Jumat, 04 September 2009

Wanita Selingkuh?

Kalau jaman dulu selingkuh lebih dimonopoli kaum pria, kini jaman sudah berganti. Belakangan ini selingkuh malah marak dilakukan kaum wanita. Contoh yang paling nyata bisa kita lihat pada rumah tangga artis. Jika dulu kebanyakan yang berselingkuh adalah para suami, kini malah para istri yang berselingkuh.
Mengapa perempuan berselingkuh? Padahal, ia telah memiliki anak-anak yang lucu dan suami tampan nan mapan?
Tentu jawabannya sangat beragam. Perempuan masa kini memiliki banyak keinginan dan tuntutan. Hal ini pun sangat jauh berbeda dengan jaman ibu dan nenek kita dahulu. Perempuan jaman dulu merasa cukup ketika sudah punya suami yang bertanggungjawab secara ekonomi dan memiliki anak-anak. Namun, dua faktor itu tidak cukup bagi perempuan sekarang.
-Pengertian bertanggungjawab secara ekonomi pun sangat relatif, tidak sama untuk tiap perempuan. Mungkin saja, buat wanita A dengan penghasilan sekian cukup. Tapi, bisa jadi untuk wanita B jumlah segitu sangat kurang.
-Bagaimana dengan kehadiran anak-anak? Sebagian kalangan menganggap anak-anak bisa menjadi social control atau pagar agar seorang ibu tidak melenceng dari koridor pernikahan? Ternyata, anak-anak pun tidak cukup kuat untuk menahan perselingkuhan seorang istri.
-Komitmen pernikahan. Keteguhan untuk mempertahankan pernikahan belakangan ini kian menipis pada psangan suami istri. Baik suami maupun istri punya peranan besar akan komitmen keutuhan sebuah rumah tangga. Bukan cuma dari pihak istri atau suami saja.
-Tidak nyambung dalam berkomunikasi. Seringkali, hambatan dalam berkomunikasi suami istri dijadikan dalil pembenaran untuk melakukan perselingkuhan di luar. Sehingga, ketidakpuasan di dalam rumah itupun dibawa keluar dengan mencari pintu hati laki-laki lain yang siap berbagi. Kondisi ini sangat dimungkinkan, karena saat ini pergaulan wanita sangat luas, baik di kantor maupun dalam jejaring sosial. Sehingga, kesempatan itu pun terbuka lebar.
-Mencari kepuasan psikologis. Karena sudah hidup bersama dan disibukkan dengan rutinitas, sering seorang suami kurang memperhatikan keberadaan istrinya. Biasanya, kondisi ini juga diikuti oleh minimnya pujian buat istrinya. Sementara sang istri, sebagai perempuan tetap membutuhkan pujian. Selain pujian, perempuan juga membutuhkan teman yang bersedia menjadi pendengar dan memberi solusi untuknya. Ketika suami tidak lagi bisa menjadi pendengar yang baik, sementara kebutuhan istri akan itu sangat tinggi, maka sang istri pun mencari di luar.
-Bermasalah dalam hubungan suami istri. Keharmonisan hubungan suami istri pun tidak boleh disepelekan. Sehingga, ketika suami mengalami gangguan keperkasaan, sudah seharusnya berobat ke ahlinya.
-Suami pemarah dan ringan tangan. Kekecewaan terhadap sikap suami yang pemarah dan ringan tangan mendorong istri lari dari pernikahannya dan berusaha mencari pengganti di luar.
-Sering kongkow-kongkow tidak jelas dengan lawan jenis. Macetnya ruas jalan di ibukota sering menjadi alasan para perempuan pekerja untuk menunda kepulangannya dan menggantinya dengan ngumpul bareng teman kantornya. Pertemuan di luar jam kantor, terlebih dalam suasana santai dan menjelang malam,tentu memberikan nuansa romantis. Sehingga, hubungan yang tadinya hanya sekedar teman kantor bisa berubah ke arah TTM. Pasalnya, setan bisa membisiki manusia kapan saja. Hubungan ini akan tambah subur kala sang istri sedang bermasalah dengan suami.
-Jauh dari Tuhan. Hati yang jauh dari Sang Khalik akan mudah tergoda untuk melakukan hal yang dilarang agama. Sehingga, melanggar dan menabrak norma agama pun dianggap biasa.
-Jarang mengingat kematian. Dengan mengingat mati, seorang istri akan berusaha menjadi pribadi terhormat, ibu yang dibanggakan anak-anaknya. Bukan sebaliknya, malah anak-anaknya yang membuka aib perselingkuhannya.
-Kurang bersyukur. Jika seorang istri mau mensyukuri atas anugerah yang telah diberikan Sang Pencipta untuknya, niscaya ia merasa cukup dengan suaminya dan tidak perlu tambahan suami orang lain atau laki-laki lain. Wanita baik tidak akan curhat, menarik hati, dan menggoda suami orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar