Minggu, 23 Agustus 2009

Makin Banyak Ibadah, Makin Besar Bonusnya


Setiap tahun, umat muslim punya agenda rutin menjalankan ibadah shaum Romadhon. Untuk ibadah puasa, persiapan yang perlu dilakukan meliputi fisik dan mental. Secara fisik, kita harus menjaga kesehatan agar bisa menjalankan kewajiban puasa secara full. Secara mental, kita juga harus siap mengurangi jadwal tidur berkaitan dengan jadwal sahur. Lainnya, kita juga jauh-jauh hari menyiapkan diri untuk mencapai target ibadah yang ditentukan. Misalnya, khatam Al Quran selama Ramadhan. Tentu saja, jika ingin mencapai target itu, kita perlu menyusun strategi, terlebih kaum hawa yang jadwal puasanya berkurang sekitar seminggu.
Saya pribadi, sSebelum Ramadhan tiba, biasanya saya berusaha mengkhatamkan bacaan Al Qur'an.Sehingga, pas malam pertama Ramadhan, saya bisa langsung tancap gas tadarrus. Alhamdulillah, malam pertama Ramadhan kemarin, sudah ngelarin juz 2. Targetku, pas hari libur harus menyelesaikan minimal 2 juz. Setelah dua hari, alhamdulillah targetku tercapai, meskipun agak meleset. Sebenarnya, saya menargetkan Romadhon hari kedua bisa baca hingga juz 6. Ternyata gagal total.
Pasalnya, pas hari kedua ramadhan, saya hunting kebutuhan lebaran. Ya, sudah, plannku berantakan semua. Finally, aku cuma sampai juz 4.
Dengan kalkulasi tiap weekend bisa ngelarin empat juz,plus satu juz pas weekdays, maka kita bisa khatam pada hari ke-23 Ramadhan.
Sekali lagi, strategi ini diterapkan karena waktu puasa kaum perempuan berkurang sekitar seminggu. Jika kita tidak disiplin dalam mengalokasikan waktu, besar kemungkinan target kita tidak akan tercapai. Pengalaman saya dua tahun lalu, tidak bisa khatam karena keburu datang bulan. Padahal, waktu itu sudah juz 27. Hal ini, dikarenakan aku mengaji hanya satu juz tiap hari. Meski kadang juga dua juz pas weekend. Selain itu, aku tidak punya jadwal dan tidak merencanakan sebelumnya.
Apalagi yang bisa dilakukan selain khatam AL Qur'an?Ya banyak lah...Seperti berusaha dzikir pagi dan petang. Kalau aku pribadi, aku usahakan dzikir pas dalam perjalanan ke kantor. Kendati desak-desakan dan empet-empetan di KRL Ekonomi, aku berusaha dzikir. Justru makna dzikir kian terasa, kala kaki dan tanganku dijepit orang lain dan tubuhku nyaris ambruk karena tidak kuat menahan beban tubuh orang lain. Dzikir pun kian deras meluncur dari mulutku. Subhanallah alhamdulillah wa laailaahaillahhu Allohu Akbar.
Hal lain yang kulakukan adalah memperlebar jumlah penerima sedekah dan menambah frekuensi sedekah. Tapi, kalau untuk pengemis di stasiun dan pinggir jalan, aku akan berpikir seribu kali jika ngasih mereka. Karena banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Jadi, target penerima sedekah pun dipilih memang orang-orang yang berhak.
Apalagi yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pahala berlipat di Bulan BONUS ini? Sebagai istri, saku berusaha memasak untuk buka puasa dan sahur tentunya. Yang pentin niat dan keihklasan kita menyediakan makanan sehat dan bergizi untuk keluarga. Kalau soal rasa, mungkin di luar kepala. Alias ga karuan rasanya hahaha.
Kebajikan lain yang bisa dilakukan adalah silaturahhiem ke saudara atau keluarga. Aku dan suami biasa melakukan silaturahhiem ke keluarga suami yang tinggal di Jakarta pas pertengahan Romadhon. Selain ke keluarga, juga silaturahiem ke teman,kolega, dan tetangga. Tentu, semua aktivitas itu dilakukan dalam rangka berlomba mendapat rahmah dan BONUS dari Allah Rabbul Izzati. So, selamat memperbanyak amalan kebajikan untuk meraih DOUBLE atau TRIPLE BONUS dari Sang Maha Kaya.

Kamis, 06 Agustus 2009

Mbah Surip di Mata Anak-Anak


"Anak saya menangis waktu tahu mbah Surip meninggal," kata ibu paruh baya yang duduk di sampingku dalam perjalanan pulang kantor. Putrinya yang berusia 5 tahun, sangat ngefans dengan mbah Surip. Namanya anak-anak, setelah tahu mbah surip meninggal, ia pun bertanya mengapa orang yang meninggal harus dimakamkan. Tapi, sejurus kemudian, ketika ia melihat Mbah Surip menyanyi di layar kaca, ia pun berujar," Tuch Mbah Surip masih hidup. Buktinya ada di TV Ma." Sang ibu pun menjelaskan," itu rekaman Nak."
Cerita anak-anak yang mengidolakan Mbah Surip bukan hal baru. Lagu Tak Gendong memang disukai semua kalangan, termasuk anak-anak. Sehingga, ketika mendengar si Mbah meninggal, anak-anak itupun ikut berduka. Entah itu karena kesadaran mereka atau hanya terbawa pemberitaan media.
Ketika jenazah Mbah dibaringkan di Bengkel Teater milik WS Rendra di Depok pun, tampak banyak anak di sana. Bahkan, setelah dikebumikan banyak murid SD yang ziarah ke kuburnya. Ada yang datang sekedar berdoa, melihat-lihat, ada juga yang membawa bunga dan menaburkannya di atas makam si Mbah dan mendoakannya.
Ah si Mbah, meskipun engkau telah pergi dan meninggalkan qta semua, lagumu tetap menghibur. Hidupmu yang sangat sederhana mewakili rakyat jelata yang miskin di negeri yang kaya raya. Laku hidupmu hingga meraih ketenaran membawa inspirasi bagi semua orang, sukses milik setiap insan. Kejujuranmu, kepolosanmu, dan tawamu menjadi penyejuk masyarakat yang sehari-harinya telah lelah dengan sandiwara politik para penguasa di negeri ini. Engkau Semar, teladan kesederhaan dari rakyat jelata, tanpa harta dan tahta.
Tak Gendong Ke Mana-mana
Tak Gendong Ke Mana-Mana

Sabtu, 01 Agustus 2009

Puasa Belanja Bo....


Pernah ga sih, dalam sehari kita tidak membeli apa-apa sama sekali? Aku sendiri sering melakukannya. Sebulan sekitar sehari hingga dua hari aku tidak melakukan pembelian apa pun. Kok bisa? Bagaimana melakukannya?
Caranya gampang banget kok. Aku biasa menyetok kebutuhan sehari-hari mulai dari sayuran, buah-buahan, sembako, makanan kecil, hingga kebutuhan lain seperti kosmetik dan perlengkapan mandi.So, karena semua kebutuhan sudah ada, buat apa aku membeli?
Untuk makan besar, aku akan memasak untuk sehari penuh. Jika ingin ngemil, tinggal mengolah bahan-bahan mentah yang tersedia di rumah. Kadang aku bikin gorengan sesuai bahan yang ada di kulkas. Kalau memungkinkan bikin bakwan, ya bikin bakwan. Kalau adanya bahan-bahan untuk martabak telur, aku akan bikin martabak. Kadang juga bikin pisang coklat atau pisang keju. Jadi, seluruh makanan dibikin sendiri. Demikian juga dengan minuman. Semuanya dibuat dan disiapkan sendiri.
Aku secara pribadi melakukan 'puasa belanja' sehari karena memang dasarnya malas keluar rumah. So, kalau sedang tidak ngantor dan tidak ada acara keluarga, aku terpaksa dech 'puasa belanja'.
Makanya, ketika membaca artikel di Detik.com tentang Hari Tanpa Belanja atau Buy Nothing Day, aku tersenyum. "Ah...aktivitas ini sih sudah biasa aku lakukan," ujarku tersenyum. Tapi bener loh, ada perasaan senang ketika sehari ga membeli apapun. Sepertinya kita merdeka, bisa mengalahkan nafsu membeli ini itu. Dan, uang di kantong pun tetap....ga tahu ya yang di kartu kredit hehehe
Menurut Wikipedia, hari tanpa belanja (HTB) di Indonesia diberlakukan sabtu pekan terakhir bulan November. Wah wah wah...kalau perayaan HTB tahun ini sepertinya pas banget dengan kondisi kebanyakan kantong kita. Ga usah HTB orang-orang juga sudah puasa belanja. Apa sebabnya? Lah, itu kan bulan kering, maklum kantong abis terkuras untuk belanja kebutuhan puasa dan lebaran bo....Jadi pas banget lah.
Tujuan HTB ini untuk memberikan kesadaran publik agar lebih peka terhadap apa yang dibeli dan perusahaan-perusahaan yang membuatnya. Selain itu, HTB juga dimaksudkan untuk membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa dan sebarapa banyak yang mereka beli.
So, bagi yang belum pernah 'puasa belanja' sesekali mempraktekkan terapi ini. Ga perlu nunggu Hari Tanpa Belanja atau benar-benar tongpes alias dompet kosong. Lakukan sesering mungkin. Anda akan terbebas dari barang-barang yang sebenarnya memang tidak perlu dibeli. Selain hemat, kita bisa gunakan uang kita untuk keperluan penting dan mendesak. Serta, bisa berinvestasi lebih banyak, investasi dunia dan investasi akhirat donk....Ayo puasa belanja...untuk hidup yang lebih mulia.