Minggu, 26 Juli 2009

Ketika Serangan Kata Datang


Hatiku sakit, dadaku penuh kala seorang tetanggaku dengan entengnya menghina hidangan yang aku sediakan. Bahkan,ia tidak merasa bersalah kala orang lain mengingatkannya. "Gue emang biasa nyablak, sudah kayak orang Betawi," ujarnya dengan volume suara tinggi. Ia tidak sadar, bahwa kata2 pedas dan tajam telah menusuk hati tetangganya. Dan, tidak ada penghapus yang bisa menghilangkannya.
Dalam bergaul, acapkali kita menemui orang yseperti ini, pribadi yang tidak bisa mengendalikan mulutnya. Akibatnya, kata-kata yang tidak elok dan seharusnya tidak keluar, meluncur dan menyakiti orang yang berhubungan dengannya.
Kondisi ini lebih sering saya alami ketika bergaul dengan kaum hawa. Entah mengapa, mulut mereka seperti harimau yang siap menerkam siapa saja yang berada di dekatnya. Entah itu dengan rekan sekerja ataupun dengan tetangga.
Aku pernah memutuskan untuk sedikit menarik diri dari mereka. Karena jujur, hatiku tidak siap disakiti. Karena, aku berusaha menghormati dan menghargai orang lain. Harapannya, mereka juga melakukan hal yang sama. "Bergaul dengan orang yang cenderung menyakiti orang lain hanya akan menorehkan luka di hati," begitu batinku.
Andaikan agama membolehkan, aku sudah tidak mau berhubungan dengan orang-orang yang suka berkata menyakitkan...Tapi, Tuhan membenci orang-orang yang memutuskan tali silaturrahiem dan perbuatan ini termasuk dosa besar.
Apa yang harus kita lakukan ketika diserang? Ada dua pilihan: bertindak reaktif atau bersikap lembut. Dalam hal ini, aku lebih memilih bersikap lembut. Sebagai pribadi, aku tipikal orang yang tidak menyukai konfrontasi ataupun permusuhan. Aku berusaha tetap berdamai dengan ybs meski hatiku merasa sakit. Mungkin sekilas seperti bermuka dua. Aku pikir, ini wajar. Hati kita memang tidak terima dan sakit, itu respons alamiah. Tapi, tidak seharusnya tindakan dan kata-kata kita langsung menyerang balik untuk melampiaskan sakit hati. Lalu, bagaimana mendamaikan hati yang sedang gundah?Tarik nafas dalam-dalam....ulangi hingga beberapa kali hingga Anda merasa tenang. Agar mendapatkan hasil optimal, aku melakukannya dengan duduk bersila dan fokus. Selain itu, aku berusaha merubah paradigma, bahwa 'orang-orang sulit' yang menyebalkan itu bukan musibah tetapi menjadi ujian untuk menjadi pribadi yang lebih bijak dan arif. Selanjutnya, memaafkan mereka dan berusaha tetap berbuat baik. Bukankah mengalah bukan berarti kalah? Namun, jika semua langkah telah kulakukan, dan hatiku tetap sakit, biasanya aku akan berusaha berbicara baik-baik dengan ybs dengan lembut. Saya percaya, tidak ada yang sia-sia dengan perbuatan baik kita. Semuanya diperhitungkan oleh Tuhan yang Maha Adil dan Maha Berkuasa. Hidup kita pun terasa lebih damai, karena berusaha berteman dengan siapapun, kendati ybs memusuhi kita. Bukankah dunia lebih indah kalau teman kita dan saudara kita ada di mana-mana....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar