Selasa, 26 April 2011

Jelang Pernikahan Pangeran William-Kate Middleton

Selasa, 26 April 2011 - 16:53 wib

Kate Middleton-Pangeran William (Foto: People) JELANG pernikahan akbar kerajaan Inggris abad ini, Kate Middleton selalu menjadi buah bibir, baik tentang perancang gaun pengantin, aksi sosial yang dilakukan, hingga sajian untuk para tamu pada 29 April mendatang.

Perancang Gaun

Kate Middleton mengikuti Putri Diana pada tahun 1981 sewaktu menikahi Pangeran Charles. Middleton merahasiakan siapa yang akan membuat gaun pengantinnya. Bedanya, jika nama desainer gaun Putri Diana bocor sebulan sebelum pernikahan, rahasia Middleton masih aman.

Sophie Cranston, yang dikabarkan menjadi perancang gaun pengantin sang calon putri, baru-baru ini membantah hal tersebut. Kepada Telegraph, Cranston mengatakan brand miliknya, Libelula, tidak membuat gaun pengantin Middleton.

“Kami tidak mendesain gaun pengantin Kate Middleton. Kami, seperti juga semua orang, tidak sabar menanti rahasia itu terkuak,” papar Cranston.

Penata Rambut

Gaun pengantin memang mendominasi pemberitaan pernikahan William dan Kate, namun bukan berarti dunia kecantikan tidak ikut sibuk.

Sumber anonim mengatakan bahwa rambut Kate Middleton akan ditata oleh seorang penata rambut senior, James Pryce. Penata rambut langganan Middleton, Richard Ward, telah mengonfirmasi bahwa dirinya bukanlah orang yang akan menata rambut sang calon putri pada hari pernikahannya.

Sreaming You Tube

Pangeran William dan Kate Middleton akan mengambil sumpah suci mereka di hadapan jutaan pemirsa melalui streaming You Tube.

Keduanya telah memberi izin kepada pihak You Tube untuk mendokumentasikan secara langsung upacara pernikahan selama empat jam di Westminster Abbey, begitu juga saat ciuman pertama mereka sebagai suami-istri di balkon Istana Buckingham.

Istana Wesminster Abbey

Berbeda dengan pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana yang menggunakan kereta kuda sebagai kendaraan pernikahan, Pangeran William dan Kate Middleton memilih menggunakan mobil untuk datang ke Westminster Abbey dan kemudian menggunakan kereta dalam parade menuju Istana Buckingham.

Adapun Middleton telah memilih Rolls-Royce Phantom VI sebagai kendaraan yang akan mengantarnya menuju Westminster Abbey. Kendaraan yang sama juga digunakan sebagai kendaraan pernikahan Pangeran Charles dan Camilla Parker-Bowles di pernikahannya pada 2005 silam

Cincin Kawin

Istana St.James telah mengomfirmasi bahwa Pangeran William tidak akan mengenakan cincin kawin setelah menikah. Dalam pernyataan kepada media, perwakilan Istana St.James menyebutkan hal tersebut berkaitan dengan alasan personal sang Pangeran. Adapun Middleton akan menggunakan cincin kawin tradisional yang terbuat dari emas Wales dan merupakan bagian dari warisan keluarga.

Lagu Pernikahan

Lagu pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton akan bisa diunduh oleh para fans, segera setelah upacara pernikahan berakhir. Lagu pernikahan tersebut diproduksi oleh produser rekaman nominator Grammy Award,Anna Barry, dan bisa dibeli melalui ITunes.

Resepsi Pernikahan

Seusai upacara, resepsi pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton akan diadakan di Istana Buckingham dengan Ratu Elizabeth sebagai tuan rumah.

Pihak Istana Buckingham menyatakan terdapat 19 ruangan yang akan digunakan sebagai lokasi resepsi, termasuk ruang makan kerajaan, ruang putih, ruang biru, serta galeri tempat kue pernikahan akan diletakkan.

Aksi Sosial

Pangeran William dan Kate Middleton telah meminta kepada semua tamu undangan untuk memberikan sumbangan kepada organisasi amal yang telah mereka pilih sebagai bentuk hasiah pernikahan.

Keduanya telah memilih 26 organisasi dan yayasan amal dengan beragam isu yang menjadi fokus perhatian keuduanya, termasuk di antaranya Christchurch Earthquake Appeal yang menangani korban gempa, Army Widows Association yang memfokuskan diri membantu para janda veteran perang, dan Beat Bullying yang menangani kasus-kasus bullying dan kekerasan di sekolah.

Sajian Tamu

Kepala Koki Istana Buckingham Mark Flanagan mengnonfirmasi dirinya beserta seluruh staf dapur istana akan menyediakan makanan khas Inggris dengan sentuhan menu tradisional Wales untuk tamu undangan yang berjumlah 600 orang.

Kue pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton akan terdiri atas dua macam, pertama tradisional fruit cake berhias gula-gula bunga yang akan dibuat oleh Fiona Cairns. Kedua, kue favorit sang pangeran, kue cokelat dari McVitie`s.


(SINDO//nsa)

Jumat, 15 April 2011

Mau Berat Badan Cepat Turun? Makan Perlahan!

Penulis: Nadia Felicia | Editor: NF
Senin, 24 Mei 2010 | 15:34 WIB


KOMPAS.com - Ahli kebugaran, Pamela Peeke, MD, pernah mencoba menghitung seberapa cepat orang makan makanan saat diberikan konsumsi di atas pesawat. Rata-rata, ia menghitung, orang bisa menghabiskan makanannya dalam waktu 7 menit untuk menu pembuka, utama, dan pencuci mulut. Hal ini bukan sesuatu yang baik, karena menurutnya, dibutuhkan setidaknya 20 menit untuk perut setelah mencerna makanan lalu mengirimkan pesan bahwa perut sudah kenyang.

Mereka yang makan perlahan, atau dikenal pula dengan mindful eating, memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang rendah. Mereka, yang menjalankan kebiasaan ini hanya makan saat mereka merasa lapar dan berhenti ketika mulai kenyang. Sementara, kebanyakan kita, tahu kapan merasa lapar, tapi berhenti dan merasakan perut sudah kenyang adalah cerita lain. Kebanyakan kita, terbiasa makan terburu-buru yang penting banyak, padahal makanan butuh waktu untuk mencapai lambung. Ketika kita makan cepat, kita cenderung memasukkan banyak makanan tanpa berpikir bahwa sebenarnya jumlah makanan yang sedikit itu sebenarnya sudah cukup untuk pencernaan merasa kenyang.

Penduduk Jepang, tepatnya daerah Okinawa, mengurangi asupan kalorinya dengan melakukan ritual makan. Sebelum mereka mulai makan, mereka mengatakan "hara hachi bu", yang diartikan dengan "makan hingga perut 80 persen penuh". Hal ini sepertinya menjadi resep sukses penduduk Okinawa yang secara rata-rata mengasup 10-40 persen kalori lebih rendah ketimbang penduduk Amerika.

Sementara studi oleh Fred Hutchinson Cancer Research Center menemukan bahwa mereka yang secara rutin berlatih yoga memiliki tubuh yang lebih ramping ketimbang mereka yang berlatih fitnes atau pejalan kaki. Praktisi yoga terbiasa untuk memerhatikan napasnya, dan ternyata hal ini juga berlaku saat mereka makan. Mereka tetap berlatih pernapasan saat makan.

Hiang Marahimin, Senior Editor di salah satu majalah kesehatan di Indonesia, mengatakan, bahwa kita harus terbiasa untuk makan perlahan, karena selain untuk memberi waktu agar lidah bisa menikmati cita rasa yang ada pada makanan, juga baik untuk memberi pencernaan menyerap utuh kandungan nutrisi pada makanan.

Mengenai pendekatan ini, menurut Pamela, ketimbang berkonsentrasi pada apa yang Anda makan, Anda memerhatikan bagaimana cara Anda makan (mengunyah makanan dan minum). Ketika Anda melakukan hal ini, Anda akan mulai memertanyakan kualitas makanan Anda, yang bisa jadi berujung pada pemilihan bahan makanan, mencari yang lebih enak dan lebih sehat.


Sumber: WebMD

7 Jurus Langsing

KOMPAS.com — Anda sirik enggak, sih, melihat teman Anda yang selalu terlihat ramping? Padahal, mereka tidak terlihat repot berdiet atau olahraga untuk mempertahankan berat badannya.

Sebenarnya, mereka bisa tetap langsing bukan sekadar karena gen, tetapi juga karena kebiasaan-kebiasaan mereka. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan kecil dan seolah tanpa upaya (seperti yang dilakukan perempuan-perempuan langsing ini) yang terjadi setiap hari, bisa membuat berat badan turun perlahan dan berkelanjutan. Artinya, tidak menjadi diet yo-yo di mana berat badan cepat turun dan cepat naik lagi. Yuk, kita lihat saja bagaimana kebiasaan mereka.

Senang minum teh
Teh memiliki kandungan catechin, antioksidan di dalam teh yang mempercepat pembakaran kalori. Perempuan yang mengasup catechin dalam level tertinggi berat badannya cenderung akan berkurang selama 14 tahun, daripada mereka yang jarang minum teh. Menurut studi yang diterbitkan di The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan catechin tertinggi ada pada teh hijau dan teh putih.

Memilih makanan rumahan
Cobalah menu hidangan ala dapur orang Jepang, yang banyak menyajikan masakan dari ikan, sayuran, nasi, kedelai, mi, teh, dan buah. Semuanya diolah dengan cara sederhana. Cita rasanya yang khas berasal dari minyak kanola, bawang, wortel, dan bokchoy. Tetapi, kurangi sodium (yang merupakan kandungan dalam garam), begitu saran Lilian Cheung, RD, DSc, Direktur Health Promotion and Communication di Department of Nutrition, Harvard School of Public Health.

Rutin sarapan
The American Journal of Clinical Nutrition melaporkan, orang yang terbiasa sarapan cenderung memiliki lingkar pinggang 5 cm lebih kecil daripada mereka yang enggan sarapan. Sarapan bisa mendorong metabolisme, menyebabkan Anda mengurangi produksi enzim yang meningkatkan kolesterol.
Makan dengan perlahan bisa membantu Anda untuk tetap kurus. Mereka yang membutuhkan waktu 30 menit untuk mengonsumsi semangkuk es krim akan menciptakan lebih banyak hormon "kenyang" daripada mereka yang terbiasa makan dengan cepat, demikian hasil penelitian yang dimuat di The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. Saat bersantap, hindari sambil nonton TV agar Anda bisa berkonsentrasi dengan makanan lezat yang ada di hadapan Anda.

Biasakan melakukan hal yang rutin
Misalnya, makan pada jam yang sama setiap hari. Para peneliti dari Salk Institute for Biological Studies di La Jolla, California, mendapati pada tikus yang makan sesuai jadwal dan berpuasa selama 12 jam pada malam hari, livernya mengaktifkan gen yang membakar lebih banyak gula dan lemak. Percobaan ini memang tidak diujikan pada manusia, namun jika membiasakan diri untuk makan malam pukul 19.00 tiap malam bisa membantu menurunkan berat badan, kenapa tidak?

Awali dengan air putih
Minum dua cangkir air putih sebelum makan akan membantu Anda menurunkan berat badan 2,2 kg lebih banyak daripada mereka yang tidak minum air sebelum makan. Penelitian dari Virginia Tech ini juga mengungkapkan, air bisa membuat Anda kenyang sehingga Anda cenderung mengurangi makanan hingga 75-90 kalori. Untuk memulai kebiasaan ini, coba minum air putih saat Anda masih menyiapkan makan atau menunggu pesanan Anda tiba di restoran.

Menimbang badan
Menimbang badan ternyata perlu dilakukan secara rutin, setidaknya sekali dalam seminggu. Sebab melihat jarum timbangan bergerak ke kanan bisa menjadi sinyal bahwa Anda perlu mengurangi makan dan mulai berolahraga sebelum berat badan terus naik. Kebiasaan inilah, menurut Minneapolis Heart Institute Foundation, yang membantu Anda untuk mendapatkan berat yang stabil tanpa berdiet.


Sumber: SELF
Penulis: Felicitas Harmandini

Bangun Kebiasaan Baik Anak dari Rumah

Editor: Dini
Jumat, 15 April 2011 | 14:25 WIB
Dibaca: 1548
Komentar: 0
SHUTTERSTOCK
Gunakan peraga untuk menunjukkan berapa banyak gula dan garam yang terdapat dalam makanan.
Artikel Terkait:

* Pentingnya Peran Ayah Mengasuh Anak Sejak Balita
* Balita Perlu Diajarkan 6 Ketrampilan Ini!
* 5 Cara Melatih Anak Jadi Pemimpin
* 3 Kepribadian Anak dan Cara Hadapinya
* 6 Pilar Pengasuhan Positif pada Anak

* GramediaShop : The Tenth Circle
* GramediaShop : Anatomi Kengerian

KOMPAS.com - Sekolah berawal dari rumah. Sebelum berguru dengan pengajar di sekolah, anak-anak lebih dulu mendapat pendidikan dari orang tuanya. Kita menyebutnya pelajaran keterampilan hidup. Menurut Toge Aprilianto, MPsi, dalam bukunya Saatnya Melatih Anakku Berpikir, keterampilan hidup dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal. Hal inilah yang nantinya akan memampukan anak menjalani kehidupannya dengan nyaman.

Lantas, bagaimana jika anak menunjukkan perlawanan saat kita berusaha untuk memasukkan ketrampilan itu ke dalam dirinya? Menurut Hal Edward Runkel, terapis keluarga sekaligus penulis buku Scream Free Parenting, perlawanan timbul karena orang tua menempatkan posisinya sebagai "pemerintah" dan "penuntut" pada anak. Padahal, tidak harus sampai begitu. Kita bisa menerapkan trik-trik pintar yang memudahkan anak menyerap apa yang kita ajarkan.

Lebih lanjut, coba telusuri apa saja contoh ketrampilan yang perlu dimiliki anak. Lalu, terapkan dengan tanpa harus terlalu memaksa sesuai tahapan usia. Tak perlu adu kata-kata, atau bahkan adu otot.

Usia 2-5 tahun
Toge mengemukakan, pada usia inilah, anak biasanya memiliki kemampuan dasar untuk membangun ketrampilan memilih yang enak dan menolak yang tidak enak. Pada masa ini, anak juga mulai belajar:

1. Melepas dot atau bantal kesayangan
Caranya: Alihkan perhatian anak dari dotnya. Coba berikan ia mainan pengalih seperti boneka atau buku. Jadi, jangan sampai kita mengambil paksa dotnya, tapi tak memberikan ia pengalih apapun. Anjuran ini juga diungkapkan oleh Joshua Sparrow, MD, asisten profesor psikiater di Harvard Medical School sekaligus tim penulis buku Touchpoints Three to Six: Your Child Emotional and Behavioral Development.

Lakukan saat: Anak sudah sanggup memilih apa yang ia inginkan. Bila belum, anak biasanya memilih alternatif yang kita sebut terakhir. Misalnya, kita sediakan "dot atau mainan", maka anak akan menjawab "mainan". Begitu juga sebaliknya, "mainan atau dot", maka anak akan menjawab "dot".

2. Kosakata baru
Caranya: Perkenalkan sebanyak mungkin kata baru. Gunakan kartu kosakata bergambar. Latih juga kemampuan anak dalam mendengar, misalnya dengan memutar video atau lagu. Plus, tak usah ragu mengenalkan istilah baru meski tak lazim.

Lakukan saat: Mengisi waktu luang dengan anak lewat bermain dan mengobrol. Ayah dan ibu sebaiknya melakukan ini bersama-sama. Mengenai hal ini, penelitian dari Journal of Applied Psychology dilakukan terhadap keluarga di mana ayah dan ibunya sama-sama bekerja. Hasilnya: sosok ayah berperan besar mengembangkan bahasa anak, khususnya di usia 2-3 tahun.

3. Berkenalan dan bersalaman
Caranya: Ajarkan metode 3B: beri senyuman, berdiri tegak, dan berkata lantang. Plus, 3M: mengingat nama, menyebutkan ulang, sambil menjabat tangan. Ini saran dari Sheryl Elberly, penulis buku 365 Manners Kids Should Know.

Lakukan saat: Anak ingin memulai percakapan dengan orang baru. Beri pengertian agar anak tidak menolak ajakan perkenalan atau malah menjauh. Selain itu, latih juga ia untuk selalu mengucapkan nama temannya ketika akan berpisah. Cara ini efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus melatih kemampuan mengingat.

Usia 6-9 tahun
Pada tahapan usia kali ini, Toge menyampaikan bahwa kemampuan anak semakin berkembang. Mereka sudah mulai membangun keterampilan memperjuangkan keinginan, menghadapi akibat, dan menciptakan solusi. Di usia ini anak bisa diajak belajar:

1. Minta bantuan ketika tersesat
Caranya: Minta anak untuk mengingat nama ayah atau ibunya. Juga kenalkan anak pada sosok polisi, kasir, atau resepsionis. Katakan, jika tersesat hampiri mereka untuk minta tolong.

Lakukan saat: Kita dan anak tengah berada di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Ajari anak sambil bermain simulasi. Ketika di mal, katakan padanya, "Ayo kita bermain. Pura-puranya kamu sedang tersesat. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan?"

2. Menerima dan merespon kritikan
Caranya: Bantu ia memahami konsep konsekuensi. Ajarkan konsekuensi jujur seperti, "Kalau kamu nakal, kamu tidak akan disukai teman-teman."

Lakukan saat: Ia berbuat salah. Beritahu apa kesalahannya, lalu tegurlah dengan nada tegas namun tak menghakimi. Beri juga mereka waktu untuk mencerna dan merasakan emosi yang timbul. Jika sudah tuntas, jangan diungkit-ungkit lagi kesalahannya.

3. Memecahkan masalah dengan tenang
Caranya: Tumbuhkan rasa kemandirian anak. Abaikan jika ia minta dibela. Orang tua cukup mengawasi, tapi tak ikut campur. Begitu anjuran dari Anthony Wolf, psikolog anak dan penulis buku Mom, Jason's Breathing on Me! The Solution to Sibling Bickering. "Dengan rasa mandiri, anak akan terbiasa menyelesaikan masalahnya secara tenang," kata Derrek Lee, pendiri Chicago Cubs. Ini jauh lebih menguntungkan ketimbang anak bereaksi dengan kasar.

Lakukan saat: Kita tengah mendampingi anak menyaksikan tayangan televisi, baik berupa berita ataupun film. Penting untuk menjelaskan pada mereka bahwa adegan kekerasan bukanlah jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah.

Usia 10 +
Selanjutnya, pada tahapan usia ini, Toge bilang, anak sudah mulai menentukan perilaku dan mengatur strategi sebagai pelengkap keterampilan hidup. Misalnya, anak mulai belajar:

1. Berempati dan sabar
Caranya: Sering bertanya kepada anak mengenai pendapatnya jika berada pada situasi yang sulit. Sebagai contoh, "Kalau temanmu sakit, sikapmu bagaimana?" Menurut Runkel, melatih anak menjawab pertanyaan seperti ini akan membantu mengasah emosinya.

Lakukan saat: Kita mengantar anak ke sekolah, makan di luar, atau tengah berdua dengannya. Jika kita menemukan jawaban yang kurang pas, beri respons dengan lembut dan arahkan dia untuk punya pandangan positif.

2. Membaca label kemasan
Caranya: Bantu anak memahami istilah pada kemasan. "Anak akan cepat belajar memilih makanan jika diajari secara berkala," kata David Katz, MD, MPH, asisten profesor bidang kesehatan masyarakat di Yale University. Trik lain: Gunakan peraga untuk menunjukkan berapa banyak gula dan garam yang terdapat dalam makanan. Atau bisa juga dengan mengikuti panduan makan sehat bagi anak di situ-situs kesehatan.

Lakukan saat: Berbelanja bulanan atau berburu jajanan bersama. Tunjukkan berbagai variasi makanan yang lebih sehat di antara makanan lainnya. Lalu, biarkan anak menentukan pilihannya. Jika ia memilih jajanan tak sehat, beritahu kalau zat ini tak baik bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

3. Menggunakan kebebasan
Caranya: Gunakan sistem imbalan. Misalnya, anak baru boleh main kalau ia sudah selesai mengerjakan tugas. Sepakati juga berapa lama jam main anak. Lalu tanyakan, ia akan bermain ke mana. "Kalau anak punya alasan logis, setujui saja. Jika tidak, maka sudah selayaknya kita melarangnya," kata psikolog Janet Edgette.

Lakukan saat: Anak sudah bisa memutuskan mana hal yang prioritas yang mau ia kerjakan. Plus, kalau anak sudah pandai membagi waktu dan mengatur jadwalnya sendiri, serta mampu menyelesaikan semua tugas-tugasnya dengan baik.

(Prevention Indonesia/Intan Sari Boenarco/Siagian Priska)

Minggu, 03 April 2011

Kenapa Takut Mati?

Siapa sih di dunia ini yang tidak mati. Meski kematian pasti datang, sebagian besar kita takut mati. Dan pura-pura akan hidup selamanya. Sehingga, menganggap tidak ada kehidupan setelah datangnya kematian. Sikap ini dibarengi dengan minimnya persiapan datangnya kematian. Juga mengenal apa yang disebut kematian.
Kematian menjadi hal tabu yang dibicarakan dalam sebuah keluarga. Padahal pembahasan tentang kematian dalam Islam sudah dicontohkan dalam perbincangan Lukman dengan anak-anaknya yang dimuat dalam QS Lukman. Namun, kebanyakan orang tua jarang sekali menyinggung kematian kepada anak-anaknya.
Ada sebuah dialog yang membuatku trenyuh yang diceritakan teman saya yang berprofesi sebagai dokter spesialis kanker anak. Pasien anak penderita kanker rata-rata belum mengenal kematian. Salah satu anak bertanya kepada dokter itu,”Pak dokter, kalau aku mati, apa seperti kucing yang mati tertabrak di pinggir jalan?” Pasien anak lain ada yang bertanya,”Pak dokter, apa kalau sudah mati temanku di kuburan itu cacing. Aku takut cacing.”
Ah, anak-anak yang seharusnya menatap masa depannya sebagai generasi penerus keberlangsungan hidup harus bertarung dengan penyakitnya dan menyambut datangnya ajal. Mendengarnya saja airmataku jatuh satu-satu.
***
Berbicara kematian terasa kian nyata ketika kita sakit atau menjenguk teman, keluarga yang sedang sakit parah. Minggu ini minggu menyedihkan. Bagaimana tidak. Dalam seminggu ada tiga orang teman yang dirawat di rumah sakit. Satu orang teman, masih sangat muda, baru berusia 23 tahun divonis dokter menderita jantung. Bukan hanya berbicara penyakitnya yang lumayan serius, ketika menjenguk teman tadi, aku juga seperti ditampar betapa mahalnya nikmat kesehatan yang kerap kita abaikan.
Selama dirawat seminggu, biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan jantung teman tadi lebih dari Rp 30 juta. Betapa mahalnya organ yang diciptakan Tuhan. Dan kita jarang bahkan lupa bersyukur atas nikmat sehat kita yang diberikan Tuhan secara gratis.
Usai menjenguk teman yang sakit jantung, sabtu kemarin menengok teman yang sakitnya kombinasi medis dan mistik. Temanku itu lumpuh, tidak bisa berjalan. Tubuhnya hanya tinggal tulang belulang. Sudah tujuh tahun hidupnya hanya dihabiskan di atas kasur. Ada dokter yang memvonisnya sakit lupus. Tetapi dokter lain mendiagnosa temanku itu kanker kulit. Entahlah mana yang benar.
Di luar dua vonis tadi, temanku sendiri bilang ada unsure ghaib yang berperan. Ia bilang sakitnya tidak murni medis. Percaya tidak percaya, aura mistik dalam penyakit temanku itu memang terasa kuat. Bahkan, saat aku berada di sampingnya bulu kudukku berdiri. Temanku bilang karena aku bersih sering puasa, maka aku sensitif dengan keberadaan mereka.
Kondisi temanku tadi sangat parah dengan batok kepalanya mengecil. Hebatnya, ia masih optimis sembuh. Aku juga memberikan support ke dia agar berjuang melawan penyakitnya. Ada satu hal yang baru kuketahui kemarin. Ibunya temanku bilang kalau temanku takut ajal menjemputnya. Ia meminta ibunya yang kondisinya buta selalu menemaninya. Ia takut kematian menjemputnya. Bahkan temanku pernah bilang, badannya terasa dingin tiap ada jenazah lewat rumahnya.
Kematian hal yang pasti terjadi. Bagaimana cara kita memandang kematian itu yang membuat persepsi atas takdir pasti manusia itu berbeda. Manusia dewasa pasti tahu kematian itu apa. Yang tidak manusia ketahui adalah kapan kematian dan bagaimana kematian itu datang dan bagaimana kehidupan setelah mati.
Sebagian besar agama meyakini adanya kehidupan setelah mati. Yang hilang adalah jasad manusia yang merupakan materi. Sedangkan ruh itu bukan materi, sehingga ia tidak hancur. Kematian bukan akhir segalanya atau terminasi, tetapi masa transisi dari alam dunia ke alam baru (Komaruddin Hidayat:”The Wisdom of Life”).
Bagi sufi, kematian ibarat malam pengantin. Bertemunya manusia dengan kekasih sejatinya. Sehingga kematian terkesan indah. Bagi mereka, kehidupan setelah mati itu indah. Karena itulah yang dinanti, bertemu dengan Sang Kekasih, Cahaya di atas Cahaya, Pencipta Semesta.
Ya, kematian adalah bertemunya ruh kita dengan pemilik kehidupan. Pertemuan itu tak lepas dari pertanggungjawaban amalan manusia selama hidup di dunia. Wajar jika manusia yang banyak berbuat kebajikan merasa lebih siap menyambutnya. Karena ia ingin memberi laporan atas keberhasilan kinerjanya kepada pemilik hidupnya. Sebaliknya, manusia yang lebih banyak berbuat berdasar hawa nafsunya, mengabaikan suara Tuhan akan takut menghadapi kematian. Karena beranggapan semua nikmat yang dicecap di dunia akan sirna. Begitu juga pemuasan nafsunya. Sehingga, bagi mereka kematian adalah pemutus kenikmatan. Kalau mereka mempercayai kehidupan setelah kematian, mereka juga sadar bahwa mereka akan menghadap Tuhan dengan rapor merah. Tentu ada konsekuensi bagi manusia berapor merah dan berapor biru.
Dengan mengenal kematian secara lebih lengkap, kita lebih siap menyambutnya. Bukan hanya tahu secara konsep, tetapi juga tahu bekal apa yang harus disiapkan ketika bertemu dengan Tuhan.