Jumat, 29 Mei 2009

Tampang Kantoran, Mental Preman

"Pak," kata kenek angkutan kepada laki-laki yang mengenakan baju batik lengan panjang warna krem. Spontan si Bapak paruh baya yang berusia sekitar 50 tahunan itu mengeluarkan uang seribu. "Pak, ongkosnya Rp 2 ribu." "Aku turun di Raden Saleh," kata si Bapak agak kesal. "Ya, Rp 2 ribu," jawab si kenek. Kenek itupun melanjutkan kerjaannya, narik ongkos ke penumpang lain.
Si kenek yang berdiri di sampingku kembali ngingetin ke Bapak tadi. Si Bapak itupun merogoh saku celananya. "Uangku Rp 100 ribuan," ujarnya keras. Ia mengeluarkan dompet. Mulutnya kemudian terbuka, Sabar dikit kenapa," ujarnya dengan membentak ke sang kenek.
Tak kusangka, secepat kilat bogem si Bapak melayang ke kenek tepat di hidungnya.Si abang kenek pun membalas. Si Bapak membalas lagi. Kejadiannya sangat cepat. Berapa detik kemudian, darah segar mengucur dari hidung kenek. Spontan aku teriak, Hidungnya berdarah," sambil mengambil tisu di tas silverku. "Ini usap pakai tisue bang," ujarku.
Darah dari hidung kenek terus mengucur. Darahnya menetes ke lantai. Karena berada di sampingku, aku menyibak rokku. Takut kena darah. Melihat kenek berlumuran darah, sang sopir pun mengancam si Bapak akan dilaporkan ke kantor Polisi.
Kenekpun menambahkan, Saya ga terima Bapak mukul saya,"ujarnya. "Ayo kalau mau ke kantor polisi, aku ga takut," ujar si Bapak."Mana KTP Bapak," pinta si kenek. "Aku orang Polres," ujar si Bapak. Sopir pun menimpali," Biarpun Bapak orang Polres, tetap harus ikut ke kantor Polisi." Saat itulah aku harus turun dari angkot. Karena sudah sampai di depan kantorku...Tapi, jantungku terus berdegup kencang...kepalaku tiba-tiba agak nyut-nyutan...Pagi-pagi sudah nyaksiin adu jotos sih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar