Sabtu, 13 Maret 2010

Perempuan-Perempuan Perkasa

Kakinya tertatih meniti jalanan
Matanya tajam memandang ke depan
Meski kepalanya menunduk
Menyamakan dengan posisi badan nan membungkuk

Tumpukan jerami rebah di punggung
Ikatan kayu di punggung menggunung
Juga pakan ternak yang dibiarkan menggantung

Mereka
Para perempuan perkasa
Mengangkut beban
Menjadi hal biasa
Tamparan sinar matahari
Tak membuatnya ngeri
Meski badan legam
Terpapar sinar
Bermandikan peluh
Tak membuatnya mengeluh

"Cuma ini yang bisa kami lakukan," kata mereka
Mengangkut hasil ladang, membawa ranting hutan
Yang penting anak-anak bisa makan

Lasem, 14 Maret 2010

Kamis, 11 Maret 2010

Horeee...Merokok Haram...Yesss!

Mataku berbinar mendengar Muhammadiyah mengeluarkan fatwa rokok haram. Sebenarnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa serupa. Tapi entah kenapa, fatwa itu dianggap angin lalu. Para perokok tetap asyik mengisap asap beracun. Tidak hanya di smoking area, tetapi juga di mana-mana.

Uniknya,hidungku sensitif banget terhadap bau rokok. Jadi, tiap pagi nongkrong nungguin mas kereta datang, aku selalu sibuk pindah bangku. Kadang orang-orang heran melihatku nomaden seperti itu. Padahal aku melakukan itu menghindari orang yang merokok.

Apesnya, tuch kaum perokok kok nggak mau bersatu ya, ngumpul gitu di situ bangku. Kalo gitu kan lebih fair. Saling mengisap asap rokok tetangga. Faktanya, mereka menguasai bangku peron stasiun. Hermannnnn!

Pernah, karena tiap bangku sudah dibook perokok mania, akhirnya aku dapat jatah bangku paling ujung. Mana sepi pula. Kalau sudah begitu, pikiranku langsung horor dech. Takut diculikkkkk....(sok imutttt)

Respons pertamaku, kalau tidak bisa pindah tempat, begitu mendapati orang merokok adalah menutup hidung. Kalau ada masker untung, kadang pakai selampe alias sapu tangan. Ketemu tissue sikat. Kalau tidak ada semuanya, ya pakai tangan.

Terus, kalau perokoknya masih muda, aku biasanya ngomong langsung saja, rokoknya menggangguku. Kalau nggak bisa ngomong, aku pura-pura batuk. Ada juga bapak tua yang tidak peka. Aku sudah batuk, tetap saja asap rokoknya ngebul. Mana dia duduk di depanku lagi. Akhirnya, karena aku gemes, aku batuk dan mulutku kudekatin ke telinganya...hahaha....Huk huk huk huk...

Karena blebekan, telinganya pekak, si bapak turun dari angkot. Yesss! aksiku membuahkan hasil hihihi. Bangga, padahal tuch bapak memang mau turun huuuu.

Intinya, begitu mendapati perokok di dekatku, aku langsung beraksi. Siap-siap mendengar teriakan batukku untuk menandingi asap beracun itu. Awassss! huk huk huk!!!!

Jumat, 05 Maret 2010

Macet

Suara knalpot motor pecah
Greng greng greng
Mobil ikut teriak
Din din din

Deretan mobil tak jalan
Maju dua menit
Diam seperempat jam
Wajah-wajah gelisah dan muram
Menyebar di bus angkutan
Juga di sedan nan nyaman

Deretan kendaraan diam itu tak di parkiran
Tapi mengular di jalanan
Terperangkap dalam jerat kemacetan

Macet menjadi santapan sehari-hari
Berada dalam mobil mewah pun serasa di pedati
Bergerak pelan cuma satu inci
Macet membuat hati nyeri

Jakarta, 5 Maret 2010