Beberapa waktu lalu ada artikel di liputan6 dan yahoo.com yang menyatakan pria lebih tertarik kepada wanita karir. Hal itu berdasarkan survey yang dilakukan oleh perusahaan game internasional Electronic Artsse. Dari penelitian itu diperoleh hasil sekitar 66 persen pria Inggris bernafsu dengan perempuan yang memiliki power dalam pekerjaannya. Jumlah ini meningkat menjadi 71 persen di antara usia 30 tahun hingga 34 tahun.
Jajak pendapat tsb juga mengindikasikan bahwa 18 persen laki-laki mencari patner yang menyenangkan, 14 persen ingin wanita independen yang dapat berdiri sendiri, 9 persen menyukai yang spontanitas.
Pergeseran ‘selera’ ini terjadi di barat. Bagaimana dengan di Indonesia? Yang jelas, tiap pagi kita mendapati banyak perempuan bertebaran di jalan menuju tempat kerja mereka. Fenomena ini sudah menjadi pemandangan biasa di kota besar seperti Jakarta. Bahkan, ada seorang teman laki-laki yang setengah protes bilang begini,” Gila ya, perempuan tersebar merata di seluruh gerbong kereta express. Padahal mereka sudah disediakan dua gerbong khusus wanita. Di gerbong lain, jumlah perempuan juga masih banya.”
Pengguna KRL express AC Bogor Jakarta pagi hari pas jam kerja sebagian besar adalah wanita pekerja. Hal ini menjadi salah satu indikasi, jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah kian hari kian bertambah. Peran perempuan tak lagi dibatasi sekat. Mereka tidak hanya berperan di ranah domestik, tetapi juga ikut berkontribusi dalam memberikan kontribusi penghasilan keluarga.
Bagaimana dengan tanggapan suami para perempuan pekerja? Meski bisa dibilang tidak mewakili, tapi ada beberapa pria yang merasa ‘aman’ secara finansial ketika istrinya bekerja. Bahkan, ada seorang teman yang istrinya tidak bekerja, terlihat tidak percaya diri tiap ada yang menanyakan istrinya kerja atau tidak? Dengan nada diplomatis, ia berujar,” Saat ini tidak bekerja, karena mengurus anak di rumah.”
Meski tidak secara eksplisit mengungkapkan ia lebih bangga jika istrinya bekerja, laki-laki tadi berulangkali mengungkapkan istrinya akan bekerja jika anaknya sudah besar. Ia juga kerap mengeluhkan masalah keuangan keluarga yang sepenuhnya ditanggung ia sendirian. Ia juga pernah cerita, karena istrinya tidak bekerja, acapkali diskusi mereka tidak nyambung. Istrinya juga merasa gap dia dengan suaminya kian lebar dalam hal wawasan dan pengetahuan.
Namun, ada teman lain yang bertipe lebih suka istrinya di rumah. Ia kerap menanyakan ke teman-temannya yang istrinya bekerja,” Tidak PD ya dengan satu penghasilan saja?” Pertanyaan itu terasa menyakitkan bagi sebuah keluarga yang penghasilan suami sebagai kepala keluarga pas-pasan. Sementara jumlah anak dan tanggungan banyak. Bagaimanapun, kebutuhan tiap keluarga tidak sama. Meski secara ideal perempuan seharusnya berkonsentrasi dengan urusan domestik tetapi ia tetap bisa mengaktualisasikan dirinya sehingga bisa membantu suami mengisi pundi-pundi ekonomi keluarga.
Nah, bagaimana dengan Anda para pria? Lebih senang istri bekerja di kantor, bisnis di rumah, atau menjadi ibu rumah tangga? Semuanya tergantung kondisi, keadaan, dan selera Anda tentunya.
Kaos Muslimah plus Jilbab
13 tahun yang lalu