Rabu, 02 September 2009

Menjadi Wanita yang Terus Tumbuh


Sebagai wanita, kita terus tumbuh dan berkembang. Hingga akhirnya memasuki fase dewasa dan menikah. Biasanya, perkembangan diri wanita terus mengalami kenaikan baik secara karir maupun pengetahuan. Dan mencapai puncaknya kala memasuki gerbang pernikahan.
Namun, setelah memasuki pernikahan, penrkembangan diri wanita secara karir dan pengetahuan biasanya agak terhambat, bahkan ada yang terhenti total. Status sebagai istri yang bertugas mengatur kegiatan rumah tangga, tugas melahirkan sebagai seorang perempuan, dan tugas mengasuh anak telah menyita waktu perempuan untuk terus mengembangkan diri.
Padahal, ketika perempuan terlalu sibuk dengan urusan rumah tangganya dan mengabaikan pengembangan dirinya, hal ini berakibat kurang baik bagi keharmonisan hubungan suami istri. Pasalnya, pembicaraan antara suami istri akhirnya tidak nyambung. Temanku Citra, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu contohnya. Setelah menikah, Citra memilih menjadi ibu rumah tangga. Kebetulan, perempuan berdarah minang itu langsung melahirkan putra pertamanya. Sehingga, ia sibuk mengurusi anaknya, memikirkan masakan apa yang akan ia olah, membersihkan rumah, dan paling banter ngumpul dengan ibu-ibu tetangganya.
Tanpa ia sadari, aktivitasnya itu telah menyita waktunya. Sehingga, obrolan pembicaraannya pun tak jauh dari masakan, anak, dan sesekali ngomongin tetangga. Akibatnya, ia sering tidak nyambung kala diskusi dengan suaminya yang berprofesi sebagai kuli tinta di sebuah majalah di Jakarta.
Akhirnya, ia pun menyadari ada gap atau jarak pemikiran antara dirinya dan suaminya. ”Yah, Bunda merasa tertinggal jauh dengan Ayah,” ujarnya suatu ketika. Untungnya, suami Citra cukup pengertian. Ia tidak komplain dengan kondisi istrinya saat ini. Suami Citra pun tidak melirik wanita lain untuk diajak diskusi sebagai pembenaran sudah tidak nyambung dengan istri.
Bagi perempuan, kita ditakdirkan kepedulian kita atau altruis kita sangat tinggi. Bahkan, wanita sering tidak memikirkan dirinya, karena lebih mementingkan anak, suami, dan keluarga. Padahal, sebagai seorang pribadi, perempuan harus tetap tumbuh dan berkembang. Bagaimana caranya:
-Luangkan waktu membaca koran, buku, dan majalah
-Investasikan sebagian uang untuk kegiatan menimba ilmu, baik melalui pendidikan formal, kursus, seminar ataupun training.
-Kurangi waktu mengobrol hal tidak jelas dengan ibu-ibu tetangga, kecuali menyangkut hal penting.
-Kurangi menonton infotainment, dan perbanyak waktu menonton berita.
-Luangkan waktu untuk olahraga, meski hanya 5 menit untuk sekedar melakukan peregangan atau stretching.
-Bergabung dengan kelompok diskusi.
-Menambah kursus keterampilan, dll
Sepintas, memang sulit untuk dilakukan, mengingat kesibukan sebagai istri dan ibu. Tapi, kalau ada kemauan, kita pasti bisa. Terus mengembangkan diri bagi seorang wanita bukan semata agar tetap connect jika diajak diskusi suami. Tetapi, lebih untuk menghargai diri sendiri, dan serta demi perkembangan anak-anak di masa depan. Tidak terbayang, jika akhirnya kita menjadi wanita stag yang otaknya hanya dipenuhi hal-hal kerumahtanggaan. Cara berpikir kita akan berubah, dan wawasan kita pun sangat terbatas. Padahal, sebagai seorang ibu, wanita adalah guru dan pengajar utama bagi anak-anaknya. So, wanita harus terus berkembang dan semakin pintar, untuk diri, suami, orang tua, keluarga, dan terutama anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar