Selasa, 08 September 2009

Lagu-lagu



Suatu hari, Dicky, anak tetanggaku kala itu berumur 3 tahun, ditanya oleh sang ibu. ”Mas Dicky bisa nyanyi lagu nggak,” tanya bunda. ”Bisa bu,” jawab Dicky. ”Lagu apa?” ”Ya lagu,” kata Dicky polos. ”Ya, judul lagunya apa mas?” tanya ibunya lagi. ”Lagu-lagu.......”

Senin, 07 September 2009

Pola Makan Sehat Selama Puasa


1. Membatasi makanan berkadar lemak tinggi, terlalu pedas, makanan kalengan,
daging olahan, dll.
2. Batasi makanan gorengan, bersantan, dan mengandung gula.
3. Saat berbuka, makan makanan yang mudah dicerna terlebih dahulu seperti buah-
buahan. Setelah sholat maghrib, baru memakan makanan berat. Sehingga tugas
organ pencernaan tidak terlalu berat.
4. Berbuka dengan makanan berkadar gula cukup, karena tubuh kehilangan energi
dan kadar gula turun. Sehingga diperlukan makanan yang mampu memberikan
kadar energi cukup yang bisa diperoleh dari makanan berkadar gula cukup
seperti kurma.
5. Perbanyak asupan serat seperti sayuran saat berbuka dan sahur.
6. Jangan makan terlalu kenyang saat berbuka puasa.
7. Makan dengan gizi seimbang.
8. Makan sahur tidak terlalu kenyang, seperti kebutuhan sarapan. Karena sahur
merupakan sarapan yang dimajukan waktunya.
9. Minum air cukup. Sebagai patokan saat kita berpuasa, tubuh kita sebaiknya
berisi 1/3 air, 1/3 makanan, 1/3 udara.
10. Makan dan minum dari bahan fresh, bukan makanan yang dipanaskan atau
dihangatkan selama berhari-hari.
11. Baca doa sebelum makan dan minum. Sehingga makanan dan minuman yang masuk ke
dalam tubuh bermanfaat bagi raga kita.

Minggu, 06 September 2009

Rumahku di Sebelahnya Atar Bu Guru


Hari itu guru TK Lia(4 thn), anak tetanggaku menanyakan alamat rumah anak didiknya. Setiap anak menjawab lokasi rumahnya. Tibalah giliran Lia. "Lia, rumahmu ada di mana?" tanya Bu Guru. Dengan wajah polos dan yakin, Lia pun menjawab," di sebelah rumahnya Atar." Bu Guru pun bingung, karena dia tidak tahu rumahnya Atar yang juga merupakan muridnya dan sekelas dengan Lia. Akhirnya, Bu Guru menanyakan ke Atar. "Atar, rumahmu di mana?" "Di sebelah rumahnya Lia Bu Guru...." Hahaha....namanya juga anak-anak....

Jumat, 04 September 2009

Wanita Selingkuh?

Kalau jaman dulu selingkuh lebih dimonopoli kaum pria, kini jaman sudah berganti. Belakangan ini selingkuh malah marak dilakukan kaum wanita. Contoh yang paling nyata bisa kita lihat pada rumah tangga artis. Jika dulu kebanyakan yang berselingkuh adalah para suami, kini malah para istri yang berselingkuh.
Mengapa perempuan berselingkuh? Padahal, ia telah memiliki anak-anak yang lucu dan suami tampan nan mapan?
Tentu jawabannya sangat beragam. Perempuan masa kini memiliki banyak keinginan dan tuntutan. Hal ini pun sangat jauh berbeda dengan jaman ibu dan nenek kita dahulu. Perempuan jaman dulu merasa cukup ketika sudah punya suami yang bertanggungjawab secara ekonomi dan memiliki anak-anak. Namun, dua faktor itu tidak cukup bagi perempuan sekarang.
-Pengertian bertanggungjawab secara ekonomi pun sangat relatif, tidak sama untuk tiap perempuan. Mungkin saja, buat wanita A dengan penghasilan sekian cukup. Tapi, bisa jadi untuk wanita B jumlah segitu sangat kurang.
-Bagaimana dengan kehadiran anak-anak? Sebagian kalangan menganggap anak-anak bisa menjadi social control atau pagar agar seorang ibu tidak melenceng dari koridor pernikahan? Ternyata, anak-anak pun tidak cukup kuat untuk menahan perselingkuhan seorang istri.
-Komitmen pernikahan. Keteguhan untuk mempertahankan pernikahan belakangan ini kian menipis pada psangan suami istri. Baik suami maupun istri punya peranan besar akan komitmen keutuhan sebuah rumah tangga. Bukan cuma dari pihak istri atau suami saja.
-Tidak nyambung dalam berkomunikasi. Seringkali, hambatan dalam berkomunikasi suami istri dijadikan dalil pembenaran untuk melakukan perselingkuhan di luar. Sehingga, ketidakpuasan di dalam rumah itupun dibawa keluar dengan mencari pintu hati laki-laki lain yang siap berbagi. Kondisi ini sangat dimungkinkan, karena saat ini pergaulan wanita sangat luas, baik di kantor maupun dalam jejaring sosial. Sehingga, kesempatan itu pun terbuka lebar.
-Mencari kepuasan psikologis. Karena sudah hidup bersama dan disibukkan dengan rutinitas, sering seorang suami kurang memperhatikan keberadaan istrinya. Biasanya, kondisi ini juga diikuti oleh minimnya pujian buat istrinya. Sementara sang istri, sebagai perempuan tetap membutuhkan pujian. Selain pujian, perempuan juga membutuhkan teman yang bersedia menjadi pendengar dan memberi solusi untuknya. Ketika suami tidak lagi bisa menjadi pendengar yang baik, sementara kebutuhan istri akan itu sangat tinggi, maka sang istri pun mencari di luar.
-Bermasalah dalam hubungan suami istri. Keharmonisan hubungan suami istri pun tidak boleh disepelekan. Sehingga, ketika suami mengalami gangguan keperkasaan, sudah seharusnya berobat ke ahlinya.
-Suami pemarah dan ringan tangan. Kekecewaan terhadap sikap suami yang pemarah dan ringan tangan mendorong istri lari dari pernikahannya dan berusaha mencari pengganti di luar.
-Sering kongkow-kongkow tidak jelas dengan lawan jenis. Macetnya ruas jalan di ibukota sering menjadi alasan para perempuan pekerja untuk menunda kepulangannya dan menggantinya dengan ngumpul bareng teman kantornya. Pertemuan di luar jam kantor, terlebih dalam suasana santai dan menjelang malam,tentu memberikan nuansa romantis. Sehingga, hubungan yang tadinya hanya sekedar teman kantor bisa berubah ke arah TTM. Pasalnya, setan bisa membisiki manusia kapan saja. Hubungan ini akan tambah subur kala sang istri sedang bermasalah dengan suami.
-Jauh dari Tuhan. Hati yang jauh dari Sang Khalik akan mudah tergoda untuk melakukan hal yang dilarang agama. Sehingga, melanggar dan menabrak norma agama pun dianggap biasa.
-Jarang mengingat kematian. Dengan mengingat mati, seorang istri akan berusaha menjadi pribadi terhormat, ibu yang dibanggakan anak-anaknya. Bukan sebaliknya, malah anak-anaknya yang membuka aib perselingkuhannya.
-Kurang bersyukur. Jika seorang istri mau mensyukuri atas anugerah yang telah diberikan Sang Pencipta untuknya, niscaya ia merasa cukup dengan suaminya dan tidak perlu tambahan suami orang lain atau laki-laki lain. Wanita baik tidak akan curhat, menarik hati, dan menggoda suami orang.

Mengatasi Stres

Tinggal di kota besar yang sarat kemacetan memicu stres setiap saat. Belum lagi beban pekerjaan, tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, ibu, dan anggota masyarakat. Tuntutan sebagai makhluk sosial pun kadang menambah tekanan hidup. Nah, bagaimana agar stres yang ada bisa kita kendalikan atau atasi?
-Cari penyebab stres. Jika penyebabnya jalan macet, bukannya hal itu memang kita alami tiap hari. So, jangan terlalu dipikirkan.
-Susun strategi melawan stres. Jika penyebabnya jalanan macet, kita bisa melawannya dengan alternatif kendaraan lain. Tadinya ke kantor memakai bus, mengendarai mobil, atau motor, bisa beralih ke KRL AC Expres.
-Kenali stres yang mudah dan sulit diatasi. Misalnya stres karena jalanan macet termasuk stres ringan. Pasalnya, kita tidak sendirian, orang lain pun mengalaminya. Dan tiap hari kita memang harus bekerja dan menggunakan jalanan. Jadi, berdamailah dengan tipe stres ini. Tipe stres lain adalah omongan kasar atau tidak enak dari teman atau tetangga yang memang terkenal tajam. Anggap saja kita sedang apes atau sial.
-Beri penghargaan diri sendiri. Ada kalanya stres ditimbulkan karena ketiadaan penghargaan dari pasangan, atasan, atau rekan kerja. Jika itu terjadi, anda bisa menghadiahi diri sendiri. Anda bisa memanjakan diri di salon, beli buku, nonton film, dll.
-Selesaikan masalah dengan kepala dingin. Jika pemicu stres disebabkan orang lain, Anda jangan terbawa emosi. Selesaikan masalah kala anda sudah tidak emosi lagi.
-Membagi pekerjaan kepada orang lain. Jika anda stres karena beban kerja terlalu berat, anda bisa membaginya kepada rekan kerja lain. Tentu dibutuhkan pendekatan yang baik agar rekan kita mau membantu pekerjaan kita.
-Seimbang dalam hidup. Jangan terlalu memforsir diri hanya untuk pekerjaan. Seimbangkanlah dengan waktu berkumpul keluarga, sahabat, lingkungan sosial. Selain itu, seimbangkan juga antara pekerjaan dengan waktu beribadah.
-Terima apa adanya. Seringkali stres disebabkan dari pikiran kita. Mungkin target hidup kita belum tercapai, tujuan keuangan belum juga tercapai, target karir belum makin menjauh, merasa tidak mempunyai prestasi. Saatnya anda menerima apa adanya kondisi saat ini. Ini bukan berarti pasrah, tapi lebih menhargai proses yang sedang berjalan.
-Rekreasi. Setelah otak dan fisik kita diforsir untuk belajar dan bekerja, saatnya mengambil cuti untuk outing. Liburan tidak harus keluar kota. Yang penting anda keluar dari rutinitas.
-Salurkan hobi. Mengerjakan hobi bisa membuat kita rileks. Tentunya kita juga tidak boleh kebablasan dalam menyalurkan hobi, terutama jika hobi kita harus mengeluarkan banyak uang. Bisa-bisa, setelah senang, kita kembali stres karena uang kita terkuras untuk membiayai hobi mahal kita.
-Berhenti mencari kesalahan. Aktivitas mencari kesalahan hanya membuat dada kita sesak, ingin marah. Cobalah berhenti mencari kesalahan diri dan orang lain.
-Bebaskan perasaan dengan tertawa, menangis, atau teriak sekencang-kencangnya untuk melepaskan beban atau masalah yang tengah melilit kita.
-Ganti sudut pandang. Jika stres disebabkan jalanan macet, anda bisa merubah mindset berpikir, "Ya memang macet, tapi aku tidak sendiri. Yang lain juga mengalaminya. Kalau yang lain bisa, kenapa aku tidak"
-Mendekatkan diri pada Tuhan. Dengan lebih dekat kepada Tuhan, hati akan tenang. Karena Tuhan yang memberi ketenangan sekaligus memberi solusi atas permasalahan yang kita hadapi.

Kamis, 03 September 2009

Berdamai dengan Depresi


Stres dan depresi kerap datang menyerang kala perempuan bermasalah dalam kehidupannya. Penyebabnya beragam. Seperti kehilangan orang tua yang sangat dekat ikatan emosionalnya, kehilangan anak, suami,perceraian, suami selingkuh, kehilangan pekerjaan, suami di-PHK, anak sakit kronis, suami sakit kronis, dll. Untuk wanita, faktor penyebab depresi lebih disebabkan oleh faktor psikologis, karena aspek perasaan pada perempuan lebih berperan.Berbeda dengan pria yang lebih banyak disebabkan aspek fisik.
Gejala depresi antara lain sering sedih dan murung, tatapan kosong, sering menangis, menyendiri, gelisah, lelah, tidak bertenaga, dan tidak bisa konsentrasi, merasa tidak berguna, tidak berharga, kehilangan motivasi, kehilangan orientasi hidup, bahkan ingin bunuh diri.
Keluhan lain, orang yang sedang depresi biasanya mengalami insomnia, gangguan pola makan, sakit kepala, keluhan pada lambung, saluran nafas, dan pernafasan, serta rasa nyeri yang tidak jelas. Keluhan ini biasanya berlangsung sekitar dua minggu. Jika keluhan lebih dari dua minggu, maka harus dicari solusi penyembuhannya.
Langkah yang bisa dilakukan kala menderita depresi antara lain:
-Sharing ke teman yang bisa diajak bicara dan kita percaya. Dengan cerita permasalahan kita kepada suami atau sahabat, maka sebagian beban kita akan berkurang. Karena, orang yang depresi perlu teman bicara. Selain itu, dari kegiatan sharing itu kita akan mendapat masukan dari orang yang kita percaya.
-Menulis permasalahan pribadi di buku harian. Ini merupakan terapi pelepasan masalah, jika kita enggan bercerita ke orang lain.
-Konsultasi ke psikolog atau psikiater. Jika cerita ke teman atau orang terdekat sudah dilakukan, tapi tidak ada perubahan, ada baiknya pergi ke psikolog yang lebih tahu permasalahan kejiwaan manusia. Diharapkan dari konseling ini akan diperoleh solusi terbaik.
-Melakukan zikir, menarik nafas dalam, meditasi, atau yoga setiap pagi. Dengan aktivitas ini diharapkan akan ada ketenangan batin.
-Berkomunikasi atau berbicara kepada Tuhan, mengadukan permasalahan yang dihadapi.
-Lebih bersyukur dalam hidup. Artinya, mau menerima kondisi sekarang dan tidak memaksakan keinginan atau mengandaikan kebahagian di luar kehidupan kita saat ini.
-Perbanyak jalan kaki. Karena, depresi berhubungan dengan zat kimiawi dalam otak. Dengan memperbanyak jalan kaki, maka tubuh kita banyak melepas hormon endhorpin (hormon pemicu senang).

Rabu, 02 September 2009

Menjadi Wanita Mempesona


Tiap wanita pasti ingin tampil prima. Apalagi, dalam hal karir pun, raga nan mempesona lebih mendapat tempat ketimbang yang biasa-biasa saja. Wajar, jika belakangan ini salon, tempat perawatan tubuh, tempat kebugaran tumbuh subur bak jamur. Karena kaum wanita ingin tampil cantik bak bidadari di surga. Eit...tunggu dulu. Benarkah kecantikan hanya monopoli raga saja? Ternyata nggak loh. Banyak perempuan cantik yang ternyata tidak menarik. Nah, gimana caranya agar tampil menarik jiwa dan raga?
-Percaya Diri
Seseorang yang tampil percaya diri akan menambah nilai plus untuk dirinya. Ia menjadi pribadi yang berani di depan. Bahkan, dengan tampil percaya diri, kepercayaan orang lain pada kita pun bertambah. Dalam hal karir, percaya diri sangat menunjang bagi kemajuan karir kita. Atasan akan mempercayakan tugas-tugas yang menantang pada kita. Selain itu, dengan percaya diri, wanita sebagai bunda akan mendidik generasi masa depan yang pemberani.
-Ramah
Terbayang ga sih, kalau ada perempuan cantik tapi judes. Yang pasti, laki-laki yang tadinya tertarik padanya langsung ilfil alias tidak tertarik lagi. Aura yang terpancar dari wajah pun menjadi negatif. Sikap ramah akan memancarkan aura positif bagi orang-orang di sekeliling kita. Ramah bukan berarti kita terus tersenyum setiap saat lho.
-Empati
Wanita kebanyakan punya empati lebih besar ketimbang kaum pria. Namun, pemberian dari Tuhan ini juga tidak muncul dengan sendirinya kalau tidak diasah. Melatih empati kita bisa dimulai dari hal-hal kecil. Dengan adanya empati, wanita akan menjadi pribadi yang bersyukur. Alhasil, energi dan aura positif pun akan terpancar dari diri kita.
-Tulus
Ketulusan akan menambah inner beauty kita. Di jaman materialistis dan serba konsumeris ini, jarang kita jumpai orang-orang yang tulus membantu orang lain. Maka, ketulusan ibarat barang langka. Ketulusan akan terpancar secara alami dan akan terwujud kalau kita hanya mengharapkan pujian dari Tuhan. Namun, jika kita masih berharap pujian dari manusia, ketulusan itupun akan susah muncul.
-Cerdas
Pasti kita pernah ketemu dengan orang cantik tapi tidak cerdas alias bodoh. Kecantikannya pun akan menurun atau pudar. Kecerdasan akan menambah point pesona kita. Bagaimanapun, wanita cerdas akan terlihat lebih seksi ketimbang wanita yang bodoh. Selain itu, wanita cerdas sangat diperlukan untuk mendidik generasi masa depan.
-Olahraga teratur
Selain kecantikan dari dalam dengan memiliki sifat dan sikap seperti di atas, tubuh kita pun harus cantik. Apa yang membuat raga kita mempesona? Salah satunya olahraga secara teratur. Tidak perlu lama, cukup 10 hingga 15 menit tiap hari.
-Mengatur pola makan
Hal lain yang perlu dilakukan agar raga kita mempesona adalah mengatur pola makan dengan porsi seimbang antara karbohidrat, serat, vitamin, protein, dan mineral.
-Mengelola stres
Stres dalam hidup tidak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah mengelola stres.
-Istirahat cukup
Hal lain agar tubuh prima adalah istirahat cukup. Istirahat sangat penting bagi kesehatan tubuh kita. Ibarat mesin, tubuh kita tidak bisa dipakai untuk kerja terus. Ia perlu istirahat.
-Berpikir positif
Possitive thinking akan membuat hidup kita lebih indah dan men-support kita terus maju. Pikiran positif akan menggiring kita pada pencapaian tujuan hidup. Karena, segala sesuatu menjadi mungkin untuk dicapai. Manfaat lain, dengan berpikiran positif, kita akan terhindar dari berprasangka negatif yang menimbulkan iri dan dengki terhadap orang lain.
-Merenungkan tujuan hidup
Sebagai wanita dewasa, kita harus punya tujuan hidup sebagai guideline. Adakalanya perjalanan hidup kita belok atau melenceng. Oleh karena itu, wanita perlu meluangkan waktu untuk merenungkan tujuan hidup. Akan lebih baik lagi jika tujuan hidup kita tulis. Sehingga, mudah mengevaluasinya.
-Selalu bersyukur
Pribadi bersyukur akan terhindar dari sikap keluh kesah, karena ia menerima keadaan dirinya. Selalu bersyukur akan memancarkan kecantikan dari dalam. Karena orang di sekeliling kita tidak terbebani dengan keluhan-keluhan kita yang sebenarnya sampah.
-Bahagia melihat orang lain bahagia
Salah satu hal yang sering merusak kecantikan wanita adalah bahagia bila melihat orang lain susah. Hal ini tentu tak lepas sifat iri dengki yang kerap menjangkiti kaum wanita. Dan, biasanya iri dengki itu pun cenderung ditujukan kepada kaumnya sendiri. Plis dech, hari gini kalau mau terlihat cantik ga usah menjatuhkan orang lain akibat sifat iri dengki kita. Sudah seharusnya kita bahagia melihat orang lain bahagia. Sehingga, kala kita bahagia, orang lain pun akan bahagia. OK?

Menjadi Wanita yang Terus Tumbuh


Sebagai wanita, kita terus tumbuh dan berkembang. Hingga akhirnya memasuki fase dewasa dan menikah. Biasanya, perkembangan diri wanita terus mengalami kenaikan baik secara karir maupun pengetahuan. Dan mencapai puncaknya kala memasuki gerbang pernikahan.
Namun, setelah memasuki pernikahan, penrkembangan diri wanita secara karir dan pengetahuan biasanya agak terhambat, bahkan ada yang terhenti total. Status sebagai istri yang bertugas mengatur kegiatan rumah tangga, tugas melahirkan sebagai seorang perempuan, dan tugas mengasuh anak telah menyita waktu perempuan untuk terus mengembangkan diri.
Padahal, ketika perempuan terlalu sibuk dengan urusan rumah tangganya dan mengabaikan pengembangan dirinya, hal ini berakibat kurang baik bagi keharmonisan hubungan suami istri. Pasalnya, pembicaraan antara suami istri akhirnya tidak nyambung. Temanku Citra, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu contohnya. Setelah menikah, Citra memilih menjadi ibu rumah tangga. Kebetulan, perempuan berdarah minang itu langsung melahirkan putra pertamanya. Sehingga, ia sibuk mengurusi anaknya, memikirkan masakan apa yang akan ia olah, membersihkan rumah, dan paling banter ngumpul dengan ibu-ibu tetangganya.
Tanpa ia sadari, aktivitasnya itu telah menyita waktunya. Sehingga, obrolan pembicaraannya pun tak jauh dari masakan, anak, dan sesekali ngomongin tetangga. Akibatnya, ia sering tidak nyambung kala diskusi dengan suaminya yang berprofesi sebagai kuli tinta di sebuah majalah di Jakarta.
Akhirnya, ia pun menyadari ada gap atau jarak pemikiran antara dirinya dan suaminya. ”Yah, Bunda merasa tertinggal jauh dengan Ayah,” ujarnya suatu ketika. Untungnya, suami Citra cukup pengertian. Ia tidak komplain dengan kondisi istrinya saat ini. Suami Citra pun tidak melirik wanita lain untuk diajak diskusi sebagai pembenaran sudah tidak nyambung dengan istri.
Bagi perempuan, kita ditakdirkan kepedulian kita atau altruis kita sangat tinggi. Bahkan, wanita sering tidak memikirkan dirinya, karena lebih mementingkan anak, suami, dan keluarga. Padahal, sebagai seorang pribadi, perempuan harus tetap tumbuh dan berkembang. Bagaimana caranya:
-Luangkan waktu membaca koran, buku, dan majalah
-Investasikan sebagian uang untuk kegiatan menimba ilmu, baik melalui pendidikan formal, kursus, seminar ataupun training.
-Kurangi waktu mengobrol hal tidak jelas dengan ibu-ibu tetangga, kecuali menyangkut hal penting.
-Kurangi menonton infotainment, dan perbanyak waktu menonton berita.
-Luangkan waktu untuk olahraga, meski hanya 5 menit untuk sekedar melakukan peregangan atau stretching.
-Bergabung dengan kelompok diskusi.
-Menambah kursus keterampilan, dll
Sepintas, memang sulit untuk dilakukan, mengingat kesibukan sebagai istri dan ibu. Tapi, kalau ada kemauan, kita pasti bisa. Terus mengembangkan diri bagi seorang wanita bukan semata agar tetap connect jika diajak diskusi suami. Tetapi, lebih untuk menghargai diri sendiri, dan serta demi perkembangan anak-anak di masa depan. Tidak terbayang, jika akhirnya kita menjadi wanita stag yang otaknya hanya dipenuhi hal-hal kerumahtanggaan. Cara berpikir kita akan berubah, dan wawasan kita pun sangat terbatas. Padahal, sebagai seorang ibu, wanita adalah guru dan pengajar utama bagi anak-anaknya. So, wanita harus terus berkembang dan semakin pintar, untuk diri, suami, orang tua, keluarga, dan terutama anak-anaknya.

Minggu, 23 Agustus 2009

Makin Banyak Ibadah, Makin Besar Bonusnya


Setiap tahun, umat muslim punya agenda rutin menjalankan ibadah shaum Romadhon. Untuk ibadah puasa, persiapan yang perlu dilakukan meliputi fisik dan mental. Secara fisik, kita harus menjaga kesehatan agar bisa menjalankan kewajiban puasa secara full. Secara mental, kita juga harus siap mengurangi jadwal tidur berkaitan dengan jadwal sahur. Lainnya, kita juga jauh-jauh hari menyiapkan diri untuk mencapai target ibadah yang ditentukan. Misalnya, khatam Al Quran selama Ramadhan. Tentu saja, jika ingin mencapai target itu, kita perlu menyusun strategi, terlebih kaum hawa yang jadwal puasanya berkurang sekitar seminggu.
Saya pribadi, sSebelum Ramadhan tiba, biasanya saya berusaha mengkhatamkan bacaan Al Qur'an.Sehingga, pas malam pertama Ramadhan, saya bisa langsung tancap gas tadarrus. Alhamdulillah, malam pertama Ramadhan kemarin, sudah ngelarin juz 2. Targetku, pas hari libur harus menyelesaikan minimal 2 juz. Setelah dua hari, alhamdulillah targetku tercapai, meskipun agak meleset. Sebenarnya, saya menargetkan Romadhon hari kedua bisa baca hingga juz 6. Ternyata gagal total.
Pasalnya, pas hari kedua ramadhan, saya hunting kebutuhan lebaran. Ya, sudah, plannku berantakan semua. Finally, aku cuma sampai juz 4.
Dengan kalkulasi tiap weekend bisa ngelarin empat juz,plus satu juz pas weekdays, maka kita bisa khatam pada hari ke-23 Ramadhan.
Sekali lagi, strategi ini diterapkan karena waktu puasa kaum perempuan berkurang sekitar seminggu. Jika kita tidak disiplin dalam mengalokasikan waktu, besar kemungkinan target kita tidak akan tercapai. Pengalaman saya dua tahun lalu, tidak bisa khatam karena keburu datang bulan. Padahal, waktu itu sudah juz 27. Hal ini, dikarenakan aku mengaji hanya satu juz tiap hari. Meski kadang juga dua juz pas weekend. Selain itu, aku tidak punya jadwal dan tidak merencanakan sebelumnya.
Apalagi yang bisa dilakukan selain khatam AL Qur'an?Ya banyak lah...Seperti berusaha dzikir pagi dan petang. Kalau aku pribadi, aku usahakan dzikir pas dalam perjalanan ke kantor. Kendati desak-desakan dan empet-empetan di KRL Ekonomi, aku berusaha dzikir. Justru makna dzikir kian terasa, kala kaki dan tanganku dijepit orang lain dan tubuhku nyaris ambruk karena tidak kuat menahan beban tubuh orang lain. Dzikir pun kian deras meluncur dari mulutku. Subhanallah alhamdulillah wa laailaahaillahhu Allohu Akbar.
Hal lain yang kulakukan adalah memperlebar jumlah penerima sedekah dan menambah frekuensi sedekah. Tapi, kalau untuk pengemis di stasiun dan pinggir jalan, aku akan berpikir seribu kali jika ngasih mereka. Karena banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Jadi, target penerima sedekah pun dipilih memang orang-orang yang berhak.
Apalagi yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pahala berlipat di Bulan BONUS ini? Sebagai istri, saku berusaha memasak untuk buka puasa dan sahur tentunya. Yang pentin niat dan keihklasan kita menyediakan makanan sehat dan bergizi untuk keluarga. Kalau soal rasa, mungkin di luar kepala. Alias ga karuan rasanya hahaha.
Kebajikan lain yang bisa dilakukan adalah silaturahhiem ke saudara atau keluarga. Aku dan suami biasa melakukan silaturahhiem ke keluarga suami yang tinggal di Jakarta pas pertengahan Romadhon. Selain ke keluarga, juga silaturahiem ke teman,kolega, dan tetangga. Tentu, semua aktivitas itu dilakukan dalam rangka berlomba mendapat rahmah dan BONUS dari Allah Rabbul Izzati. So, selamat memperbanyak amalan kebajikan untuk meraih DOUBLE atau TRIPLE BONUS dari Sang Maha Kaya.

Kamis, 06 Agustus 2009

Mbah Surip di Mata Anak-Anak


"Anak saya menangis waktu tahu mbah Surip meninggal," kata ibu paruh baya yang duduk di sampingku dalam perjalanan pulang kantor. Putrinya yang berusia 5 tahun, sangat ngefans dengan mbah Surip. Namanya anak-anak, setelah tahu mbah surip meninggal, ia pun bertanya mengapa orang yang meninggal harus dimakamkan. Tapi, sejurus kemudian, ketika ia melihat Mbah Surip menyanyi di layar kaca, ia pun berujar," Tuch Mbah Surip masih hidup. Buktinya ada di TV Ma." Sang ibu pun menjelaskan," itu rekaman Nak."
Cerita anak-anak yang mengidolakan Mbah Surip bukan hal baru. Lagu Tak Gendong memang disukai semua kalangan, termasuk anak-anak. Sehingga, ketika mendengar si Mbah meninggal, anak-anak itupun ikut berduka. Entah itu karena kesadaran mereka atau hanya terbawa pemberitaan media.
Ketika jenazah Mbah dibaringkan di Bengkel Teater milik WS Rendra di Depok pun, tampak banyak anak di sana. Bahkan, setelah dikebumikan banyak murid SD yang ziarah ke kuburnya. Ada yang datang sekedar berdoa, melihat-lihat, ada juga yang membawa bunga dan menaburkannya di atas makam si Mbah dan mendoakannya.
Ah si Mbah, meskipun engkau telah pergi dan meninggalkan qta semua, lagumu tetap menghibur. Hidupmu yang sangat sederhana mewakili rakyat jelata yang miskin di negeri yang kaya raya. Laku hidupmu hingga meraih ketenaran membawa inspirasi bagi semua orang, sukses milik setiap insan. Kejujuranmu, kepolosanmu, dan tawamu menjadi penyejuk masyarakat yang sehari-harinya telah lelah dengan sandiwara politik para penguasa di negeri ini. Engkau Semar, teladan kesederhaan dari rakyat jelata, tanpa harta dan tahta.
Tak Gendong Ke Mana-mana
Tak Gendong Ke Mana-Mana

Sabtu, 01 Agustus 2009

Puasa Belanja Bo....


Pernah ga sih, dalam sehari kita tidak membeli apa-apa sama sekali? Aku sendiri sering melakukannya. Sebulan sekitar sehari hingga dua hari aku tidak melakukan pembelian apa pun. Kok bisa? Bagaimana melakukannya?
Caranya gampang banget kok. Aku biasa menyetok kebutuhan sehari-hari mulai dari sayuran, buah-buahan, sembako, makanan kecil, hingga kebutuhan lain seperti kosmetik dan perlengkapan mandi.So, karena semua kebutuhan sudah ada, buat apa aku membeli?
Untuk makan besar, aku akan memasak untuk sehari penuh. Jika ingin ngemil, tinggal mengolah bahan-bahan mentah yang tersedia di rumah. Kadang aku bikin gorengan sesuai bahan yang ada di kulkas. Kalau memungkinkan bikin bakwan, ya bikin bakwan. Kalau adanya bahan-bahan untuk martabak telur, aku akan bikin martabak. Kadang juga bikin pisang coklat atau pisang keju. Jadi, seluruh makanan dibikin sendiri. Demikian juga dengan minuman. Semuanya dibuat dan disiapkan sendiri.
Aku secara pribadi melakukan 'puasa belanja' sehari karena memang dasarnya malas keluar rumah. So, kalau sedang tidak ngantor dan tidak ada acara keluarga, aku terpaksa dech 'puasa belanja'.
Makanya, ketika membaca artikel di Detik.com tentang Hari Tanpa Belanja atau Buy Nothing Day, aku tersenyum. "Ah...aktivitas ini sih sudah biasa aku lakukan," ujarku tersenyum. Tapi bener loh, ada perasaan senang ketika sehari ga membeli apapun. Sepertinya kita merdeka, bisa mengalahkan nafsu membeli ini itu. Dan, uang di kantong pun tetap....ga tahu ya yang di kartu kredit hehehe
Menurut Wikipedia, hari tanpa belanja (HTB) di Indonesia diberlakukan sabtu pekan terakhir bulan November. Wah wah wah...kalau perayaan HTB tahun ini sepertinya pas banget dengan kondisi kebanyakan kantong kita. Ga usah HTB orang-orang juga sudah puasa belanja. Apa sebabnya? Lah, itu kan bulan kering, maklum kantong abis terkuras untuk belanja kebutuhan puasa dan lebaran bo....Jadi pas banget lah.
Tujuan HTB ini untuk memberikan kesadaran publik agar lebih peka terhadap apa yang dibeli dan perusahaan-perusahaan yang membuatnya. Selain itu, HTB juga dimaksudkan untuk membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa dan sebarapa banyak yang mereka beli.
So, bagi yang belum pernah 'puasa belanja' sesekali mempraktekkan terapi ini. Ga perlu nunggu Hari Tanpa Belanja atau benar-benar tongpes alias dompet kosong. Lakukan sesering mungkin. Anda akan terbebas dari barang-barang yang sebenarnya memang tidak perlu dibeli. Selain hemat, kita bisa gunakan uang kita untuk keperluan penting dan mendesak. Serta, bisa berinvestasi lebih banyak, investasi dunia dan investasi akhirat donk....Ayo puasa belanja...untuk hidup yang lebih mulia.

Kamis, 30 Juli 2009

Komentar atas Blog Noordin M Top


Mencoba melawan arus, untuk tidak berkomentar atas munculnya blog media islam Bushro yaang mengklaim sebagai penanggungjawab pengeboman di Ritz Carlton dan JW Marriot.Eh...sekarang malah keterusan berkomentar...Blog itu diragukan banyak kalangan milik Noordin M Top. Salah satunya Nasir Abbas, Mantan mantiqi JI di Koran Tempo hari ini, Kamis (30/7). Banyak kejanggalan yang ditemui di blog itu antara lain...
Pertama, masak Noordin M Top terjangkit virus Band Kuburan:Lupa-Lupa Ingat ma namanya sendiri. Di blog itu ia nulis namanya terpisah bukan Noordin, tapi Nur Din.
Kedua, banyak tulisan yang ejaannya salah. Ritz Carlton ditulis Rizt Calrton.
Ketiga, banyak tulisan englishnya yang salah.Kata Nasir, Noordin orang yang pintar. "Banyak ejaan tulisan itu tidak tepat," ujar Nasir.
Keempat, Noordin bukan selebriti yang selalu nyari sensasi demi menaikkan pamor dan popularitasnya....
Kelima, bisa jadi blog itu yang bikin fans-nya Kang Noordin, atau orang iseng yang ngidam popularitas mendadak jadi seleb. Kalo ini bukan pendapat dari Nasir Abas, tapi dari kalangan dunia antah berantah....ngartis wanna be...
Terlepas itu tulisan milik Noordin ataupun bukan, yang pasti kita harus memusuhi terorisme. Kalau mau melakukan bom bunuh diri demi membela din Islam, lakukan di daerah konflik seperti Afganistan, Irak. Karena jelas, di sana situasinya perang. Peace....man

Selasa, 28 Juli 2009

Kuterima Hari Sialku Mister...



Dari pagi, dadaku sesek terus, bawaannya pingin marah mulu...astaghfirullah...harus mengendalikan amarah ya...Gimana tidak kesel...banyak kejadian yang bikin aku marah...Tidak seperti biasanya, aku berangkat ke kantor naik kereta balik ke arah Depok Lama. Harapannya, bisa duduk manis, terus bobo nyaman...Memang sih, kereta kosong...Alhamdulillah...
Ungkapan syukurku dalam lima menit berubah jadi kekesalan, kala mendengar petugas mengumumkan KRL akan dibawa ke Depo...huuuuuuu Ga sampe di situ, ternyata dua KRL yang tersedia, yang merupakan KRL dari Bogor penuhnya naudzubillah...Ada juga KRL Express...tapi ga mungkin aku nyebrang rel untuk beli tiket. Masalahnya ya ga keburu lah...
Akhirnya setelah KRL AC Express berlalu dari pandanganku, aku bergegas ke loket tiket beli karcis AC Ekonomi. Setelah nunggu hampir sejam, akhirnya aku bisa naik KPR AC Ekonomi.
Pagi ini aku memang berencana ke dokter gigi dulu, dan sudah dapat ijin dari kantor. Alhasil, yang seharusnya aku kontrol dokter sekitar jam 8an seperti biasanya, malah molor sampe jam 10.00 wib. Untung kantorku baek...ga papa...geto kira2 bunyi restunya...:)
Nah, pas di tempat bengkel gigi neh, pas dokter giginya mau masang dua behelku yang copot, eh salah satunya nggelinding ga tahu ke mana. Tuch dokter nyari-nyari agak lama. Untungnya ketemu sih.
Jam 11.00 reparasi gigiku pun kelar. Alhamdulillah. Ternyata, kesenanganku hanya sebentar. Jalan Saharjo yang biasanya lancar, malah pamer paha (padat merayap pahanya singkatan apa ya...koq lupa hihihi). Eits...ini bukan padat merayap lagi, tapi bener bener stag! Wadow mana hawa panasnya dahsyat lagi...kalo ada angkotnya ada AC-nya kayaknya mendingan dach (hus...mana ada angkot pake AC). Sebenernya ada AC juga sich, angin cepoi-cepoi, tapi kalah ma hawa panas.
Karena ga tahan stag, padahal busku dah jalan lumayan loh, aku malah balik arah...(tuch kan aneh...)naik angkot ke arah berlawanan, karena jalanan lancar. Terus setelah melaju sekitar 300 meter, di angkot yang berlawanan arah, aku bimbang lagi. Akhirnya cuk ucuk ucuk...nyeberang jalan, naik lagi angkot ke arah yang tadi...Gubrak...macetnya malah makin parahhhh huhuhu....
Agar tidak terlalu ngutuk keputusan salah yang kuambil, aku cuma nundukin wajahku. Ga mau ngeliat kemacetan yang bener2 parah...
Setelah sampe Pasaraya, aku transit naik angkot lain. Wadow...setelah setengah jalan, angkot yang kutumpangi ternyata rusak, terdengar bunyi aneh gitu...Ya Allah, ada apa neh...Aku tiba-tiba ngerasa, jangan-jangan, angkot neh rusak gara-gara kutumpangi...astaghfirullah...ga lagi say...hibur hatiku.
Alhamdulillah, suasana kantor lumayan menghibur, aman dan terkendali. Jadi bisa lah ngelupain dikit kejadian demi kejadian aneh yang kualami.
Pas pulang kantor, aku masih H2C, harap2 cemas. Kira-kira ada kejadian aneh lagi ga ya...Kuputuskan naik bus, karena trauma dengan KRL...(halah, besok juga cinta KRL lagi hihihi).Ternyata, keputusanku naik salah satu angkot, kurang tepat. Aku berharap naik angkot yang sudah ready dan ada penumpangnya, pasti jalannya lebih cepat. Ternyata kalkulasiku keliru besar! Angkot yang kutumpangi malah disalip ama teman-temannya. Karena jalannya kayak keong....aku udah ga sabar aja...Eh...ketika jalannya dah mulai agak cepetan, kemacetan sudah menghadang di depan...ya bukan kayak keong lagi, malah ga jalan....
Kekesalanku agak berkurang, kala sampai Pancoran, angkotku menerima limpahan penumpang dari bus lain. "Alhamdulillah, aku ga dioper," syukurku.
Setelah kejadian oper itu, hatiku semakin lega dan bersyukur. Bahkan, ketika sampai di rumah, aku mencoba mengingat lagi, berapa kali sih dalam sebulan atau setahun mengalami kejadian menjengkelkan berturut...Ternyata, subhanalloh, jumlahnya sangat sedikit, tidak sebanding dengan hari-hai indah ang telah dianugerahkan oleh Allah.
Mengutip kata-kata Richard Carlson, seorang penulis buku yang sangat menggugah jiwa,dia dalam tulisannya bilang,"Terima Kenyataan Bahwa, Sesekali, Anda Harus Mengalami Hari Sial."
Dan langsung kujawab,"Aku terima hari sial itu mister...dan berdamai dengannya."

Minggu, 26 Juli 2009

Ketika Serangan Kata Datang


Hatiku sakit, dadaku penuh kala seorang tetanggaku dengan entengnya menghina hidangan yang aku sediakan. Bahkan,ia tidak merasa bersalah kala orang lain mengingatkannya. "Gue emang biasa nyablak, sudah kayak orang Betawi," ujarnya dengan volume suara tinggi. Ia tidak sadar, bahwa kata2 pedas dan tajam telah menusuk hati tetangganya. Dan, tidak ada penghapus yang bisa menghilangkannya.
Dalam bergaul, acapkali kita menemui orang yseperti ini, pribadi yang tidak bisa mengendalikan mulutnya. Akibatnya, kata-kata yang tidak elok dan seharusnya tidak keluar, meluncur dan menyakiti orang yang berhubungan dengannya.
Kondisi ini lebih sering saya alami ketika bergaul dengan kaum hawa. Entah mengapa, mulut mereka seperti harimau yang siap menerkam siapa saja yang berada di dekatnya. Entah itu dengan rekan sekerja ataupun dengan tetangga.
Aku pernah memutuskan untuk sedikit menarik diri dari mereka. Karena jujur, hatiku tidak siap disakiti. Karena, aku berusaha menghormati dan menghargai orang lain. Harapannya, mereka juga melakukan hal yang sama. "Bergaul dengan orang yang cenderung menyakiti orang lain hanya akan menorehkan luka di hati," begitu batinku.
Andaikan agama membolehkan, aku sudah tidak mau berhubungan dengan orang-orang yang suka berkata menyakitkan...Tapi, Tuhan membenci orang-orang yang memutuskan tali silaturrahiem dan perbuatan ini termasuk dosa besar.
Apa yang harus kita lakukan ketika diserang? Ada dua pilihan: bertindak reaktif atau bersikap lembut. Dalam hal ini, aku lebih memilih bersikap lembut. Sebagai pribadi, aku tipikal orang yang tidak menyukai konfrontasi ataupun permusuhan. Aku berusaha tetap berdamai dengan ybs meski hatiku merasa sakit. Mungkin sekilas seperti bermuka dua. Aku pikir, ini wajar. Hati kita memang tidak terima dan sakit, itu respons alamiah. Tapi, tidak seharusnya tindakan dan kata-kata kita langsung menyerang balik untuk melampiaskan sakit hati. Lalu, bagaimana mendamaikan hati yang sedang gundah?Tarik nafas dalam-dalam....ulangi hingga beberapa kali hingga Anda merasa tenang. Agar mendapatkan hasil optimal, aku melakukannya dengan duduk bersila dan fokus. Selain itu, aku berusaha merubah paradigma, bahwa 'orang-orang sulit' yang menyebalkan itu bukan musibah tetapi menjadi ujian untuk menjadi pribadi yang lebih bijak dan arif. Selanjutnya, memaafkan mereka dan berusaha tetap berbuat baik. Bukankah mengalah bukan berarti kalah? Namun, jika semua langkah telah kulakukan, dan hatiku tetap sakit, biasanya aku akan berusaha berbicara baik-baik dengan ybs dengan lembut. Saya percaya, tidak ada yang sia-sia dengan perbuatan baik kita. Semuanya diperhitungkan oleh Tuhan yang Maha Adil dan Maha Berkuasa. Hidup kita pun terasa lebih damai, karena berusaha berteman dengan siapapun, kendati ybs memusuhi kita. Bukankah dunia lebih indah kalau teman kita dan saudara kita ada di mana-mana....

Sabtu, 25 Juli 2009

Tergoda Diskon Gila



"Nikmati diskon up to 50% khusus untuk merek Gxxxxx, Cxxxxxx, Cxxxxxx," demikian bunyi sms dari sebuah shopping mall ternama di HPku. "Wah boleh juga tuch," gumamku. Seperti biasa, godaan itu langsung menguap. Ga berselang lama, HPku kembali bunyi. "Tunjukkan sms diskon ini, nikmati Buy 1 Get 1 Free...." Wadow...langsung laper begitu membaca sms itu. Apalagi ada embel-embelnya get ONE. Penawaran itu pun juga tak berbekas dalam memoriku...(gombale mukiyo, buktinya sekarang masih inget...:p)
Beberapa hari kemudian, temanku ngajak datang ke Pusat Perbelanjaan di Senayan. Kebetulan lagi ada diskon gede-gedean 50% untuk baju-baju branded. "San, bekanja yuk mumpung great sale," ujarnya. Ck ck ck...ngiler juga sich...."Ah, paling gitu-gitu aja," batinku. Akhirnya, yang keluar dari mulutku,: Kapok say...aq pernah datang ke sale, ternyata diskonnya cuma seupil," kataku. Sebenarnya, aku masih penasaran dengan great sale. Mau bukti? Wong setelah itu aku gentayangan mem-browse info great sale. Kebetulan sekarang kan lagi JGS...alias Jakarta Great Sale....bukan Jadi Ga seh Sale-nya hahaha...
Boleh jadi, aku dah kapok datang ke acara sale-sale an gara-gara diskon dodol di mall ternama dekat Bunderan HI bulan lalu. Waktu itu, mataku terbelalak melihat iklan diskon mall ternama segede bagong di harian ibukota dua bulan lalu. Wow....its nice offering...ditambah lagi embel-embel merek-merek mendunia...sok fashionista neh...(padahal gaulnya paling banter kalo ga ke Tanah Abang ya ke Pasar Ular...:p)
Untuk menjadi 'penikmat sale' itu aku rela melek ampe malam. (Padahal mataku kayak mata ayam...ga kuat melek sampe malem...makanya ga berbakat dugem...astaghfirullah :p). Sekitar jam 8 aku dah otw di Sudirman street yang ternyata sodara-sodara...sudah macet parah. Untungnya, mobilku salah arah...hahaha. Muter... muter.... muter...malah masuk ke mall satunya lagi...Eh, dasar mang dah ada bisikan kali ya (bisikan Satpam), tahu-tahu mobilku masuk ke mall yang menggelar sale seupil itu.
Macet lagi macet lagi...gara-gara si iklan diskon...udah dech, mobil berderet ga jalan. Kalo bisa terbang, aku dah melayang duluan kale....jalan dikit-dikit. Eh sampe parkir, ter muter....
Finally, masuk juga aku di dalam shoppinng mall...Hohoho....kayak lautan manusia. Ternyata mental sebagian besar orang kayak aku:rela antre dan desak-desakan, uyel-uyelan, sampe kaki pegel (rata-rata pake high heels, kecuali aq dong, pake sendal ceper...hehehe) Ya elah...ternyata diskon yang digelar cuma seuprit...gitu aja heboh bangeth huhhhh
Say No to...GSS... (great sale shopping) and Say Yes to CS...(crazy sale)...hahaha Astaghfirullah...

Kamis, 25 Juni 2009

Belanja Kala Stres Mendera

Wega, wanita berumur 30 tahun, melihat koleksi sepatu dan tasnya yang kini memenuhi sebagian ruangan rumahnya. Jumlahnya sudah bejibun, ga bisa dihitung. "Ck ck ck," ujarku kala bertandang ke rumahnya. "Ini

Kamis, 18 Juni 2009

Penjiplak tak tahu diri!

Pagi-pagi aku sudah mau mencak-mencak. Ketika melihat tulisanku yang panjangnya tiga halaman dijiplak habis-habisan oleh majalah lain. Sudah gitu namaku diganti dengan orang lain yang kompetensinya jauh di bawahku!Aku langsung komplain ke pemimpin umum...Saat emosiku memuncak, mau mendamprat Pemred-nya via telepon, ternyata HP-ku telo...ga bisa connect!Huhhhhhhhhhhhhhhh
Penjiplak!
Penjiplak!
Penjiplak!
Orang yang tidak menghargai martabat
Tahunya ya hanya njiplak!
Orang yang ga mau mikir tapi maunya enak
Bisanya cuma njiplak!
Terlaknat!

Sabtu, 06 Juni 2009

Kondangan Rock n Roll



Dimohon hadir 30 menit sebelum acara dimulai. Demikian tulisan yang tertera di undangan pernikahan salah seorang putra pejabat kondang di negeri ini dengan cucu pemilik perusahaan kosmetik terbesar di tanah air. Aku maklum dengan maklumat tsb, karena ada orang nomor satu Ketua MPR, menteri, dan para politisi datang dalam perhelatan itu. Maka, aku harus tahu diri, datang setengah jam sebelum acara.
Untuk menghormati sohibut hajat, aku pun memutuskan bolos sesi kedua kursusku kemarin, Sabtu (6/6). Sorry Mr. Donty, I permit to hang out. Lho? Sebelum kondangan, kusempatkan tidur barang sebentar, agar mukaku lebih fresh dan bercahaya. Taelah...
Begitu bangun, aku pun siap-siap. Karena takut parkir susah, mengingat tamu undangan banyak, suamiku memutuskan naik taksi, tidak bawa mobil sendiri. Ternyata, dari pihak Blue Bird bilang ga bisa.
Mencium gelagat ga enak, aku pun siap kondangan dengan dandanan rock n roll. Baju terusan hitam, kaos hitam, celana hitam. Tadinya mau pake jilbab hitam. Cuma kok ga enak ya, kesannya ga menghargai si tuan rumah. Akhirnya pake jilbab putih dah, ditambah sedikit aksesoris...I'm ready to party...Kami pun berangkat naik motor. Ampuuun dech, hari ini jalanan macetnya naudzubillah, bener2 macet nek. Untung naik motor....
Woooo sampe Menteng, polisi sudah banyak berjaga-jaga...Karena jalan diblokir, kami muter-muter nyari jalan terdekat untuk parkir. Ternyata stok yang tersedia hanya ada di Masjid Sunda Kelapa. Kami pun jalan ke rumah mempelai yang berjarak sekitar sekilo. Dalam hati aku bersyukur berdandan kasual, pake sepatu teplek, jadi kaki ga pegel, dan ga jadi pusat perhatian orang lewat.
Kira-kira dua ratus meter dari lokasi kondangan, area sudah steril dari kendaraan, banyak polisi berlalu lalang. Kami pun masuk ke dalam lokasi. Tidak ada kotak amplop di sana. Kata suami, yang punya hajat memang tidak menerima angpau karena sekarang ada pemeriksaan KPK.
Layaknya selebritis hollywood, kami berjalan di red carpet, yang dihiasi tenda bernuansa orange coklat merah keemasan. Mataku menyapu ruangan. Guh...tamu undangan ternyata pada pake kebaya dengan dandanan yang keren abish...Mati gaya dech gua. Dasar nasib lagi apes, di area tamu undangan, kursi2 dah terisi, jadilah kami berdiri. Karena kakiku pegel, kulepas sandalku. Aku sedikit terhibur karena posisiku berdiri pas di samping meja gubukan makanan, banana split....wah lidahku langsung menari.Lebih senang lagi, karena posisiku dekat dengan wartawan yang meliput, aku anggap aja sedang bertugas ngeliput....Secara kostum juga sama...casual abis hahaha
Lima menit kemudian Presiden SBY datang. Sepuluh menit kemudian calon pengantin pria datang naik kuda diiringi prajurit yang mendampinginya. Serasa berada di sekitar istana....
Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi penyambutan pengantin laki-laki, akad nikah, tausiyah, dan panggih pengantin. Karena sudah pukul 17.00 wib, aku pun memutuskan pulang duluan...Meskipun prosesi masih berlangsung, belum salaman, dan satu lagi, belum icip-icip banana split.....uhhhuhhuuuu my banana....slurp...I just can imagine....
Sekitar jam 17.10 aku sholat di Masjid Sunda Kelapa. Karena haus banget, kami minum di cafe mesjid. Pulang dech....alhamdulillah, jalanan dah enak...lancar...

Senin, 01 Juni 2009

Ga dapat barang, Ga bisa makan Bubur Ayam



Sabtu (30/5) bareng my hubby and my friend go to GI. Kebetulan, GI will be held midnight sale up to 70%. I have imagined that I will get branded item by low price. When we are still on the way Sudirman street, its traffic jam. Wow....I think that many people have magnituded to go to GI, caused by midnight sale. Mobil kami berjalan laiknya keong, pelan, merayap kayak semut. Bahkan, karena saking crowded-nya, kami terpaksa belok ke PI dulu, cuma numpang doang, terus GI. Tapi, ada pemandangan berbeda, kerumunan orang yang mau pulang, jarang yang bawa tentengan. Jangan-jangan diskonnya diskon biasa. Tapi kami masih penasaran. Setelah meliuk-liuk, mobil kami dapat tempat di lantai 9. Wuihh...tinggi banget. Kami menyusuri Nayla, Seibu, Forever 21, Guess, Esprit, Charles&Keith, Ninewest...dan ga satupun yang menarik hati. Model dan harganya maksudnya. Diskon yang dibandrol ternyata rata-rata hanya 10% hingga 20%. Nayla misalnya, hanya menggelar diskon 10%. Charles and Keith pun sama, rata-rata hanya 10 hingga 20%. Ada sich tas Guess yang didiskon up to 50%, tapi modelnya ga suka.
Setelah capek nyari produk fashion, kami baru sadar, kalo Gramedia diskon 30%. Dengan sisa tenaga dan rasa kantuk luar biasa, kami menyambangi Gramedia. "Maaf mba, sudah tutup," ujar mas pegawai Gramedia. Saat itu, jam menunjukkan jam 00.00. Finally kami pulang dengan tangan kosong. Pulangnya juga sama, mobil menyemut, bahkan stag, ga jalan. Alhamdulillah, kami bisa meninggalkan area GI. Karena perut lapar, kami mampir ke warung pinggir jalan di Jalan menuju Ragunan. Warung kaki lima ini menyajikan bubur ayam dan es teler yang mantab! Sayangnya, ketika aku sudah mbayangin nikmatnya tuch buryam, mas pelayan bilang," bubur dan esnya habis." Duh nasib awak....dah ga bisa beli buku Gramedia, juga ga bisa makan buryam...

Jumat, 29 Mei 2009

Tampang Kantoran, Mental Preman

"Pak," kata kenek angkutan kepada laki-laki yang mengenakan baju batik lengan panjang warna krem. Spontan si Bapak paruh baya yang berusia sekitar 50 tahunan itu mengeluarkan uang seribu. "Pak, ongkosnya Rp 2 ribu." "Aku turun di Raden Saleh," kata si Bapak agak kesal. "Ya, Rp 2 ribu," jawab si kenek. Kenek itupun melanjutkan kerjaannya, narik ongkos ke penumpang lain.
Si kenek yang berdiri di sampingku kembali ngingetin ke Bapak tadi. Si Bapak itupun merogoh saku celananya. "Uangku Rp 100 ribuan," ujarnya keras. Ia mengeluarkan dompet. Mulutnya kemudian terbuka, Sabar dikit kenapa," ujarnya dengan membentak ke sang kenek.
Tak kusangka, secepat kilat bogem si Bapak melayang ke kenek tepat di hidungnya.Si abang kenek pun membalas. Si Bapak membalas lagi. Kejadiannya sangat cepat. Berapa detik kemudian, darah segar mengucur dari hidung kenek. Spontan aku teriak, Hidungnya berdarah," sambil mengambil tisu di tas silverku. "Ini usap pakai tisue bang," ujarku.
Darah dari hidung kenek terus mengucur. Darahnya menetes ke lantai. Karena berada di sampingku, aku menyibak rokku. Takut kena darah. Melihat kenek berlumuran darah, sang sopir pun mengancam si Bapak akan dilaporkan ke kantor Polisi.
Kenekpun menambahkan, Saya ga terima Bapak mukul saya,"ujarnya. "Ayo kalau mau ke kantor polisi, aku ga takut," ujar si Bapak."Mana KTP Bapak," pinta si kenek. "Aku orang Polres," ujar si Bapak. Sopir pun menimpali," Biarpun Bapak orang Polres, tetap harus ikut ke kantor Polisi." Saat itulah aku harus turun dari angkot. Karena sudah sampai di depan kantorku...Tapi, jantungku terus berdegup kencang...kepalaku tiba-tiba agak nyut-nyutan...Pagi-pagi sudah nyaksiin adu jotos sih...

Kamis, 28 Mei 2009

Ke Jogja Naik Bis, Sampai Yogya Nafas Senin Kemis (I)


Meski aku lahir dan besar di Jawa Tengah, dan jarak kotaku dengan Jogja ga jauh-jauh amir...baru dua kali aku ke sana. Pertama, waktu mau Umpetan alias UMPTN. Kedua, akhir Mei kemarin, 21-24 Mei. Belum berangkat aja, aku dah ngebayangin, duh cuapeknya perjalannnya. Pasalnya, qta ke Jogja by bus. Semula aku mbayangin bus yang kutumpangi enak, nyaman, lega...Ternyata oh ternyata...pas di badan. Minimalis banget. Buat selonjoran syusyahnya minta ampyun...
Dari kantor rombonganku berangkat jam 08.00 wib. Selama perjalanan hingga masuk Bekasi, suasana masih normal. Masuk di tol Cikampek, mulai dech...agak-agak memanas. Teman-teman pada ngocol semua saat lagu Menunggu Ridho Rhoma diputar. My hubby yang kuajak pergi sampai memegangi perutnya. Suasana agak hening sekitar jam 11-an. Maklum, orang-orang kayaknya dah mulai ngantuk, setelah kenyang makan roti, risol, ampe lontong.
Lagi ngantuk-ngantuknya, sekitar jam 12an tetangga di belakangku teriak minta bis berhenti. Rupanya dia sudah tidak tahan nahan pipis. "Berapa lama lagi," tanyanya. "Setengah jam lagi dech," jawab ketua rombongan. Ternyata setengah jam kemudian juga belum sampe ke rumah makan yang dimaksud. Akhirnya, kami brehenti di pom bensin. Si ibu setengah berlari menuju toilet.
Untung si ibu sudah pipis, ga kebayang kalau dia nurutin apa kata ketua rombongan. Wong sampe setengah jam kemudian, kita juga belum nemu rumah makannya tuch. Sepanjang jalan hanya ketemku pohon pisang dan mangga. Maklum, di ruas jalan daerah Indramayu.
Sekitar jam 1 an kami sampai di rumah makan khas Pantura untuk penumpang bus. Baru sampe di depan aja, aku udah agak males. Ga berharap banyak pada makanannya. Tapi, karena si perut sudah kelaparan, ya diembat aja. Ternyata benar, rasanya memang acak adul...
Jam 2.15 kami meneruskan perjalanan. Suasananya seperti lebaran. Macetnya minta ampyun...sepanjang jalan di daerah Brebes. Aku aja sampe puas ngeliatin seorang caleg gagal yang nyengir-nyengir dengan kaos partai dan atribut tutup kepala. Karena bosan ngeliat jalan, aku mulai merhatiin TV yang sebelumnya kucuekin. Ternyata yang lagi main Film Saus Kacang. Waduh...lumayan juga tuch. Aku belum nonton soale. Eh...ngeliat adegannya di Bali, temenku yang dapat julukan corong masjid langsung berkicau," beli motor satu," dengan dialek Bali. Hahaha...kontan aku ketawa. Ternyata di samping kanan bus memang ada truk yang ngangkut puluhan motor Mega Pro.
Setelah menikmati hidangan kemacetan berjam-jam, akhirnya kami bisa berbelok arah. Dan alhamdulillah...jalanan sangat lancar.
Menjelang maghrib, kami makan di RM Purnama. Aku lupa nama daerahnya. Oh ya, sebelum kami berhenti, kami nonton film Perempuan Berkalung Surban. Satu jam kemudian kami berhenti lagi, sepertinya daerah sebelum Purwokerto.
Usai film Perempuan Berkalung Sorban, kami karaokean di dalam bis. Dari nostalgila sampe Ridho Rhoma haha...
Jam 22.00 karaoke tutup, karena penghuni bis ngantuk. Qta tidur. Bangun-bangun sekitar jam 23.30 sudah masuk Wates. Temenku yang rumahnya di Wates, tadinya mau mampir pun batal.Pukul 00.00 kami sampai di Yogya. Menginao di sebuah hotel di Jalan Mangkubumi, sepuluh menit dari Jalan Malioboro. (bersambung) Btw ini tulisan tahun berapa ya. Masih diarsip nicely by blogger. thanks yayaya

Muterin JCC


Pagi-pagi aku dah nyelesaiin dua tulisan. Berharap agak pagian bisa keluar kantor....jalan-jalan sekalian nyari inspirasi. Alhamdulillah...finally I can go out from office at 10.30 a.m. Horeee...kayak anak burung lepas dari sangkar...I go to JCC. Begitu sampe gerbang JCC, aku ngerasa ada yang kurang dech. Sama sekali tidak ada spanduk yang terpampang. Awalnya hatiku ragu. Tapi, karena dah semangat 45, akhirnya kuteruskan juga langkahku.
Seperti biasa, masuk JCC bareng tukang ojeg alias ngojek jack....setelah lepas dari jok motor, aku jalan menyusuri serambi hall A. Tapi, malah makin bingung. Maju beberapa langkah, ngeliat kertas bertuliskan Seminar Lingkungan Hidup. Beberapa ibu keluar dari pintu tempat seminar menenteng tas kertas. Yang pasti sih bahan seminar.
Sekitar seratus meter dari area seminar itu, aku ngeliat spanduk tapi tulisannya malah Palm Oil. Kalo ga salah ICE gitu. Aku ga jadi masuk...event-nya tentang industri kelapa sawit.
Masih diliputi penasaran, aku melangkah hingga sampai hall B. Beberapa orang lalu lalang menenteng tas go green. Aku ga mau berspekulasi jalan lebih jauh lagi. Karena dari jauh pun dah keliatan, ga ada spanduk terjuntai. Aku pun balik lagi ke Hall A terus mau ke pool ojek. Eh, di pintu keluar, aku ngeliat spanduk biru nempel di pager, tulisannya: event terbesar lingkungan hidup dan kepedulian sosial.
Tapi di mana event itu? Masih jadi tanda tanya besar. Aku balik lagi ke area seminar lingkungan hidup. Aku nanya sama ibu peserta seminar. Eh, dia bilang ga tahu. Aku coba nanya lagi ke peserta lain, ditunjukin masuk ke lower lobby...Nah lho...ternyata di situ bukan pameran tapi diklat lingkungan hidup.
Celingak celinguk di lower lobby, aku ngeliat ada musholla. Alhamdulillah...sekalian sholat dzuhur sambil ngadem. Coz, badanku lemes banget lagi puasa, dah gitu cuaca terik. Usai sholat, aku ngobrol ama ibu2, yang ternyata peserta diklat. Terus aku nanya soal pameran CSR, dia sami mawon, ga tahu. Duh misterius banget neh event.
Finally aku ketemu perempuan yang tampangnya sih meyakinkan, maksudnya aku yakin dia bisa mnjawab dahaga penasaranku. Ternyata my feeling is so good. Wanita itu menyodorkan selembar kertas putih, ternyata berisi jadwal CSR dan Pekan Lingkungan Hidup.
Hmmm sayangnya, setelah tahu agendanya, aku malah ga tertarik. Jaka Sembung Naik Ojeg, Ga nyambung Jeck...Ternyata program CSRnya lebih nyasar ke lingkungan hidup bukan community development pemberdayaan ekonomi keluarga. Duh!
Yo wis, dengan langkah gontai, aku pulang....kayak lagunya Sheila On 7 Aku Pulang tanpa pesan......by ojek aku keluar dari JCC....da...da....

Kamis, 23 April 2009

Pulang



“Mas capek ya, minum teh hangat dulu, biar lebih santai dan hilang penatnya,” ujar Larasati sambil melepas helm dan jaket suaminya yang baru pulang kerja. Nita, putri kecil mereka langsung lari menghambur ke pelukan sang ayah.
“Ibu..., ayah mana kok ga ada di kamar?” Nita menangis berlari ke arah ibunya. “Ah...aku melamun lagi...Rabbi...kuatkan imanku ya Alloh...” pinta Laras. Tangisan Nita membangunkan lamunannya. “Adik kangen sama ayah ya?” Gadis kecil berusia 3 tahun itupun mengangguk sambil sesenggukan. “Bunda juga kangen kok.” Laras pun memeluk putrinya. Tak terasa bulir-bulir bening menetes dari kelopak matanya. Ah, suami yang sangat ia cintai, penuh kasih dan bertanggung jawab kepada keluarga telah pergi. “Aku kangen sama kamu Mas. Kapan kamu kembali,” ujar Laras lirih dan sesaat kemudian ia beristighfar. “Ya Allah, aku harus merelakannya, ikhlas.”
Pandangan Laras tertuju pada surat yang baru ia dari PT Karya Selaras, perusahaan tempat suaminya dulu bekerja dan akhirnya di-PHK. Amplop putih itu merajut kembali kenangan indah bersama suaminya. “Andaikan surat itu datang lebih cepat,” gumam Laras.
Laras dan suaminya bernama Budi tinggal di kontrakan petak di gang sempit daerah kumuh dekat Pasar Turi Surabaya. Budi bekerja sebagai buruh pabrik biskuit. Kendati penghasilannya tak seberapa, mereka selalu mensyukuri rejeki yang diperoleh. “Pintu rejeki Alloh itu selalu terbuka lebar kalau kita mau berusaha Dik,” ujar Budi setiap kondisi keuangan menipis karena melambungnya kebutuhan keluarga. Belum lagi membayar kontrakan, mengirim uang untuk orang tuanya yang telah lanjut usia dan sakit-sakitan serta membiayai pendidikan adik-adiknya. Beban berat yang harus ditanggung.
Kondisi itu melecut semangat Budi untuk menjemput rejeki. Kendati bekerja di pabrik telah menguras tenaganya, ia masih nyambi usaha kerupuk. Kadang Laras tidak tega melihat perjuangan suaminya. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak karena ia tidak bekerja dan sedang mengandung Nita. Sepulang kerja, Budi kulakan kerupuk kiloan di Pasar Turi. Setelah melepas penat, agak larut, ia membungkus kerupuk ke dalam kemasan kecil yang dihargai Rp 500 dan Rp 1000. Paginya, sebelum berangkat ke pabrik, Budi menyetor kerupuk ke warung-warung sekitar kontrakan dan pedagang pasar. Begitulah aktivitas sehari-harinya. Sebagai istri, Laras pun tidak mengeluh dengan kondisi mereka yang serba kekurangan dan berusaha melayani suami sebaik-baiknya, memijat suami, dan memasak makanan kesukaan suaminya.
Namun, setahun kemudian semuanya berubah, tepat setelah kelahiran putri pertamanya, Nita.Selasa malam, Laras mendapati suaminya pulang dengan wajah lesu. “Ada apa Mas, Mas baik-baik saja kan?” tanyanya dengan raut cemas. Laras pun membimbing suaminya duduk. “Dik, maafkan Mas ya. Mas bukan suami yang baik. Mulai besok Mas sudah tidak bekerja lagi di pabrik, di-PHK.” Kendati ia pun sedih mendengar berita itu, Laras berusaha tersenyum dan menatap suaminya,” Mas sudah berusaha menjadi suami baik. Pintu rejeki Alloh luas. Alhamdulillah kita masih diberi kesejatan.” Budi pun sedikit lega melihat istrinya yang sabar dan tabah, tapi ia tetap merasa bersalah. Terbayang ia tidak bisa lagi memberi uang belanja Laras dengan jumlah cukup, kiriman untuk orang tua dan adiknya pun terhenti.
Setelah di-PHK, Budi melanjutkan usahanya berjualan kerupuk di pasar. Karena fokus menangani penjualan, kini pelanggannya semakin banyak. Bahkan, enam bulan kemudian, ia bisa menyewa kios di Pasar Turi. “Alhamdulillah, kita sudah bisa menyewa kios,” ujarnya kepada Laras. Keuangan mereka pun mulai membaik.
“Dek, tadi dik Win nelpon ngasih tahu, Bapak sakit, besok kita pulang ke Semarang ya,” ujar Budi ke istrinya saat nonton TV. Paginya, mereka berangkat ke Semarang naik bus Indonesia. Ternyata kondisi bapak Budi sudah kritis. Ia pun memasukkan bapaknya ke RS. Karyadi. Sebelum balik ke Surabaya, tidak seperti biasanya, Budi menyempatkan diri pamitan ke seluruh keluarga besarnya yang berada di Demak dan Kudus. Saat itu, kondisi Budi sedang tidak fit, ia sering pusing.
Dua minggu setelah itu, Budi ingin pulang lagi ke rumah orang tuanya di Semarang. “Mas kan lagi ga enak badan, masak mau mulih ke Semarang. Ojo ndisik yo. Mengko yen wis mari, Mas entuk bali,” bujuk Laras. Entah kenapa, keinginan laki-laki sederhana tamatan SMA untuk pulang kampung dan bertemu ayahnya yang sedang sakit sangat kuat. Namun, ia baru sadar kalau belakangan ini banyak pedagang langganannya yang berhutang. Alhasil, keuangan laki-laki berusia 33 tahun itu menipis . Ia kemudian mencoba meminjam adiknya yang kebetulan bekerja di Surabaya, ternyata adiknya sami mawon, sedang tongpes alias kantong kempes. Akhirnya, Budi hanya pasrah dan tidak jadi pulang kampung.
Senin pagi,dua hari setelah Budi mengurungkan niatnya bersilaturrahim ke orangtuanya, ia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Akhirnya Budi berobat ke rumah sakit Dr. Soetomo. Dokter memutuskan Budi harus diopname. Laras menunggui suaminya dengan sabar. “Mas harus kuat ya, terus berdoa. Demi Nita dan bayi yang ada di kandunganku,” bisik Laras sedih. Budi pun mengangguk.
Esoknya, Selasa pagi, Budi menanyakan Nita. Laras pun mendekatkan anaknya ke wajah ayahnya. “Cium ayah sayang,” ujar Laras. Putri kecilnya langsung mencium ayahnya dan berkata,” ayah cepat sembuh ya,” ujarnya dengan nada bicara yang belum jelas. Budi pun tersenyum. Ia menatap lekat istrinya dan menggenggam tangannya. ” Mas minta maaf ya atas kesalahan dan kekhilafan Mas. Tolong jaga dan besarkan anak-anak kita Dek. Kalau nanti Mas tidak ada, tolong dikuburkan di sini saja ya.” Mendengar itu, air mata Laras tak terbendung. “Mas tidak boleh bicara seperti itu. Allah pasti memberi kesembuhan.” Budi terus menatap Laras dan buah hatinya sambil mulutnya melafadzkan nama Allah. Setengah jam kemudian mata Budi terpejam. Laras panik. Ia merasakan tangan suaminya dingin dan kaku, denyut nadi pun tak ditemui. Laras berusaha mengguncang-guncang tubuh suaminya. Tapi tubuh Budi tetap tak bergerak, kaku. Laras menangis, hatinya terluka. “Dokter...,” teriaknya. Ia pun jatuh di samping suaminya tak sadarkan diri. Tinggal Nita yang menangis melihat Ibu Bapaknya.
Selasa petang, jenazah Budi dikebumikan. Kendati berusaha ikhlas, air mata Laras terus mengalir. Beberapa kali ia pingsan. Saat tubuh suaminya dimasukkan ke liang kubur, hatinya perih. “Selamat jalan suamiku sayang. Semoga Alloh memberikan tempat terbaik.”***
Seminggu setelahnya, selasa pagi, surat berlogo PT Karya Selaras datang. Laras mendiamkan amplop itu dan tidak membukanya. Ia sangat terpukul dengan kepergian Budi. Membuka surat itu berarti mengenang kembali kebahagiaan pernikahan. Membayangkan saja Laras tidak sanggup. “Terlalu indah Mas,” ujarnya.
Ada sebentuk penyesalan yang menyusup di hatinya karena tidak mengizinkan suaminya pulang melihat keluarganya, dua hari sebelum kepergiannya untuk selama-lamanya. Ia tahu, suaminya sangat sayang kepada orang tua dan adik-adiknya. Suaminya, anak pertama dengan enam orang adik, dan empat orang diantaranya masih sekolah, adalah kakak dan anak yang sangat bertanggungjawab. Ia tulang punggung keluarga. Apalagi keluarga Budi tergolong keluarga kurang mampu, sama seperti keluarga Laras.
“Bagaimana mungkin aku tidak mengabulkan permintaan terakhirnya untuk pulang,” sesal Laras. Bahkan, detik-detik terakhir pemakamannya, tidak ada keluarga suami yang menyertai, karena mereka masih dalam perjalanan menuju Surabaya, dan sebagian lagi masih menunggui Pak Daji, bapak Budi yang hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit. Sementara suaminya berpesan ingin cepat dikuburkan. “Ah...,” Laras menarik nafas berat. “Aku bukan istri baik, maafkan aku Mas” ujarnya menyalahkan diri.
Kembali Laras melihat amplop putih yang tergeletak di meja. Dengan menarik nafas, Laras membuka amplop. Perlahan ia membuka isinya. “Ya Alloh, kenapa baru sekarang panggilan kerja kembali ini datang,” kata Nita menangis mengingat perjuangan berat suaminya berjualan di pasar setelah di-PHK. “Kalau saja datang lebih cepat, mungkin suamiku tidak harus terlalu berat bekerja di pasar. Ia juga bisa membuktikan kalau ia di-PHK bukan karena korupsi seperti yang sering dituduhkan para tetangga. Kasihan sekali kau Mas,” tangis Laras kian kencang. Namun, ia buru-buru menyeka air matanya mendengar tangisan Nita yang kangen ingin bertemu ayahnya. Setelah Nita tidur pulas, ia meraih handphone di luar kesadarannya, ia mengirim sms ke Win, adik suaminya. “Dek, mas Budi tolong suruh pulang ke Surabaya ya.” Setelah sadar, buru-buru ia beristighfar. “Astaghfirullah, ya Allah, kuatkan hamba ya Rabbi.”
Melihat wajah cantik putrinya yang tertidur lelap sambil mengelus perutnya yang kian membuncit, semangat hidup Laras muncul. “Ibu harus bertahan membesarkan kalian sayang.” Ia pun berjanji akan meneruskan usaha suaminya, kulakan kerupuk dan akan tetap merawat cintanya kepada Budi seorang. Di saat itu, ia seperti melihat bayangan suaminya yang tersenyum kepadanya. “Mas, engkau pulang?” Tapi, bayangan itu menghilang. Yang ada hanyalah foto suaminya yang tersenyum bersama ia dan putrinya.***

Rabu, 22 April 2009

Semangat Kartini dalam Seorang Penjaja Roti


"Mbak,kok ga keliling," tanyaku pada pedagang roti keliling yang biasa ngider di stasiun Tebet. "Tuch... di seberang ada tramtib," ujarnya melihat tramtib yang berada di peron jurusan Bogor. Alhasil, Rabu pagi ini (22/4), perempuan penjaja roti bernama Tutik itu hanya duduk manis di bangku penumpang KA sambil sesekali menawarkan roti ke penumpang yang melintas di depannya.
"Sekarang jam berapa sih mbak?" tanya perempuan asal Purwodadi dengan logat Jawa yang masih kental. "Jam 08.00 WIB mbak, kenapa?" "Biasanya mereka (tramtib) ke sini jam 9 pagi," jelas Tutik. "Kalau mereka ada di sini, saya ya hanya diam gini. Nurut saja lah, ntar kalau keliling malah ditangkap," keluh Tutik. "Pernah ditangkap?" "Ga pernah. Saya selalu mematuhi perintah mereka. Kalau disuruh keluar stasiun ya keluar. Kadang saya juga menawarkan roti ke para petugas itu. Lagian saya ini niatnya nyari rezeki halal. Mereka menjalankan tugasnya, saya juga kerja," jelasnya kalem.
"Dari dulu jualan roti?" "Nggak mbak, tadinya saya babby sitter. Setelah nikah milih dagang roti. Biar ga tergantung pada orang, waktunya bebas, sekalian bisa ngawasin anak," ujarnya. Tiap hari, Tutik berkeliling dengan sepedanya menawarkan roti. "Saya jualan di sekitar rumah saya,tuch di sebelah situ," Tutik menunjuk lokasi rumahnya yang berada di sebelah selatan stasiun Tebet.
Jam 07.00 pagi Tutik mulai ngasong di stasiun Tebet. "Sepeda saya titipin dekat stasiun," ujarnya. Biasanya, jam operasi jualan roti di stasiun berlangsung hingga pukul 09.00 WIB. "Kadang juga cuma sampai jam 08.00 WIB seperti sekarang karena sudah ada tramtib," jelasnya.
"Jualannya hanya sampai jam 09.00?" "Ya nggak lah mbak, pagi sampai jam 11.00 WIB, tapi ga di stasiun lagi, keliling naik sepeda di pemukiman penduduk," ujarnya. "Terus?" "Nanti jam 17.00 WIB saya jualan lagi sampai jam 20.00 WIB kadang di stasiun kadang juga ngider," jelasnya.
Dalam sehari, Tutik mampu menjual 20-an bungkus roti tawar dan 30-an roti manis. "Tapi kadang bisa lebih dari itu,"ujarnya. Dengan tren penjualan seperti itu, sehari Tutik bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu untuk dibawa ke rumah. "Untuk mbantu suami dan membiayai sekolah anak," ujar Tutik tersenyum.
Nggak berselang lama, petugas tramtib di peron seberang memberi kode agar Tutik menyingkir dari stasiun. "Mbak, saya pergi dulu ya. Makasih," ujarnya buru-buru mengambil nampan rotinya sambil memberikan dua roti mamis yang aku beli. Melihat semangatnya, aku jadi teringat spirit ibuku, mbakku dan jutaan perempuan lain di negeri ini yang berjuang untuk keluarga dan anak-anaknya menjadi generasi masa depan. Selamat Hari KARTINI PEREMPUAN INDONESIA.

Selasa, 21 April 2009

Mantap Baksonya Mak Nyess Es Krimnya




Bagi penggemar bakso, bisa mencoba bakso didonk loh...Namanya agak nyentrik, meningatkan kita pada permainan ding dong. . . Tapi percaya;ah, baksonya beneran bukan mainan. Ukuran baksonya sih sama seperti bakso kebanyakan...ada yang kecil, ada juga yang sedang. Harganya? Standar lah...Rp 8 ribu.
Setelah makan bakso yang pedas-pedas...bisa nyoba yang seger...ehm apalagi kalau bukan es krim. Semangkuk es krim dibandrol Rp 4000. Kalau mau pake wafel nambah menjadi Rp 5.500. Pertama kali krimnya sampai di lidah...ehmmmmm its so yummy. Mak Nyessssss!!!

Alamatnya di Jalan Cikini 3, seberang TIM atau Hotel Formula 1 (di sebelah kanan jalan dari arah TIM)

Minggu, 19 April 2009

Haruskah Cerai Kala Cinta Usai


“Aku mau cerai San...,” kalimat itu meluncur dari bibir sahabatku Rea. What? Aku kaget setengah mati. Siang itu, aku ketemu Rea di cafe di kawasan Jakarta Selatan. Menurutku, Rea adalah perempuan beruntung sedunia. Betapa tidak, dia mempunyai suami yang sangat mencintainya, menyayanginya, dan care terhadapnya. Tiap mereka jalan berdua, nuansa romansa cinta langsung terasa. Ketika jalan, sang suami akan selalu menggandeng tangannya. Kala mereka bercanda, suaminya tak lupa mengelus dan mengusap-usap rambutnya penuh sayang. Mereka pun selalu tertawa, bercanda kala sedang jalan bersama. Pokoknya bikin iri dech...Dan...pendaran cinta itu semakin nyata kala aku makan bareng mereka. Kedua insan itu dengan sayang menyuapkan nasi ke pasangan. Mereka berbagi makanan dengan rasa sayang. “Alangkah bahagianya pasangan ini,” kata suara hatiku.
"Re, kamu sadar dengan ucapanmu?" "San...sebenarnya dari tahun kemarin aku ingin berpisah dengan suamiku. Tapi dia tidak mau menceraikan aku. Dia sangat mencintai aku." "Re, bukankah itu yang diinginkan setiap perempuan. Dicintai, dikasihi, dan disayang...." ujarku. "Ya...tapi aku merasa ada sesuatu yang salah San," kata Rea. “Kalau kamu gak keberatan, kamu bisa cerita ke aku Re,” kataku meyakinkan sahabatku. Selama ini Rea tidak pernah menceritakan rumah tangganya. Kami kalau ketemu selalu sharing tentang kebahagiaan pernikahan. Bukan kepedihan ataupun getirnya rumah tangga.
“Suamiku terlalu sayang dan cinta kepadaku. All things that I want, selalu dibolehkan,” ujarnya. “Maybe itu sebuah bentuk kepercayaan Re. So, dia sangat percaya pada istrinya,” ujarku. “Tapi tidak begini caranya San. Dia tidak pernah menegurku kalau aku berbuat salah.” “Kalau dia tidak pernah menegurmu, kalian kan bisa discuss, kalo kamu gak nyaman dengan caranya,” kataku berusaha bijak. “Aku sudah berusaha mencobanya, dari tahun pertama pernikahan,” ujar Re. “Aku sudah capek San....”
Aku diam. Rea memainkan ujung-ujung jilbabnya. Ia melihat lalu lalang orang sambil sesekali menggigit bibirnya. “Re...percayalah, masalahmu itu bisa diselesaikan. Tapi tidak dengan perceraian. Perceraian itu hal yang dibenci Allah,” ujarku berusaha menasehati. “Aku yakin kamu punya alasan lain mengapa kamu nekad ingin cerai,” kataku menatapnya tajam. “Ada banyak hal lain. Intinya aku kecewa dengan suamiku, dan itu terjadi ketika tahun pertama pernikahan kami" terang Rea. “Re, menurutku setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Jadi wajar jika ternyata pasangan kita tidak seperti yang kita inginkan dan harapkan,” ujarku menenangkannya. “Re...coba kamu lihat perempuan lain yang dikhianati suaminya karena selingkuh dengan perempuan lain. Atau suami yang suka menyakiti hatinya dengan makian kasar atau main tangan. Kamu tidak pernah mengalaminya kan?”
“San...aku memang tidak pernah mengalami itu semua. Suamiku terlalu baik, terlalu lurus. Bahkan untuk memarahiku dia tidak tega. Seberapapun besarnya kesalahanku. Dia juga tidak pernah cemburu, meski kadang sengaja kupanas-panasi aku agak mesra dengan teman kuliah. Sampai kadang aku bertanya-tanya, seluas itukah hati suamiku?” Rea pun menceritakan kekecewaan demi kekecewaan yang dialaminya.
Sampai ketika aku mulai menyentuh makananku, ucapan pelan meluncur dari mulut sahabatku. “San, aku tidak mencintai suamiku,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. What? Aku kaget setengah mati. "Re...,” aku mengguncang bahu sahabatku. “Kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu? Kamu sadar kan dengan omonganmu barusan," cerocosku. “Aku tidak mencintai suamiku. Aku tahu, kamu bahkan semua orang tidak akan percaya dengan hal ini," ujar sahabatku tenang. "Re, kamu perempuan paling beruntung di dunia," ucapku. "Setiap orang yang ketemu aku selalu bilang begitu San..." kata Rea mengaduk es teler. "Bukankah itu benar?" kataku menambahkan, "punya suami yang sangat mencintai dan perhatian...jarang loh suami seperti itu di zaman sekarang. "
Rabbi...sahabatku yang selama ini aku anggap manusia paling beruntung, wanita paling bahagia di dunia....ternyata...dia sedang galau dengan rumah tangganya. Yah..terkadang, apa dilihat oleh mata kita bukanlah kondisi yang sebenarnya. Aku jadi ingat perceraian beberapa selebriti yang dari luar tampak adem ayem, tetapi di dalamnya remuk redam penuh riak dan gelombang. Apakah selama ini sahabatku juga seperti mereka, para selebriti yang berusaha menjaga imej demi popularitasnya...atau menutup-nutupi kondisi yang sebenarnya? Entahlah...
"Re, kalau kamu tidak cinta,kenapa menikah dengannya?" tanyaku. Sahabatku pun mulai menceritakan kehidupan pernikahannya yang sudah lumayan lama, enam tahun. "Awalnya aku mencintainya San...aku mau menikah dengannya juga karena aku cinta," ujar sahabatku. "Lalu....mengapa cinta itu sekarang seolah-olah sirna?" protesku. "Aku cinta dia hanya delapan bulan..." kata temanku dengan nada sedih. Aku pun berusaha menghiburnya. "Teman, bukankah cinta dalam pernikahan akan lebih bersemi menjadi kasih sayang antara dua insan. Sehingga yang lebih dominan ya kasih sayang," kataku. "Ya...memang akhirnya hubungan lebih ke arah kasih sayang. Tapi, harusnya cinta itu juga masih ada. Aku sekarang sama sekali tidak mencintainya...hanya sayang padanya. Sudah seperti kakak adik...," jelas sahabatku.
"Kamu gak cinta lagi ke suami karena kecewa dengannya?" tanyaku. "Ya...ada banyak hal yang membuat aku kecewa. Bayangan sosok suami yang kudambakan semuanya melayang," kata sahabatku. "Tapi, suamimu itu orang baik, sabar, pengertian dan setia. Apalagi yang kamu cari?" kataku berusaha mempertegas pribadi suami sahabatku itu. Temanku pun diam. Beberapa saat kemudian," ya, suamiku memang baik. Makanya aku merasa sangat bersalah ketika aku sama sekali tidak bisa mencintainya lagi. Termasuk sharing terhadapmu, membuka aibnya. Aku merasa bersalah. Tapi untuk meneruskan pernikahan ini, aku juga tersiksa"
‘Say, kamu harus mencoba menumbuhkan kembali cinta itu," kataku. "Aku sudah mencobanya San, sejak enam bulan pertama pernikahan," keluh sahabatku. Tapi San, kata sahabatku itu, "aku sudah berusaha maksimal untuk mencoba mencintainya, tapi tidak bisa," ujar temanku yang terlihat sangat tertekan dengan masalah yang menderanya.
‘Re...sebagai sahabatmu, aku ingin rumah tanggamu tetap utuh tidak pecah. Cobalah mengkomunikasikan keluhanmu, keinginanmu ke suami. Kalian berdua bisa pergi ke konsultan pernikahan. Aku yakin, masalahmu masih bisa diatasi. Asal ada kemauan dari kamu dan suamimu. Atau bisa jadi kamu terlalu serius dan sibuk dengan karirmu. Sehingga hal-hal kecil yang menjadi kekurangan pasanganmu menjadi masalah besar yang terus menerus menumpuk membesar dan akhirnya menggerus cintamu. Perceraian bukan solusi terbaik Re. Kamu juga harus mempertimbangkan keluargamu, terutama ibumu, masa-masa setelah bercerai. Status janda di masyarakat juga image-nya cenderung negatif. Pikirkanlah matang-matang” ujarku panjang lebar. ‘Ya San...akan aku coba sekali lagi. Tapi, aku tidak tahu, bisa bertahan sampai kapan.”
“Atas dasar cinta, pria dan wanita merajut rumah tangga
Atas dasar cinta pula, perceraian kadang menjadi pilihan
Apakah kala api cinta padam, perceraian satu-satunya sebuah jawaban?”

Margo City's Fashion Show



Menjelang hari Kartini, salah satu mall di kawasan Depok, Jabar, Margo City menggelar fashion show. Seperti yang terlihat pada minggu malam (11/4). Hall Margo City disulap menjadi stage nan cantik. Model pun berlenggak lenggok dalam balutan kebaya karya desainer muda Erdan. Minggu kemarin (19/4) giliran koleksi ready to wear Centro yang diperagakan dengan nuansa kasual. Pas dengan temanya yang nge-rock abis...

Oscar Lawalata's Fashion Show


Oscar Lawalata's Fashion Show

Karya terbaru dari desainer muda Oscar Lawalata kamis (16/4) bisa dinikmati masyarakat luas di Pameran Wastra Kriya Seni Busana di JCC, Jakarta. Baju yang diusung putra dari artis senior Reggy Lawalata ini menggunakan bahan tenun dari NTT. "Saat ini kita sedang krisis. Jadi, harus pintar menggunakan material bagus dengan harga yang tidak mahal," kata Oscar di stand-nya sebelum acara berlangsung.

Merawat Diri Setelah Ada Baby


"Sebel banget ama suami San, masak maunya tubuhku kayak dulu, padahal sudah turun mesin dua kali," kata mba Eva, ibu muda berusia 37 tahun. "Kalau mau seperti dulu gampang mbak, minta aja budget khusus," ujarku. "Boro-boro...buat belanja aja kurang," keluhnya. "Kalo ga bisa ke salon ya merawat tubuh di rumah aja," saranku. "Mana bisa, anak-anak kan ga bisa ditinggal," dalihnya. "Pasti bisa kalo diusahakan," kataku. "Waktu untuk ngurus rumah ama anak aja kurang, apalagi untuk diri sendiri, sudah tidak ada....," kata mba Eva.
Tubuh mba Eva memang kian melar setelah melahirkan anak keduanya. Tubuh langsingnya dulu sudah tidak berbekas lagi. Tubuh melar bukan hanya milik mba Eva. Banyak perempuan lain yang menghadapi persoalan serupa. Mereka ingin tubuhnya seperti dulu, tapi untuk merawat tubuh tak ada waktu. Kalaupun ada duit, kesempatan ke salon atau spa pun sulit. “Anak tidak bisa ditinggal,” begitu alasan Tina, ibu dua anak balita.
Tapi, ada opini beda dari temanku Sasa. “Pasti ada waktu untuk merawat diri setelah kita punya baby. Ibu kita, nenek kita jaman dulu aja bisa. Padahal anaknya banyak, dan ramuannya membuat sendiri, lebih repot. Mereka aja bisa, kita ya pasti bisa. Apalagi sekarang tinggal makai, ga perlu meracik ramuan kosmetik….” Intinya, kata Sasa, “kalau ingin tetap menarik, tetap slim setelah punya baby, ya harus merawat diri dengan perawatan dan senam. Titik.” “Ga ada jalan lain Sa, itu kayak minum minuman pelangsing atau jamu?” tanya mba Eva. “Wah…kalo itu aku ga berani ngrekomendasiin mba,” kata Sasa. “Berarti aku juga harus rajin senam Sa,” ujarku. “Loh…buat apa San, wong kamu udah kurus gitu…nyindir gue ya…hahaha gue kurus tahu dibanding mba Eva hahaha”kata Sasa yang masih lajang 100%. “Apalagi disandingin ma Pretty Asmara….jauuuuuh….,” timpalku.