchase rewards over time. Positive reinforcement should also consider fairness, spontaneous rewards, and communicate to all students about the ways to get rewards.
In teaching process, teacher likely face conflict in the classroom. When the teacher face conflict, teacher can solve it with several ways. Teacher can analyze the conflict: identifying reasonable class conditions, identifying reasonable student behaviors, analyzing current conditions through observation and accurate description, describing current conditions, targeting and prioritizing specific behaviors for change, selecting and applying intervention strategies, and evaluating and adjusting interventions. Teachers also can use action research as guide in solving their conflict. Teacher can gather data, observe, analyze, and finding out to solve conflict.

References:
www.wikipedia.com
Sudent-Centered Management

Minggu, 14 November 2010

Embun Kebaikan

(Bapakku Juara Satu Sedunia-Andrea Hirata)
Kamis pagi (11/11) aku dikejutkan dengan postingan di wall dari seorang teman lama, kawan semasa kuliah di Universitas Indonesia. Selain satu jurusan, kami kerap satu organisasi. Secara garis besar tulisannya sebagai berikut: “Mengenang Susan adalah orang baik yang selalu membantu aku. Ia sabar menjelaskan mata kuliah sebelum kuliah dimulai dan sering kurepotkan.”
Kalimat itu membuatku terharu. Aku sendiri sudah lupa, kalau aku kerap membantu dia. Nah, yang lebih membuatku luruh adalah komentar teman lain. “Ya, Susan bukan hanya baik, baik banget malah. Gue sering minta tolong sama dia. Anehnya dia nggak pernah minta tolong sama gue.”
Tak terasa butiran bening mengalir dari mataku. Ada rasa kelegaan ternyata jejakku sebuah kebaikan di mata teman-teman. Seminggu sebelumnya, sebuah amplop putih dari seorang teman mendarat di meja kerjaku. Aku bingung, kenapa dia mengirim surat untukku. Ternyata, isinya berupa ucapan terima kasih atas kepedulianku kepada keluarganya. Ada sentuhan damai menyapa hatiku kala membaca tulisan tangan itu.
Sejak kecil, lazimnya anak, aku mengamati perbuatan almarhum bapak dan ibu. Hal-hal baik yang mereka lakukan berusaha aku terapkan. Tiap pagi, aku melihat ibu rutin menggelar sholat dhuha selain tahajud dan hajad yang tak putus beliau lakukan. Untuk yang dua terakhir, aku masih bolong-bolong mengerjakannya.
Dari almarhum Bapak, seorang lelaki sederhana, tak punya pangkat, bukan pegawai apalagi pejabat, hanya rakyat kecil yang berusaha membahagiakan keluarganya, aku seperti menemukan mata air kehidupan. Ia seorang yang bijak, generous. Masih lekat di ingatanku, kala beliau sakit menjelang akhir hidupnya, Bapak masih sempat-sempatnya menanyakan keadaan keuangan salah seorang tetanggaku yang sedang mengalami kondisi sulit.
Semasa hidup Bapak sepertinya punya ‘hobby’ menolong sesama. Dari anak-anak gunung yang biasa beliau beri permen saat pulang kerja, mengantarkan tetangga sakit, memberi pinjaman kepada tetangga yang kesusahan, bahkan PNS dan polisi yang biasa mangkal di bengkel sederhananya juga tak luput dari bantuannya. Bapak juga kerap mengantarkan orang-orang gunung yang terlantar (dulu belum ada angkutan), memberi donasi untuk kepentingan desa, dan masih banyak lagi.
Banyaknya kebaikan yang beliau tebar kerap membuatku terharu dan bangga sebagai anaknya. Maka, aku sangat setuju dengan Andrea Hirata. “Ayahku Juara Satu seDunia”. Setelah Bapak tutup usia, seorang Bapak kurus dengan tulus berterima kasih karena ia merasa seperti berhutang nyawa. “Kalau nggak ada bapakmu, entahlah, mungkin nyawa saya sudah tidak tertolong lagi,” ujarnya. Juga suatu sore, saat itu aku menumpang angkutan umum. Sopir bus menanyakan tempat tinggalku. Dia langsung bilang, ia punya seorang kenalan. “Orangnya sangat baik dek. Suka menolong orang. Saya termasuk yang ditolong. Rumahmu dekat dengan rumah beliau?”
Kerap aku berpikir apakah keberadaanku bisa seperti Bapak, menjadi matahari, inspirasi, dan memberi manfaat bagi orang lain dan sekitar. Ia orang kecil yang mempunyai dunia luas. Kerap ‘putus asa’ menghampiriku kala berusaha meniru kebaikan Bapak. Kaki-kaki ikhlas sering berlari menjauh saat aku menabur satu benih kebaikan. Kenapa tiba-tiba lengan pamrih malah erat memelukku? Juga kepala egois yang tegak saat ada orang lain memerlukan pertolongan. Rabbi, sepertinya hamba masih jauh dari perilaku Bapak yang memancarkan ketulusan.
Aku juga kerap bertanya pada diri sendiri, apakah jika aku meninggalkan alam fana ini orang-orang akan merasa lega dan tertawa karena keberadaanku hanya menyusahkan orang lain atau menjadi duka bagi mereka karena hilangnya seorang anak manusia.
Postingan kawan lama di facebook tentang jejak kebaikan dan amplop surat dari seorang teman seakan embun pagi yang menyegarkan hari dan juga menjadi pesan untuk setia pada kebaikan dan Sang Maha Baik.
Bukankah jika kita menapak tilas dari wejangan nabi, sebaik-baik kita adalah orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Ayo kita berlomba menanam kebaikan di ladang kehidupan.

www.jendelasastra.com/susansutardjo

Sabtu, 13 November 2010

MNS

(Mid Night Sale)

MNS
(Mid Night Sale)

Setengah halaman bertaburan bujukan
Merayu datang memborong barang
Diskon up to 70 persen, katamu
Menari-nari fesyen elok harga kaki lima di kepalaku

Aku ambil yang ini
Aku mau yang itu ach
Yang ini unik
Yang itu lucu juga

Lapar mata
Menguras uang
Menabung sesal

Embun Kebaikan

Kamis pagi (11/11) aku dikejutkan dengan postingan di wall dari seorang teman lama, kawan semasa kuliah di Universitas Indonesia. Selain satu jurusan, kami kerap satu organisasi. Secara garis besar tulisannya sebagai berikut: “Mengenang Susan adalah orang baik yang sering membantu aku. Ia sabar menjelaskan mata kuliah sebelum kuliah dimulai dan sering kurepotkan.”
Kalimat itu membuatku terharu. Aku sendiri sudah lupa, kalau aku sering membantu dia. Nah, yang lebih membuatku luruh adalah komentar teman lain. “Ya, Susan bukan hanya baik, tetapi terlalu baik. Gue sering minta tolong sama dia. Anehnya dia nggak pernah minta tolong sama gue.”
Tak terasa butiran bening mengalir dari mataku. Ada rasa kelegaan ternyata jejakku sebuah kebaikan di mata teman-teman. Kerap aku berpikir apakah keberadaanku memberi manfaat bagi orang lain. Apakah jika aku meninggalkan alam fana ini orang-orang akan merasa lega dan tertawa karena keberadaanku hanya menyusahkan orang lain atau menjadi duka bagi mereka karena hilangnya seorang anak manusia.
Seminggu sebelumnya, aku juga menerima sebuah amplop putih dari seorang teman. Aku bingung, kenapa dia mengirim surat untukku. Ternyata isinya berupa ucapan terima kasih atas kepedulianku kepada keluarganya. Ada sentuhan damai menyapa hatiku kala membaca tulisan tangan itu.
Postingan kawan lama di facebook tentang jejak kebaikan dan amplop surat dari seorang teman seakan embun pagi yang menyegarkan hari-hariku untuk selalu berbuat baik bagi sesama.
Bukankah jika kita menapak tilas dari wejangan nabi, sebaik-baik kita adalah orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Ayo kita berlomba menanam kebaikan di ladang kehidupan.

Selasa, 09 November 2010

Rezeki Allah Itu Luas

Selasa siang (9 Nov) aku kedatangan tamu istimewa. Mantan cleaning service (CS) di kantor. Tubuhnya memang terlihat lebih kurus dalam balutan jaket. Terakhir ketemu CS ini ia menganggur. Ceritanya, ia keluar kantorku karena memperoleh pekerjaan baru sebagai kurir yang berlokasi di Halim, Jakarta Timur.
Sepintas, pekerjaan baru itu lumayan menggiurkan. “Gajinya lebih besar di sana mbak,” kata CS itu berseri-seri saat pamitan. Aku lega ia memperoleh pekerjaan lebih baik. Terlebih istrinya kala itu baru saja melahirkan.
Sekitar dua bulan kemudian, CS itu datang lagi. Aku tanya, kenapa tidak bekerja di Halim lagi. Ia bilang, ternyata gajinya habis untuk membeli bahan bakar. “Masak untuk mengantarkan barang harus menggunakan sepeda motor dan bensin dari kantong sendiri,” keluhnya. Akhirnya, tak perlu menunggu lama, ia mantap keluar.
Ia sebenarnya tahu, pilihan keluar bukan jalan terbaik. Karena, ia sangat membutuhkan uang untuk membiayai keluarganya. Untuk menambal kebutuhan keluarga, CS ini mengajar mengaji di sebuah mesjid di Tebet, Jakarta Selatan. “Alhamdulillah, masih mendapat rezeki dari orang tua murid ngaji,” ujarnya.
Meski demikian, keuangan keluarga CS ini kian limbung. Selama dua bulan ia hanya mengandalkan honor tiris sebagai guru mengaji. Beruntungnya ada panggilan kerja sebagai security seorang pengusaha di Kemang. Namun, banyak pergolakan batin ia alami ketika bekerja di sini. “Saya sering bertanya, sumber uang ini haram atau halal,” terangnya menjelaskan asal uang majikannya yang menurutnya menyalahi norma.
Dalam kebimbangan itu, ia memutuskan keluar. Ia kemudian melamar di sebuah perusahaan yang menangani mantainance gedung di kawasan Jakarta Selatan. “Alhamdulillah, pekerjaan saya sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya,” kata CS ini tersenyum. Dalam sebulan ia mengantongi gaji sekitar Rp 1,7 juta dipotong iuran jamsostek dan asuransi. Jam kerjanya juga terbilang lengang.
Ia bersyukur Allah memberinya pekerjaan terbaik, jauh melebihi posisinya sebagai office boy. “Meskipun taruhannya nyawa, saya tidak apa-apa. Yang penting anak saya bisa makan dan halal,” ujar lelaki betawi ini.
Menyimak perjalanan CS, aku seperti ditampar. Ternyata rezeki itu tersebar di banyak tempat. Aku seperti mengalami kebimbangan, bingung, ketika memutuskan untuk resign. Munculnya pemikiran ini bukan tanpa sebab. Sudah banyak hal aku lakukan dalam mengisi masa transisi ini. Tetapi, semua pintu sepertinya tertutup. Aku laiknya menghadapi dinding tebal. Rabbi, hamba percaya, Engkau Maha Kaya. Dan Engkau akan member rezeki terbaik bagi makhluk-Mu.

Minggu, 07 November 2010

Mencari Cahaya Pasca Bencana

Kesedihan, kehilangan, kekecewaan, dan trauma adalah kata-kata yang melekat ketika bencana melanda. Secercah cahaya sangat diperlukan agar korban sembuh dan bisa melanjutkan hidup kembali pasca bencana.

Tangis Ismail lirih menyayat di antara puing reruntuhan material. Kepedihan nyata mencuat di wajah lelaki paruh baya itu. Dua anaknya dan istrinya menjadi korban amuk tsunami di kampungnya, Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera Barat. Ia tak pernah menyangka, kebersamaan keluarganya akan berakhir di ganasnya air.
Duka juga dirasakan seorang ibu di Sumatera Barat. Acapkali air bening mengalir dari dua matanya. Bahkan, tangis keras terdengar kala nama anaknya, Angga, salah satu korban gempa di Padang, 30 September 2009 disebut salah satu presenter TV berita. Angga, anaknya yang masih duduk di Sekolah Dasar di Padang, menjadi salah satu korban meninggal saat gempa menggoyang bumi Minang. Meski setahun berlalu, duka ibu Angga masih terasa. “Saya masih sedih kalau masuk ke kamarnya,” ujar wanita berkulit bersih itu pilu.
Bencana alam tidak bisa diperkirakan kapan pastinya datang. Meskipun peradaban manusia telah menghasilkan teknologi yang bisa mendeteksi gejala alam penyebab malapetaka. Seperti diungkapkan Prof Hery Harjono Peneliti Bidang Kebumian LIPI kepada wartawan stasiun TV swasta beberapa waktu lalu. “Ilmuwan bisa menjelaskan fenomena alam setelah terjadi bencana, juga bisa membuat prediksi tetapi tidak bisa memastikan. Ada deviasi antara prediksi dengan kejadian,” ujarnya.
Dengan adanya ketidakpastian datangnya bencana, masyarakat harus memiliki kewaspadaan dan ilmu tentang bencana alam. Selain persiapan material, juga diperlukan kesiapan mental dan strategi yang harus dilakukan ketika musibah terjadi. Sosialisasi tentang penyelamatan diri kala gempa, banjir, gunung meletus, tanah longsor, tsunami, dll harus dilakukan mulai dari bangku sekolah dasar. Juga penyuluhan kepada warga masyarakat dari rukun tetangga hingga kelurahan.
Menurut Sciense For a Changing World Indonesia termasuk negara rawan bencana. Hal ini dikarenakan negara kita terletak di cincin api pasifik dengan 452 gunung berapi dan terjepit tiga lempeng yakni Eurasia, Pasifik, Hindia Australia. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu lahan subur gempa, bencana gunung meletus, dan tsunami. Melihat kondisi geografis dan geologis Indonesia, sudah menjadi keharusan kita semua melek bencana.
Meski demikian, tetap diperlukan langkah-langkah progress dalam menangani bencana terkait traumatik korban, kelanjutan hidup korban dari sisi psikologis dan ekonomi, serta pemulihan daerah bencana.
Penyembuhan Trauma
Kehilangan harta benda atau menurunnya kondisi ekonomi menjadi salah satu kerugian yang diakibatkan bencana alam. Selain hilangnya orang terdekat dan keluarga, kehilangan pekerjaan, kehilangan, dan cacat fisik. Sehingga wajar jika bencana alam menorehkan kenangan pahit dalam memori korban atau menimbulkan trauma dan pasca trauma. Dalam tinjauan psikologi kondisi pasca trauma disebut post traumatic stress disorder (PTSD) atau gejala stress pasca trauma.
Menurut para pakar psikolog, PTSD merupakan gangguan psikologis yang terjadi pada orang-orang yang pernah mengalami suatu peristiwa tragis atau luar biasa. Orang ybs menjadi sangat terpukul, marah, kecewa, meratapi nasib, sangat sedih, cemas, gelisah, sulit tidur, takut berlebihan, waspada berlebihan, menarik diri, sulit konsentrasi, tidak percaya apa yang dialaminya, merasa tidak berdaya, bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan, kehilangan jati diri dsb.
Gangguan psikologis ini menyebabkan kondisi kehidupan korban sangat kritis, tidak nyaman dan rentan terhadap berbagai bentuk gangguan kesehatan fisik dan kejiwaan. Sebagian orang yang tidak kuat mentalnya akan mengalami stress, depresi, bahkan sakit jiwa.
Malangnya, gangguan ini bisa menetap lama pada diri korban hingga 30 tahun bahkan sampai seumur hidup. Sehingga diperlukan penanganan secara tepat antara lain dengan psikoterapi. Masyarakat diajak menerima kondisi realita yang ada, membantu dirinya sendiri menyembuhkan traumanya, dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Aspek religiusitas menurut sebagian kalangan dinilai efektif membantu penyembuhan trauma korban bencana alam. Pasalnya, ketika agama seseorang kuat, ia akan menerima musibah dan menganggap itu sebagai cobaan. Ia juga akan mencari hikmah atau pelajaran dari musibah yang menimpanya. Setelah itu, korban akan berusaha bangkit, mengumpulkan energinya untuk kembali menata hidupnya.
Penanganan Anak
Selain orang dewasa, anak-anak kerap menjadi korban bencana yang terabaikan. “Anak-anak yang mengalami trauma akibat bencana alam harus disembuhkan dari traumanya secara permanen. Penyembuhan trauma pada anak-anak tidak boleh bersifat sementara atau hanya memberikan hiburan sesaat,” kata Ketua I Komisi Perlindungan Anak Indonesia Masnah Sari seperti dikutip di harian Kompas. Anak-anak pasti mengalami trauma melihat rumah dan tempat bermainnya hancur, imbuhnya.
Misran ,Koordinator Unit Pusat Kajian Perlindungan Anak, seperti dikutip dari laman Starberita.com mengungkapkan trauma dan kesehatan anak kurang mendapat perhatian, dan sering tidak tepat dalam penanganannya. Dalam kondisi darurat, anak anak juga sering mengalami eksploitasi ekonomi, keterpisahan dan kehilangan tempat aman, imbuhnya.
Tingkat ketergantungan anak-anak yang tinggi terhadap orang dewasa membuat mereka berada di bawah ancaman dan sangat beresiko ketika orang tua dan keluarga menjadi korban meninggal. Sayangnya, kata Misran, Indonesia belum memiliki sistem penanganan bencana komprehensif dan kebijakan khusus menangani anak-anak dalam situasi tanggap darurat. “Institusi seperti sekolah, panti asuhan, organisasi keagamaan lembaga adat perlu diperkuat kapasitasnya untuk merespon cepat menangani anak-anak ketika bencana terjadi,” ujarnya.
Trauma anak, kata Masnah, bisa disembuhkan dengan menitipkan anak-anak ke sekolah yang tidak mengalami bencana. “Anak-anak itu dikumpulkan di satu tempat khusus dan diberi proses belajar mengajar yang khusus,” terangnya. Dosen psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Wiwik dalam seminar penanggulangan bencana yang juga menghadirkan Misran mengatakan perlunya deteksi dini sebelum memutuskan langkah terapi yang akan dimbil. "Kita harus mengetahui riwayat anak sebelum dan setelah bencana, tanda-tanda perubahan psikologi secara umum dapat dikenali sejak dini.”
Melanjutkan Hidup
Rachman, salah satu korban selamat gempa Padang, Sepetmber tahun lalu, kini harus hidup dengan satu kakinya. Padahal, kaki menjadi bagian vital yang mendukung aktivitas kerjanya sebagai tukang bangunan. Meski kakinya harus ia amputasi sendiri dengan gergaji, pemuda berdarah Sunda itu mengaku bersyukur bisa selamat dari amukan gempa. Ia kini mulai menata masa depannya. “Saya berharap ada dermawan yang mau menyumbang kaki palsu untuk saya,” harap Rachman.
Sarifah Cut, perempuan paruh baya yang tinggal di Aceh Barat juga menjadi saksi hidup atas kedahsyatan tsunami yang melanda serambi mekah pada Desember 2004. Bukan hanya harta benda yang hilang, salah satu jarinya putus terkena benda tajam saat ia berusaha menyelamatkan diri. Usai tsunami, perempuan yang aktif menggerakkan perempuan desa untuk berkoperasi ini mulai menata hidupnya. Termasuk menghidupkan kembali koperasi wanita yang dibentuknya. Meski, aset dan sebagian besar anggota koperasi hilang disapu tsunami. “Saya memulai semuanya dari nol lagi,” ujarnya saat ditemui dalam sebuah pameran KUKM di Gedung Smesco Promotion Center, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bangkit pasca mengalami kejadian pahit dalam hidup seperti musibah bencana alam tidaklah mudah. Dibutuhkan refleksi yang akan menjadi bahan evaluasi dan guidance seseorang maju ke depan. Sayangnya, tidak semua orang bisa melakukan refleksi yang sangat membantu dalam memetakan kekuatan dan kelemahan serta strategi bertahan hidup dan enjalaninya dengan lebih baik.
Diperlukan dua syarat seseorang bisa bangkit kembali menata masa depan, yakni kemauan berjuang untuk hidup dan kemauan bangkit mengatasi masalah dan membangun kembali hidup dan daerahnya yang porak poranda. Selain itu, dalam konteks masyarakat, diperlukan daya gotong royong untuk menata kembali keluarga dan wilayah.
Pemulihan hidup korban sangat tergantung pada kualitas yang bersangkutan. Sehingga, kualitas manusia menjadi aspek penting dalam menata kembali hidup masyarakat korban bencana alam. Peningkatan kualitas manusia, bukan berpusar pada kecerdasan pribadi. Tetapi juga adanya perlindungan, jaminan rasa aman, dan kesejahteraan dari pemerintah setempat.
Ya, peran pemerintah, lembaga sosial, dan empati masyarakat yang tidak menjadi korban sangat diperlukan. Pemerintah harus memiliki kebijakan, lembaga, dan aparat yang sigap mendukung pemulihan korban dan wilayah bencana. Juga fasilitator lembaga sosial yang diharapkan membantu memulihkan gangguan mental masyarakat. Para fasilitator sedianya memberikan perhatian dengan mendengar keluhan, mendampingi mereka mencari solusi atas permasalahan yang ada. Selain itu, fasilitator juga mengarahkan masyarakat dalam membangun kembali daerah dan lingkungan sosial. Mari bersama membantu saudara kita yang tengah ditimpa bencana. Duka mereka duka kita juga.

By:Susan Sutardjo

Minggu, 10 Oktober 2010

Nasib Ritel Pangan Lokal: Menjadi ‘Tamu’ di Negeri Sendiri

Kondisi ritel pangan lokal saat ini boleh dibilang di ujung tanduk. Selain harus bertahan di tengah serbuan produk impor, makanan warisan leluhur itu juga bertarung dengan perubahan selera lidah masyarakat yang gandrung makanan cepat saji, dan regulasi yang tidak mendukung. Keberpihakan pemerintah, masyarakat, dan stakeholder menjadi kunci penting keberlangsungan ritel pangan lokal.
Kekecewaan terilhat di raut Iwan, asisten manager sebuah perusahaan konsultan di Jakarta kala berlalu dari sebuah rumah makan di kota minyak di Kalimantan. Ia berharap bisa memanjakan lidahnya dengan suguhan masakan lokal. Sayangnya, hingga hari terakhir di kota itu, laki-laki berusia 30 tahunan itu tidak menemukan restoran bermenu lokal. “Rata-rata menu nasional dan junk food,” ujar pria berdarah Jawa yang lahir dan besar di Jakarta ini.
Lain cerita ketika ia ditugaskan di Makassar, Sulawesi Selatan. “Wah, saya puas banget mencoba berbagai makanan di daerah ini. Menu yang tak pernah ketinggalan adalah ikan,” katanya dengan mata berbinar. Sandiaga S. Uno, pengusaha nasional, ketika bertandang ke Semarang bertanya makanan apa yang harus dicoba di kota atlas itu lewat akun facebooknya. Jawaban yang muncul pun bisa ditebak. Mulai dari lumpia, wingko, soto Semarang, sate, ayam bakar, dll.
Setiap bertandang ke suatu daerah, kita akan terkaget-kaget dengan kuliner setempat yang beragam. Meski ada beberapa daerah yang miskin penganan lokal. Kadang kita menjumpai jenis makanan yang sama dengan daerah lain, tapi namanya beda. Misalnya masyarakat Jawa Tengah bagian utara menyebut makanan dari bahan ketan dengan isi kacang di dalamnya dengan nama dumbek. Sementara orang Sunda menamai kue basah itu dengan sebutan bacang.
Uniknya, sesama masyarakat Jawa kerap tidak sama menyebutkan satu jenis nama makanan. Contohnya kue nogosari yang terbuat dari tepung terigu dengan isi pisang. Sebagian masyarakat pesisir Jawa menamainya ciklek.
Kendati kuliner lokal memiliki potensi besar untuk berkembang, keberadaannya kini mulai tergilas oleh makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri. Melihat berlimpahnya pangan global baik fast food hingga bahan makanan jadi, menyebabkan makanan lokal kita tidak lagi menjadi tuan rumah, tetapi tamu di negeri sendiri.
Proteksi, Sosialisasi, dan Festival Kuliner
Serbuan pangan global telah merubah selera lidah sebagian masyarakat dari makanan tradisional ke sajian cepat saji atau fast food. Tengoklah ke resto-resto kota besar, sebagian besar menjajakan menu makanan asing. Malangnya, kelangkaan makanan tradisional tidak hanya melanda kampung beton. Di desa-desa pun kini sebagian makanan tradisional kini menghilang. Seperti kue puntir, walang-walang, rondo royal yang sangat sulit ditemui di daerahku, Lasem, Jawa Tengah.
Jika kesadaran masyarakat melestarikan pangan tradisional terus menipis, mungkin 15 tahun lagi generasi sekarang tidak mengenal thiwul, ongol-ongol, gethuk, grontol, carabikang, dll. Minimnya konsumsi pangan tradisional secara langsung juga berpengaruh pada budidaya sumber makanan lokal seperti singkong, ubi, jagung, dll. Jika permintaan jarang, maka petani kita akan enggan menanam.
Dr Murdijati Gardjit, ahli makanan tradisional dari Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT) UGM Yogyakarta, di situs Gatra.com mengatakan bahwa penganan tradisional berbahan baku lokal lambat laun terancam punah, karena lemahnya sosialiasi dan proteksi pemerintah. "Dengan banyaknya bermunculan makanan modern atau cepat saji, makanan tradisional terancam punah jika tidak ada proteksi dan dimulai dari dapur kita sendiri," jabarnya. Menjamurnya makanan cepat saji menyebabkan makanan tradisional berbahan baku lokal dilupakan, imbuhnya.
Mulai dari dapur sendiri, artinya setiap keluarga memasak sendiri makanan yang akan disajikan. Karena, kata Murdijati, salah satu faktor penyebab tepuruknya makanan tradisional adalah kebiasaan masyarakat sekarang yang memilih jalan pintas jajan di restoran atau warung makan ketimbang menyalakan api dapurnya sendiri.
.
Selain proteksi, kata Murdijati, perlu dilakukan sosialisasi. Semua elemen baik masyarakat, asosiasi jasa boga dan pemerintah harus ikut aktif mensosialisasikan makanan tradisional berbahan baku lokal, imbuhnya.
Salah satu contoh kegiatan sosialisasi yang bisa dilakukan adalah menyelenggarakan festival kuliner warisan leluhur. Dari lingkup paling kecil seperti RT, RW, kecamatan dan kabupaten menggelar kegiatan ini setahun sekali. Festival diisi dengan pameran makanan tradisional dan lomba memasak. Selain itu juga perlu diadakan lomba memakan bagi remaja dan anak-anak untuk mengenalkan kekayaan kuliner leluhur.
Peningkatan Mutu, Pengemasan, dan Inovasi
Kemasan menarik dan kesan modern menjadi salah satu daya tarik fast food. Agar masyarakat tertarik pada makanan tradisional, sebisa mungkin kemasan makanan tradisional dibuat eye catching. Kita bisa mencontoh produk makanan kecil di Cina yang dikemas dengan bungkus menarik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mutu makanan. Kualitas makanan harus bagus dengan pemilihan bahan lokal berkualitas. Lebih baik jika dilengkapi dengan izin dari BPOM dan labe halal untuk menjamin keamanan dan menambah kepercayaan konsumen.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mencuri hati konsumen adalah melakukan inovasi pangan. Kue tradisional seperti getuk yang semula hanya terbuat dari singkong bisa ditambah dengan keju sehingga melahirkan varian baru. Hal ini berlaku untuk penganan lain. Kita bisa memadukan bahan makanan lokal standar dengan produk pangan global.
Kampanye Hidup Sehat
Eksistensi makanan tradisional akan kembali berkibar jika kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat kian meningkat. Salah satu faktor pendukung gaya hidup sehat adalah pola makan. Banyaknya penyakit degeneratif yang menyerang masyarakat modern salah satunya disebabkan junk food atau makanan sampah yang kaya kolesterol dan minim gizi.
Murdijati seperti yang tertulis di Gatra.com menilai masyarakat sekarang lebih mengejar kenikmatan ketimbang manfaat yang terkandung dalam makanan. “Saat ini orang lebih cenderung berpikir instan dalam memilih makan sehingga kurang mempertimbangkan kandungan dan nilai gizi dalam makanan tersebut. Sehingga tidak heran saat ini banyak warga yang menderita penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung, koleseterol.”
Prof dr. Muhammad Sulchan, Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di salah satu artikel di suarakarya-online.com juga mengungkapkan junk food menjadi salah satu pemicu penyakit kanker. “Globalisasi mendorong terjadinya perubahan radikal dalam sistem ritel pangan, yang ditandai dengan menjamurnya hypermarket, restoran cepat saji, waralaba, food court dari berbagai penjuru dunia yang sebagian besar menyajikan junk food atau makanan sampah dengan resiko terkena kanker sangat tinggi,” papar Sulchan. Proses pengolahan dan pematangan fast food beresiko menyebabkan kanker, imbuhnya.
Guna mengurangi kanker, Sulchan menyarankan agar masyarakat lebih banyak mengkonsumsi makanan lokal berbahan baku alami dan diolah secara tradisional. Ia menambahkan mengkonsumsi tahu dan tempe dari kedelai lokal lebih sehat ketimbang kedelai impor.
Bersinergi atau Membatasi Ritel Modern?
Sejengkal kaki melangkah di jalanan ibukota, kita akan menemui ritel modern baik dari dalam negeri maupun asing. Entah itu minimarket ataupun area shopping mall. Sehingga, bisa dibilang sejauh mata memandang yang terlihat adalah deretan ritel moderen.
Ritel modern jumlahnya terus menggunung meski pemerintah telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) No. 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 44 tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perpasaran Swasta di DKI Jakarta. Aturan ini menegaskan jarak minimal pasar tradisional dengan ritel modern sekitar 2,5 km.
Realitanya, kita kerap menemui tiadanya jarak antara ritel modern dengan pasar tradisional. Dan ini sudah menjadi pemandangan biasa. Bahkan, antara satu ritel modern dengan yang lain jaraknya hanya satu depa atau hanya dipisahkan oleh tembok.
Meski kondisi di lapangan berkata tidak ada zonasi, dan aturan hanya tinggal sebuah tulisan di atas kertas, seorang pejabat di Pemprov DKI Jakarta seperti yang dimuat di mediacenterkopukm.com mengatakan zonasi tetap berlaku. Namun, buru-buru ia menambahkan, sepanjang barang yang diperjualbelikan berbeda tidak ada masalah. Lemahnya pengawasan pemerintah member ruang gerak selebar-lebarnya bagi peritel asing.
"Aturannya sudah tepat, tapi yang masih lemah adalah pengawasan pelaksanaan peritel asing," kata dia.
Dengan masifnya jumlah mereka, bisa dipastikan makanan tradisional pun menyurut. Pasalnya, sebagian besar content makanan yang dijual adalah produk pangan global. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, upaya yang bisa dilakukan sekarang adalah bagaimana ritel-ritel itu memberi ruang bagi produk makanan tradisional kita. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Perindustrian berencana meningkatkan volume penyerapan pangan lokal skala industri kecil dan menengah pada ritel modern menjadi 25%. Hingga tahun 2009 penyerapan usaha ritel produk IKM pangan lokal ke area perbelanjaan modern baru sekitar 10%.
Tahun 2007 jumlah IKM pangan lokal yang memproduksi makanan tradisional sebanyak 140 ribu unit dengan konsentrasi terbesar di Pulau Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan mencapai 340 ribu orang. Berdasarkan data Depperin seperti yang dimuat di situs kontan.co.id, jumlah IKM pangan pada 2008 tercatat 18.064 unit dengan tenaga kerja sebanyak 57.438 orang. Jika mengacu data terakhir (2008) berarti ada penurunan IKM secara kuantitas.
Namun, peningkatan daya serap tidak cukup tanpa membatasi keberadaan ritel modern. Bagaimana mungkin pangan lokal bisa berkembang jika ia hanya menjadi tamu di area ritel modern yang kini menjajah ruang perkotaan hingga perkampungan. Sudah saatnya pemerintah sungguh-sungguh memberikan nafas bagi ritel pangan lokal untuk menghidupkan makanan tradisional.
Waralaba Pangan Berbahan Lokal
Potensi makanan lokal yang besar namun belum tergali secara optimal bisa diselesaikan dengan mewaralabakan pangan lokal. Tentunya sebelum menjadi item waralaba dan business opportunity (BO), produk tsb telah dikenal dan digemari masyarakat. Sayangnya, beberapa tahun terakhir, dari sekian banyak waralaba pangan lokal berbahan lokal hanya sedikit yang mampu bertahan.
Tiga tahun lalu BO minuman teh kemasan sangat menjanjikan. Dengan modal kecil sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 4 juta sudah bisa membeli BO minuman teh kemasan. Omset yang diperoleh pun terhitung lumayan. Namun, seiring kian banyaknya pemain sejenis, maka omset bisnis minuman ini pun mulai menurun. Seorang teman yang memiliki satu booth minuman teh kemasan mengeluh. “Boomingnya hanya tiga tahun,” ujarnya.
Nasib serupa juga dialami BO lain seperti singkong keju yang laris manis bak kacang goreng sekitar dua tahun lalu. Lalu banyak orang bermain di bisnis ini. Hasilnya, kompetisi pun kian ketat. Bahkan, kini kita jarang menemui lagi singkong keju yang biasanya dijajakan di gerobakan.
Pelaku usaha yang akan mewaralabakan produknya seharusnya memiliki plan business, riset matang tentang pengembangan produk, SDM, dan pemasaran. Sehingga, umur usaha tidak sesingkat tanaman jagung. Mereka harus banyak belajar pada waralaba asing yang bisa menyebar produknya di seantero dunia. Meski ada beberapa waralaba makanan lokal yang masih eksis hingga sekarang, sayangnya mereka mengembangkan makanan asing dengan bahan baku impor. Sehingga, perkembangan usahanya tidak berpengaruh pada kemajuan pertanian kita.
Permodalan dan Perizinan
Salah satu kendala yang dihadapi sebagian besar pelaku industri pangan lokal adalah permodalan. Saat ini pemerintah mengeluarkan program KUR atau kredit usaha rakyat yang bertujuan membantu akses permodalan bagi pelaku IKM. Sayangnya, hanya sebagian dari pelaku UKM di bidang pangan yang di-cover modal perbankan. Selebihnya masih terjerat bunga panas rentenir.
Sejatinya pemerintah telah berupaya memperluas akses pembiayaan KUR dengan menggandeng Bank Pembangunan Daerah sebagai bank semula. Semula KUR hanya disaurkan enam bank nasional. Lagi-lagi kondisi di lapangan tidak semanis kesepakatan yang telah disetujui. Banyak dana KUR yang akhirnya hanya parkir.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam men-support pangan lokal adalah perizinan usaha. Sejumlah pelaku UKM di bidang pangan mengeluhkan lamanya proses perizinan di BPOM (Badan Pengawasan Obat dan makanan). Hal tersebut sangat kontras dengan izin impor yang terbilang kilat.
Ketua Apindo Sofyan Wanandi seperti dikutip di bisnis Indonesia.com menegaskan jika pemerintah serius mendukung industri dalam negeri, proses perizinan di BPOM diharapkan dipermudah dan dipersingkat. "Kasihan industri kita ini, dipersulit, diputar-putar. Paling cepat 7 bulan mereka mengurus perizinan. Rata-rata di atas 1 tahun, bahkan ada yang 2 tahun."
Sangat disayangkan dan menjadi kerugian besar bagi bangsa ini jika generasi mendatang hanya mengenal donat, fried chicken, burger, wafel, es krim, pancake, french fries, kebab, dll yang notabene merupakan produk asli luar dengan bahan baku impor. Sementara makanan tradisional berbahan baku lokal terlantar dan tidak dipedulikan.
Sudah menjadi keharusan ketika sebagian dari kita terbiasa mengkonsumsi makanan luar, pangan lokal pun juga dikenal di negeri orang. Bukan sebaliknya, pangan global menjajah kita, sementara pangan lokal mati secara pelan-pelan. Saya membayangkan penganan tradisional kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bisa go international dan diwaralabakan. Ah, akankah mimpi itu menjadi kenyataan? Atau hanya khayalan yang tetap menggantung di awan-awan. Pangan lokalku, ah nafas kehidupanku.

Susan Sutardjo

Kamis, 30 September 2010

LOMBA SURAT UNTUKMU, NAK

Ungkapkan perasaan hati Anda saat menunggu kehadiran buah hati di tengah keluarga Anda. Siapa tahu Anda berkesempatan memberi hadiah yang lebih istimewa berupa buku? Berikut ini informasi lomba yang diselenggarakan oleh Azkah Madihah:


DESKRIPSI LOMBA

Lomba ini terbuka untuk umum. Tujuan utamanya adalah untuk membuat buku berjudul sama, “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu.” dan “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ayahmu.” Berisi ungkapan hati seorang calon ibu dan ayah yang ingin disampaikan kepada anak-anaknya kelak. Contoh penggalan surat ada dalam postingan ini: “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu.” meski pun bukan merupakan format baku dalam penulisan surat, silakan berkreasi dengan jenis dan teknik penulisan maupun gaya bahasa.

PERSYARATAN LOMBA

Lomba penulisan surat ini memiliki persyaratan umum sebagai berikut:

1. Peserta diperkenankan memilih kategori surat yang diikutsertakan dalam lomba, yaitu:
1. “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu.” Diperuntukkan bagi para perempuan, baik yang sudah menikah atau pun belum, yang belum memiliki anak. Diperkenankan bagi calon ibu yang sedang mengandung anak pertamanya.
2. “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ayahmu.” Diperuntukkan bagi para lelaki, baik yang sudah menikah atau pun belum, yang belum memiliki anak.
2. Lomba ini terbuka bagi kalangan umum, dengan latar belakang apa pun.
3. Surat merupakan karya sendiri, asli, bukan terjemahan maupun saduran karya orang lain, jiplakan, atau plagiat (karya orang lain).
4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Panjang tulisan adalah 2 (dua) sampai 3 (tiga) halaman A4 dengan font Times New Roman ukuran 12 pt, spasi tunggal tanpa ilustrasi atau foto.
6. Karya tidak sedang dan belum pernah diikutkan dalam lomba lain.
7. Setiap penulis dapat mengirimkan lebih dari satu tulisan.
8. Peserta tidak dipungut biaya apapun.

PENGIRIMAN KARYA TULIS

1. Surat dikirimkan dalam bentuk attachment file Microsoft Word (.doc, .docx, .rtf) ataupun PDF ke email azka.madihah@gmail.com atau azka.madihah@yahoo.com beserta biodata penulis. Format bagi judul email adalah [Surat Untukmu, Nak: “Judul Surat yang Diikutsertakan dalam Lomba”].

2. Bagi yang memublikasikan karya suratnya di laman website atau weblog, mohon cantumkan URL postingan ini (http://azkamadihah.wordpress.com/2010/lomba-surat) dalam karyanya, agar semakin banyak yang mengetahui tentang lomba ini. Silakan cantumkan juga alamat URL postingan Anda tersebut dalam email yang dikirimkan ke alamat di atas.

3. Panitia paling lambat menerima file naskah surat paling lambat pada 6 Oktober 2010, berdasarkan Waktu Indonesia Barat (WIB) yang tercantum dalam format pengiriman e-mail penerimaan.

HADIAH

Hadiah yang disiapkan sebagai tanda penghargaan atas partisipasi peserta ialah:

Juara I Lomba Menulis “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu/Ayahmu” (untuk satu orang, tidak dipisahkan antarkategori) memperoleh plakat, uang senilai Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), dan novel “Rahim” karya Fahd Djibran.

Juara II Lomba Menulis “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu/Ayahmu” (untuk satu orang, tidak dipisahkan antarkategori) memperoleh plakat, uang senilai Rp. 300.000,00 (lima ratus ribu rupiah), dan novel “Rahim” karya Fahd Djibran.

Juara III Lomba Menulis “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu/Ayahmu” (untuk satu orang, tidak dipisahkan antarkategori) memperoleh plakat, uang senilai Rp. 200.000,00 (lima ratus ribu rupiah), dan novel “Rahim” karya Fahd Djibran.

Apabila buku jadi diterbitkan, setiap karya yang masuk ke dalam buku “Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ibumu/Ayahmu.” akan mendapatkan sertifikat penghargaan dan satu eksemplar buku yang diterbitkan. Tanda penghargaan ini akan dikirimkan maksimal satu bulan setelah buku diterbitkan.

PENJURIAN

1. Penjurian akan dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama oleh juri seleksi tahap pertama yang dilakukan pada 6-13 Oktober 2010.
2. Penjurian tahap kedua dilakukan untuk menilai naskah yang lolos tahap pertama, dan dilakukan pada 14-21 Oktober 2010.

PENGUMUMAN PEMENANG

Pengumuman pemenang akan dilakukan pada 28 Oktober 2010 di weblog http://azkamadihah.wordpress.com.

KETENTUAN LAIN

1. Panitia memiliki hak menerbitkan tulisan-tulisan yang masuk menjadi sebuah buku dan memiliki hak atas pemasukan yang diterima dari buku tersebut.

2. Panitia membuka kesempatan berkorespondensi dengan pengirim karya melalui alamat email yang tercantum di atas. Dapat pula mengirimkan pertanyaan kepada Aisha (aachan_putri@yahoo.com).

3. Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat.

Sumber: http://azkamadihah.wordpress.com/2010/09/06/lomba-surat-untukmu-nak-dari-calon-ibumuayahmu